Seperti biasa, jam pelajaran yang membosankan dengan pelajaran yang sama sekali tidak ku mengerti. Ya, Akuntansi sebutanya. Gurunya saja sangat menyeramkan, Jadi mulai semester lalu aku memilih untuk pindah duduk di bangku paling belakang. Aku sengaja menghindari tatap muka secara dekat dengan Bu Elsa, karena jika salah seorang murid mendapat tatapan khusus, itu artinya dia harus menjawab apapun yang di tanyakan olehnya dengan benar. Aku pernah sekali terkena semburanya, ketika itu aku sedang melamunkan sesuatu dan tiba-tiba Bu Elsa menggebrak mejaku dengan dentuman yang begitu keras, hal itu membuatku terlonjak. Pada akhirnya dia menyuruhku mengerjakan salah satu soal Akuntansi tapi sayangnya aku sangat bodoh untuk mengerjakanya. Jadi Bu Elsa menyuruhku keluar dari kelasnya.Aku sengaja mengurai rambutku agar headset yang ku pasang sedari tadi bisa tertutup rapat-rapat dan aku bisa dengan tenang menikmati lagu kesukaanku. Lagu Heart Attack milik penyanyi barat bernama Demy Lovato memang bukan lagu baru di tahun 2016 ini. Tapi aku bersumpah, aku selalu memasukan lagu itu ke dalam daftar putar favoritku. Ya, dengan sedikit alasan yang konyol. Lagu itu cukup mencerminkan isi hatiku. Singkatnya, lagu itu menceritakan tentang seseorang yang sedang tidak ingin jatuh cinta. Tapi, seseorang telah membuatnya benar-benar bertingkah aneh. Lebih tepatnya membuatnya jatuh cinta, Jadi orang yang jatuh cinta itu seolah sangat gugup saat bertemu denganya.
"Allia, kau terlihat semangat sekali melewati pelajaran Akuntansi hari ini. Hingga bel pulang tidak kau hiraukan saat berdering lima detik yang lalu" tutur Bu Elsa menurunkan kacamatanya dengan kepala yang sedikit menunduk.
Aku baru menyadari kalau caraku menikmati lagu ini sangat serius, aku menunduk dan tatapanku lurus ke arah buku besarku yang memiliki sampul berwarna hijau muda, tidak heran jika Bu Elsa mengiraku sangat semangat di pelajaran Akuntansi hari ini "Eh.. iya Bu, saya barusaja memikirkan soal Akuntansi yang akan anda berikan besok" Aku mendongak dan pura-pura tersenyum dengan penuh keikhlasan.
"Baiklah, aku kira kau adalah siswi yang paling senang meninggalkan kelas saat bel pulang berdering dan kau akan berlari melewati gerbang lalu mencegat taxi terdekat" kata-kata Bu Elsa memang benar, karena aku adalah siswi pertama yang selalu melakukanya di Sekolah Menengah Atas Diponegoro. Tapi, sebenarnya bukan berlari lebih tepatnya berjalan cepat. Jadi sebelum Bu Elsa pergi aku memberikan senyum perpisahan lagi.
Hari ini aku sangat senang karena ini adalah hari terakhir sekolah dan mulai besok libur Tengah Semester Genap sudah mulai berjalan dengan perlahan dan aku akan pergi berlibur ke rumah pamanku. Segera saja ku tenteng ranselku dan berlari melewati gerbang secepat kilat dan berhenti di pinggir jalan untuk mencegat taxi, beruntung aku mendapatkanya dengan cepat. Aku menyuruh supir taxi mengemudi ke salah satu perumahan. Perumahan Puntadewa, itu adalah tempat tinggalku yang terletak di kecamatan Pakis.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Penunggang Kuda Tanpa Suara
RomantizmGenre : Dark-Romance Terkadang, mengungkapkan cinta dengan lidah membuat semuanya menjadi mudah. Bagaimana jika cinta itu tak pernah terungkapkan dengan kata-kata?