Bab Tigapuluh

21 10 10
                                    

"Allia!!!  Allia!!! " teriak seseorang yang suaranya terdengar samar-samar dari kejauhan.

"Allia!!! " aku merasakan dua tangan lelaki dewasa sedang mencengkeram bahuku dan mengguncang-guncangkan tubuh kecilku.

"Hey... Allia!!! " teriak Paman Wangso.

"Hahhh... " seketika aku terbangun dihamparan savanah dan menyadari kalau aku barusaja bermimpi buruk perihal Sulu hingga nafasku terengah-engah.

"Apa kau baik-baik saja? " kata Paman Wangso

"Paman... Dimana Sulu?"

"Allia... Sudahlah lupakan saja dia ayo aku akan mengantarmu kembali ke kota,"

"Tidak paman. Aku ingin bertemu Sulu... Aku mohon bantulah aku," erangku sambil menangis dan mencengkeram telapak tangan Paman Wangso.

"Allia... Lihatlah... Dia ada disana," kata-kata Paman Wangso seolah menuntun leherku untuk menoleh dan melihat Sulu yang sedang menaiki tandu bersama seorang wanita, "dia bersama kekasihnya,"

"Paman... Aku yakin ini pasti mimpi buruk... Paman bukankah ini di dunia mimpi? Benarkan paman?"

"Bagaimana bisa Allia?!  Kau barusaja bangun dari tidurmu,"

"Tidak paman! Sulu mencintaiku, aku tau itu. Dia tidak mungkinkan melakukan ini padaku. Ayo paman tolong yakinkan aku," jeritku yang bercampur dengan tangisan.

"Ikhlaskan saja dia Allia! " kata paman sambil memelukku dengan erat.

"Tidak... Aku harus memastikan dan bertanya kepada Sulu. Apa dia benar-benar menikah dengan gadis lain?" kemudian aku memberontak dan berlari menyusul Sulu yang sedang duduk santai bersama seorang gadis di dalam tandu yang di gotong oleh beberapa pria kekar itu.

"Sulu... Berhentilah kau! Buktikan kalau kau bukan pengecut! Aku bilang berhenti!!! " teriakku seperti singa yang kelaparan dan ingin mencakar-cakar mangsaku.

Sulu memandangku dengan tatapan aneh. Tapi, aku yakin kalau dia berhenti karena merasa kasihan padaku.

"Jangan menatapku dengan tatapan kasihan seperti itu! " teriakku. Kemudian Sulu turun dari tandunya. Dia memegang pundakku dan berkata, "Allia maafkan aku. Sebaiknya kau pulang dan mencari Cinta Cinta yang baru,"

"Tidak! Tidak! Tidaaaakkk!!!! " teriakku.

"Tidak! Tidak! "

"Allia!!!  Bangun nak! Allia!! " seseorang mengguncang-guncangkan pundakku.

Ketika aku membuka mata dengan segera dan menyadari bahwa aku bermimpi dan aku bermimpi di dalam mimpi lalu terbangun di dalam mimpi, "Paman... "

"Ada apa Allia?"

"Kali ini aku benar-benar bangunkan? Ini bukan mimpikan?"

"Sebaiknya kau pulang dan istirahat di rumah paman. Bibi Malia pasti sudah menunggumu. Kau pasti kecapekan sampai-sampai kau tertidur di padang savana yang luas ini,"

"Tidak paman! Beri aku waktu untuk bertemu dengan Sulu! Aku mohon, ijinkan aku untuk bertemu dia. Ada sesuatu yang ingin aku pastikan sendiri,"

"Baiklah. Paman akan menunggumu selama satu jam. Dan kau harus kembali ke sini. Paman akan menunggumu,"

"Terimakasih paman,"

Berbagai firasat buruk mulai bermunculan sejak aku sering mendapatkan mimpi buruk karena terlalu memikirkan Sulu. Kalau dia sudah menikah? Apakah namaku sudah terhapus dari hatinya? Apakah dia bisa bahagia dengan hubunganya? Apa dia bisa bertahan dengan pernikahan tanpa Cinta itu? Aku harus berdoa seperti apa lagi ini? Haruskan aku menginginkan perpisahan atau sebaliknya. Memaksakan diriku untuk ikhlas melihat Sulu bersama orang lain?

Aku semakin mempercepat langkah kakiku untuk menemukan Sulu. Aku yakin bisa menemukan dia hari ini. Betapa terkejutnya aku ketika gerimis yang lebat mulai mengguyurku. Beruntung karena aku sudah memakai jas hujan sejak tadi. Sesekali aku berlari dan berpikir kalau sebaiknya aku berteduh saja dulu. Tapi, brakkk!!! Kakiku terpeleset oleh pasir-pasir yang sudah tercampuri dengan air hujan.

Aww!!! Sakit sekali rasanya. Apa benar tidak ada yang membantuku untuk bangun? Apa benar hanya diriku yang bisa menolongku saat ini?  Sulu kemana kau disaat aku sangat membutuhkan dirimu?

Setelah itu aku mencoba untuk bangkit dan bangun sendiri. Tapi, kakiku yang nyeri tidak sanggup menyangga tubuhku dan aku nyaris terjatuh. Tidak ada harapan lain selain rasa sakit yang akan kembali menghantamku. Jadi, ku putuskan untuk memejamkan mata saja. Tap!!! Tiba-tiba seseorang menangkapku dan membuang payungnya. Aku jadi teringat akan Sulu yang juga pernah menangkapku saat aku hampir terjatuh di tangga menuju kawah.

"Buka matamu... "

Ku buka mataku perlahan. Aku mendapatkan wajah Sulu berada persis di dekat wajahku. Seperti biasanya, dia tersenyum layaknya orang yang tidak pernah memiliki salah dan dosa.

"Su... Lu....? " kemudian aku berdiri sambil berpegangan padanya. Ku Raba wajahnya dengan kedua tanganku, "apa ini mimpi?"

"Kau sering memimpikan aku ya?" godanya membuatku semakin sebal saja.

Emosi yang bergulat didalam tubuhku  terjadi begitu saja. Aku ingin menangis tapi aku juga ingin tertawa. Aku ingin memeluk Sulu. Tapi, kenapa kakiku mundur secara perlahan.

"Sulu... "

"Iya Allia?"

"Kenapa aku merasa kalau aku memiliki hubungan yang akan dengan segera membuat jiwaku tidak waras? Bisakah kau menyembuhkan lukaku?" kataku sambil lagi-lagi menangis. Ya! Aku payah dalam menahan air mata.

"Allia... " kata Sulu dengan mimik muka khawatirnya yang khas dan dia mulai menangkup wajahku.

"Apakah... Kau... Sudah... Menikah? Setelah upacara itu... Apakah... Kau menikah? Apa kau yang menikah?"

Dan Sulu masih terdiam dengan mulut es nya yang beku.

"Kenapa kau tidak menjawab? Aku selalu bermimpi buruk tentangmu! Apakah itu pertanda? Jangan diam pengecut! "

Lalu tubuh Sulu terjatuh hingga lututnya membentur tanah. Dia persis seperti seseorang yang sedang memohon. Dia menunduk dan berkata, "pukul aku sekeras yang kau bisa Allia. Atau bunuh saja aku?" dan aku sadar kalau dia sedang terisak.

"Maafkan aku yang selalu menjadi beban buatmu. Maafkan aku jika mencintaiku hanyalah sakit yang bisa kau dapat. Aku ingin sekali bersamamu selama mungkin. Aku serius dengan kata-kataku,"

"Kenapa kau meminta maaf? Bukan itu yang ku butuhkan! "

"Maafkan aku Allia... Aku mencintaimu sepenuhnya... Tapi... Tapi... "

"Tapi apa? Apa Sulu?! "

"Tapi.... "

Jeng... Jeng... Tunggu Part selanjutnya guys  ehehehehehe

Penunggang Kuda Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang