8

1.6K 139 12
                                    

--------

Meskipun kita tidak bersama.

Kupastikan aku akan selalu ada.

Aku disini tidak bisa membantumu.

Tapi aku disini mendukungmu.

--------

Aku masih menimbang-nimbang apa yang harus kulakukan sekarang. Apa aku harus segera menghubungi Gita dan memberi penjelasan padanya?.

Jam berapa sekarang? Setidaknya jika aku akan menghubunginya harus kupastikan dulu disana jam berapa. Bukankah tadi dia mengatakan dia sedang sibuk? Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang?.

Tidak..tidak sekarang. Sepertinya aku harus menenangkan pikiranku. Saat ini aku sedang kalut bukan?. Yang kutakutkan jika terjadi kesalahpahaman antara aku dan Gita nantinya. Setidaknya tunggu sampai aku sedikit tenang dan bisa berpikir jernih,

-

Lampu notifikasi ponselku berkedip. Sepertinya ada notifikasi baru yang belum ku buka setelah ku tinggal membersihkan diri.

Sebuah pesan baru!.

From: Gita

Sorry! Gue minta maaf.

Ini salah. Harusnya aku yang minta maaf pada Gita. Harusnya aku menghubunginya terlebih dahulu. Sahabat macam apa aku ini?. Segera saja jari-jariku menyentuh layar ponsel dan menyambungkan panggilan kepada Gita.

Ini sudah nada tunggu ketiga. Apa dia sedang sibuk?. Apa aku mengganggunya?. Baiklah sepertinya aku akan kembali menghubungi Gita nanti.

Klak

Panggilanku terhubung dengan Gita. Wajahnya sudah memenuhi ponselku. Apa yang terjadi dengan dia? Kenapa matanya sembab sekali?. Apa dia baru saja menangis? Apa karena bang Alfa? Kalau iya, habis saja Bang Alfa saat kumpul keluarga nanti.

Aku masih berpikir untuk memulai percakapan. Memilih kalimat yang akan kugunakan.

"Kok lo diem aja si?," Gita memulai. Sial, aku keduluan lagi. Aku kembali merasa bersalah padanya.

Aku nyengir. Tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk saat ini.

"Gue minta maaf," sambungnya.

"Ngga. Harusnya gue yang minta maaf..," jawabku.

Dia mengangguk, berusaha untuk tersenyum. Aku tahu itu sebuah senyum yang dipaksakan. Aku berteman dengannya bukan sehari-dua hari. Kami sudah cukup lama berteman.

"Lo ken-?,"

"Gue lagi sedih," belum sempat kuselesaikan pertanyaanku dia sudah mulai bercerita. Sepertinya dia akan bercerita sendiri.

Aku mulai memastikan bahwa aku siap menjadi pendengar yang baik.

"Dua minggu yang lalu ada pengumuman bahwa ada seleksi untuk penampil acara besar di kampus. Gue berpikir, gue harus ikutan. Gue pengen keluarga gue bisa liat itu dan yang paling penting lo juga bisa liat itu karena ada 1 tiket full PP buat penampil dari luar Austria. Gue pengen banget lo bisa liat gue tampil di panggung, gue kangen sama lo..,"

Tidak.. kenapa aku menangis? Ada apa ini?

"Tadi pengumuman dan hasilnya..," jujur saja ada sebuah harapan kecil bahwa Gita akan menjadi salah satu penampil di acara yang disebutkan olehnya. Jujur saja aku sudah sangat amat rindu dengannya.

DNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang