12

1.3K 128 58
                                    

"Pak Mamaaaat!," teriakku setelah melihat orang yang kucari, Pak Mamat salah satu supir andalanku. Ah Pak Mamat. Aku rindu dengan lelucon garingmu.

"Waah akhirnya Neng Valen nyampe juga. Pak Mamat kira neng udah lupa jalan pulang. Kan Pak Mamat sedih neng Valen udah kaya neng toyib..," adunya dengan nada alay. Aku kembali bergelayut pada lengan Pak Mamat. Ah aku rindu beliau.

"Emang Pak Mamat rindu Valen?," tanyaku.

"Iyalah. Kalo ga ada neng Valen siapa yang jailin pak Mamat sama mbak Santi? Rumah jadi sepi banget tau," adunya lagi. Oh jadi selama ini aku terkenal sebagai tukang jahil dan pembuat onar rumah.

"Padahal kan kata Dilan rindu itu berat. Jadi neng Valen gak usah rindu. Biar pak Mamat aja," ucap Pak Mamat sambil menirukan salah satu adegan yang pernah hitz.

"Pak Mamat salah makan ya? Kok jadi alay gitu..," ucapku sambil berjalan di sampingnya.

Aku tahu Pak Mamat sedang mengamati barang bawaanku. Apa dia pikir aku ini seperti bang Ivan yang kalo pulang bawa banyak tas sama barang. Kadang aku suka mikir faedahnya bang Ivan bawa tas segitu banyak buat apa. Kalo tasnya isi oleh-oleh its okay, tapi tasnya kosong. Ketika aku tanya dia jawabnya lo gak tahu kehidupan anak kos. Kita butuh asupan makanan dari rumah. Setelah itu dia menjelaskan fungsi masing-masing tasnya yang pada intinya untuk membawa makanan dari rumah.

"Valen bukan bang Ivan yang bawa tas banyak!," ucapku seolah mengerti yang ada di pikiran Pak Mamat.

Kami berjalan melewati keramaian. Ah, aku sudah rindu rumahku. Jangan lupakan, aku tidak memberitahu Mama bahwa hari ini aku pulang ke rumah. Jadi, kita nantikan saja ekspresinya.

"Neng Valeen, tahu ngga..,"

"Ngga!," aku memotong ucapan beliau yang belum selesai.

"Iiih.. kan Pak Mamat belum ngomong," beliau protes yang kubalas dengan tawaku. Beliau tidak berubah. Masih gampang untuk kujahili. Haha.

"Sekarang Mbak Santi jadi kecanduan main HP neng. Masa kemaren Pak Mamat diajakin buat video sambil goyang-goyang gitu,"

"Emang video kaya apa Pak?,"

Pak Mamat kemudian memeragakan aksinya. Ia menyanyikan lagu yang sedang hitz di salah satu aplikasi yang memang digandrungi netizen saat ini. Aku hanya tertawa melihat Pak Mamat dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Tapi akhir-akhir ini Mbak Santi aneh deh. Biasanya tiap hari selalu ngajakin Pak Mamat buat video tapi sekarang udah gak pernah. Ya Pak Mamat sih seneng-seneng aja, jadi gak digangguin mulu," ucapnya.

"Emang apa nama aplikasinya?," tanyaku memastikan. Pak Mamat terlihat berpikir sebentar.

"Tok-tok? Eh apa ya neng? Pak Mamat lupa," ucapnya.  Aku sontak tertawa.

"Itu udah diblokir pak. Jadi ga bisa dipake lagi. Itu sih setau Valen,"

"Oh pantes Mbak Santi jadi uring-uringan gitu,"

-

Aku kembali mendecak begitu membaca pesan yang baru kuterima dari Radit. Ah sepertinya kujelaskan dulu kenapa aku bisa pulang ke rumah serta maksud goodnews dari Radit.

Jadi beberapa minggu ke depan adalah jadwal liburku serta Radit. Radit memang libur sedikit lebih lama tapi Ia memilih untuk mempercepat waktu liburnya dan segera kembali ke tempat menimba ilmu. Alasannya? Katanya sih gara-gara aku gak lama juga liburnya, jadi daripada gabut lebih baik balik ke rantau. Dasar kerdus! Tapi aku cinta. Gimana dong?

Karena waktu bertemu kami yang tidak banyak, Radit bilang akan segera pulang. Tapi tiba-tiba aja dia ngabarin ngga bisa pulang.

From: Radit
Sorry ya, aku gak jadi balik. Ada deadline tugas dan project yang harus segera selesai

DNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang