Aku masih diam belum merespon sama sekali. Bagaimana bisa dia saat ini sudah ada disini?. Di depanku. Merengkuhku.
"Jangan cengeng! Mandi sana! Lo bau!," ucapnya.
Sial. Baru saja aku akan menangis sudah ditangkis dulu olehnya. Mana bawa-bawa belum mandi segala lagi.
"Deekk... eh loh ada Radit. Kapan dateng?," tanya Mama yang tiba-tiba datang. Sontak saja Radit melepaskan rengkuhannya. Kaget dan takut dimarahi sepertinya. Haha. Lucu juga.
"Barusan Tante. Tante sehat?,"
Cuih! Dasar muka dua!. Di depanku dia dingin sekali. Di depan Mama berbalik. Sebenarnya dia ini orang spesialku atau mama.
"Sehat. Udah makan?. Makan dulu deh..," Mama juga apa-apaan si sok manis sekali. Tunggu. Aku tidak cemburu kan? Haha lucu sekali.
"Udah kok Tante. Gak usah repot-repot..,"
"Tapi kan di rumah Tante belum. Makan dulu gih. Valen temenin sana!" ucap Mama menatapku. Kini giliranku yang meminta Radit mengikuti saja keinginan Mama agar tidak tambah runyam lagi. Ini masih pagi guys.
Aku mengantar Radit ke ruang makan, mengarahkannya untuk duduk di kursi yang masih rapi tatanannya. Tepat ketika Mbak Santi yang datang dengan semangkuk sayur hangat.
"Loh ada Mas Radit..," aku bisa melihat kecanggungan dari Radit saat mendengar sapaan Mbak Santi.
"Eeh iya Mba. Mbak apa kabar?"
"Baik mas. Mba Valen udah ditanya belum, Mas?," tanya Mbak Santi sambil menatapku dengan ekspresi aneh. Radit kini gantian menatapku. Sepertinya meminta penjelasan dari pertanyaan Mbak Santi barusan.
"Itu loh Mas. Kemarin tuh Mba Valen mau nangis gitu pas tahu Mas Radit ngga jadi pulang. Mana kalo ditanya diem kaya patung yang mau menghancurkan dunia seketika..," ucap Mbak Santi melebih-lebihkan. Kini aku menatapnya meminta untuk berhenti. Sialnya Radit meminta jawaban kebenaran dari sorot matanya padaku.
"Mbak San apaan sii..," ucapku akhirnya.
Kabar buruk. Pak Mamat berjalan mengarah kesini. Jika iya, mati sudah aku dibully mereka.
"Iya maas. Bener kemaren aja pas tau Mas Radit gak jadi pulang, neng Valen langsung diem gitu. Nakutin pokoknya," kan benar Pak Mamat sudah mulai bersuara.
"Ada apa si ini? Kok ribut?," Mama datang. Ah, sepertinya penderitaanku akan berakhir segera.
"Ini Ma, Pak Mamat sama Mbak Santi ngomongin Valen ke Radit..," aduku berharap mendapat bantuan Mama.
"Eh iya bener Dit. Valen kemaren diem aja di kamar. Kalo gak ditanya gak ngomong, udah kaya orang galau aja..," buruk. Ini buruk. Mama malah bersekongkol menjatuhkanku di depan Radit. Heol. Bahkan Radit sudah menyorotku dengan tatapannya.
"Aah.. udah deh Valen mau ke kamar dulu. Radit, lo kalo mau makan minta ditemenin Mama-Mbak Santi-Pak Mamat- atau Papa juga boleh," ucapku akhirnya menambah kata Papa karena melihat beliau baru masuk ke ruang makan.
"Loh dek..,"
"Eh Mba Vaal..,"
"Neeeng..,"
Mereka serentak memanggil namaku. Papa menatapku meminta penjelasan. Terserah saja. Intinya, aku sedang malu sekarang.
-
Keluar sekarang atau gue balik!
Baru saja ada pesan masuk ke ponselku dari Radit. Sungguh aku juga ingin keluar bertemu dan bercerita dengannya. Tapi mau ditaruh dimana mukaku?!.
KAMU SEDANG MEMBACA
DNA
Жіночі романи"Lo yakin bisa setia sama gue?" "Lo ngga yakin sama gue?," "Kunci hubungan sukses itu bukan ketemu, jalan, atau main setiap hari. Tapi komunikasi dan kepercayaan" "Jangan khawatir, Tak satu pun dari ini adalah sebuah kebetulan. Kita sangat berbeda...