20

149 19 5
                                    

"Gue ada salah sama lo?," suara itu mengalun dari sisi seberang sana.

Aku belum menjawab sama sekali. Sungguh, moodku belum membaik sama sekali.

"Nope!," jawabku. Aku bisa mendengar helaan napas dari arah sana. Aku tau situasi ini benar-benar tidak baik. Sialnya egoku menguasai.

"Acaranya udah selesai?,"

"Udah". Ya, acara memang telah selesai beberapa hari yang lalu. Ada jawaban deheman dari arah sana. Aku tau Ia juga merasakan ke-tidak-beres-an diantara kami. Hening. Tidak ada lanjutan obrolan sampai saat ini.

"Vaaaalll... ayo makan! " bukan, ini bukan suara dari orang yang mengajakku bicara barusan. Aku melirik ke arah pintu dan menemukan Glen sudah disana. Sejenak kuberi isyarat agar Ia menunggu sebentar.

"Gue tutup dulu, mau makan siang," ucapku yang langsung mematikan sambungan telepon sebelum lawan bicaraku menjawab.

Aku menatap Glen yang sudah ada di ambang pintu bersama Citra. Melirik jam tangan sejenak memastikan apakah ini sudah memasuki jam makan siang atau belum.

"Makan apa?," tanyaku.

"Kantin aja lah," Citra ambil suara.

"Heeeii.. Makan enak kenapa si sekali-kali. Lagi ada promo nih," Glen menunjukkan layar ponselnya yang sedang menampilkan laman media sosial salah satu tempat makan cepat saji.

"Yuk kantin!," ucapku sambil mendekat ke arah Citra lalu mengambil langkah meninggalkan Glen yang masih ribut dengan promo.

"Ya ampun pada kenapa sih?," Glen mencak-mencak dari belakang.

"Kenapa lo?,".

Meskipun tidak ada jawaban dariku sepertinya Citra telah memberikan isyarat agar Glen tidak membuat keributan. Sialnya orang satu itu tetap saja tidak bisa diam.

"Val, lo kerasukan?,"

Aku tidak menjawab.

"Wah kayanya bener deh. Val, lo perlu di rukyah? Gue anter deh,"

Pletak! Satu jitakan mendarat mulus di kepala Glen. Sepertinya aku harus berterimakasih pada Citra yang sudah mewakilkannya.

"Wah emang kalian lagi pada sakit ya? Gue tanya baik-baik malah dijitak. Sakit woy," ucapnya yang kini mulai memasukkan makanan ke dalam mulut.

"Ini makanan kasihan banget si ga ada yang makan," ucap Glen mendayu sepertinya mengode padaku.

"Ambil aja kalo mau,"

"Wah lo beneran lagi ga beres ya? Sini deh cerita sama gue," Glen mencomot lauk yang masih utuh di piringku.

"Wah tiati Val, buaya kelas darat mulai mencari mangsa," sindir Citra setelah meneguk es jeruknya.

"Enak aja buaya darat. Sampe lo jatuh cinta sama gue, lo ga bakal bisa keluar dari perangkap," tambah Glen.

"Gue duluan ya, mau ke perpus dulu," ucapku menghentikan perdebatan mereka. Bahkan sebelum ada respon aku segera meninggalkan meja kami.

-

Wah benar juga suasana hatiku sama sekali tidak membaik. Terutama ketika mengingat bagaimana suara yang terdengar ketika aku menelpon Radit. Bukan suara Radit. Aku paham betul bagaimana nada suara perempuan dan laki-laki. Tidak mungkin kan Radit cosplay menjadi suara wanita?

Pulang ke kos, rasanya masih terlalu dini. Padahal ada banyak sekali deadline tugas yang belum selesai. Mendekam di perpus juga sepertinya bukan pilihan yang terlampau baik. Harusnya tadi aku tetap bersama Glen dan Citra saja, bukan malah melarikan diri.

DNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang