22

149 23 5
                                    

Aku masih berada di tempat penginapan Radit. Setidaknya malam ini aku akan kembali menjadi tour guidenya. Bukan acara jalan-jalan malam mengerikan, malam ini kami memilih untuk menutup hari dengan makan bersama.

"Mau makan apa?," tanyaku.

"Apa aja. Kamu pengennya apa?," dia bertanya balik. Belum sempat memberikan opsi aku mendengar ketukan pintu kamar Radit. Sepertinya ada orang yang ingin menemuinya.

"Mau ikut keluar ngga bro?," suara seseorang turut masuk ke dalam pendengaranku. Aku belum bisa memastikan siapa orangnya, tubuhnya tertutup oleh Radit yang berdiri di pintu. Sepertinya Radit tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Mungkin Ia perlu meminta pendapatku karena tidak lama Ia memutar tubuhnya beberapa derajat ke arahku.

"Eh... ada Valen..," masih suara dari orang yang sama menyapaku.

Ando sudah berdiri di depan Radit. Masih bingung merespon, aku hanya membalas dengan senyum sebagai tanda sopan. Lalu tidak lama aku bisa mendengar langkah yang terhenti juga di sebelah Ando, tapi lagi-lagi aku belum bisa memastikan orangnya.

"Yuk keluar aja! Ikut yuk Dit!," suara wanita, sepertinya Manda sudah turut bergabung. Jujur saja aku masih canggung ada diantara mereka. Bahkan aku belum bisa memastikan ada hubungan apa antara Manda dengan Radit.

"Loh Valen? Kebetulan dong! Yuk keluar berempat aja!," Manda memberikan usul.

Radit belum memberikan keputusan. Mengerti dengan pertimbangan Radit, aku langsung meng-iya-kan dan segera berjalan ke arah pintu sambil menarik lengan Radit. Kami mengambil posisi di belakang Ando dan Manda yang terlebih dahulu mendahului.

Kupikir Ando dan Manda merupakan orang yang easy going. Mereka tidak ragu untuk mengajakku berbicara atau meminta pendapatku tentang tempat makan yang enak di sini. Tapi tetap saja, aku masih penasaran antara hubungan Manda dengan Radit. Apakah dia menyimpan rasa untuk Radit?.

Kali ini kami pergi menggunakan mobil yang di sewa. Sejujurnya aku sedikit menyesal karena sempat menolak tawaran Mama untuk membawa mobil. Mungkin jika aku membawa mobil, aku bisa sedikit memberikan kontribusi lebih untuk kehadiran mereka disini.

"Eh mau pada kemana?," suara seseorang menginterupsi kami yang mulai memasuki mobil. Ah aku ingat orang ini. Masih orang yang sama saat aku datang ke hotel bersama Radit.

"Mau keluar," Manda menjawab jutek. Kesimpulan awalku hubungan mereka tidak terlalu baik.

"Ikut dong!," Ia bersuara lagi.

"Udah penuh. Ga liat apa?," Manda masih menjawab.

"Kan baru berempat. Kursinya masih muat kali. Boleh ya?," jangan salah sangka, pertanyaan itu bukan untukku maupun untuk Manda, tapi sepertinya ditujukan untuk Ando dan Radit, tetapi Raditpun terlihat tidak nyaman. Aku memilih diam tidak ingin ambil suara, bukankah sebaiknya mereka saja yang memutuskan?.

"Ya udah deh naik! Gue udah laper banget!," Ando memecah keheningan, sekarang aku bisa melihat ekspresi jengah dan mendengar decakkan tidak suka dari Manda. Wah sepertinya benar, hubungan mereka kurang baik.

Sebelum masuk, aku mendengar permintaan singkat dari Manda. Ia ingin agar aku yang berada di posisi tengah. Mungkin Ia pikir aku bisa menjadi pembatas pertikaian mereka. Padahal, aku saja tidak terlalu paham dengan situasinya.

Aku mengajak mereka ke area kuliner yang cukup terkenal bagi para wisatawan. Sepertinya mereka bukan tipikal picky untuk soal makan. Sebentar kukoreksi, kecuali gadis itu. Bahkan aku tidak tahu namanya. Sejak turun dari mobil, Radit berjalan sejajar denganku, bahkan kami bergandengan sejak beberapa saat yang lalu.

DNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang