"Deeek.. Mau bawa apa aja ke kost?," tanya Mama cukup kencang, radius kami cukup jauh.
"Apa aja lah Mah. Lagian ribet juga ntar bawanya," jawabku masih asyik dengan setoples camilan di tangan. Jangan lupakan serial Spongebob yang menjadi temanku pagi ini.
Aku bisa mendengar ocehan dari Mama. Biasa lah ya, Emak-emak.
"Good Morniiiiiiing!!," sebuah suara menginterupsi kegiatanku. Aku tahu ini suara siapa.
"Eh bocil, udah di rumah aja lo?," kali ini sebuah jitakan mendarat di puncak kepalaku. Tentu saja membuatku meng-aduh keras ingin menyumpah serapahi orangnya.
"Bang Ivaaaaaaaan!," teriakku akhirnya. Gila saja. Ia kembali menjitakku lagi.
"Iya apa adek manis?," ucapnya menjijikan yang membuatku bergidik ngeri. Dia gak berubah jadi incest kan gara-gara hidup lama di negeri orang?.
"Jangan sentuh aku. Aku jyjyyyyq sama kamu maaas. Aku jyjyyyq..," ucapku akhirnya. Menjahilinya balik lebih baik. Ah, kalian tahu kan ucapanku itu terinspirasi dari siapa?.
"Dek, lo gak kesurupan kan?," tanyanya takut sambil mencoba menyentuh dahiku, memastikan suhu tubuhku sepertinya.
"Jangan sentuh aku. Aku jijiq mas. Aku jijiq..,"
"Wah gila adek gue..," ucapnya sembari berlalu pergi ke arah dapur. Berhasil. Dia menjauh juga. Ketenangan kembali ku dapatkan.
Kenapa juga iklan Spongebob sangat lama. Aku kan gak bisa diginiin. Sialnya perutku yang beberapa jam lalu ku-isi sudah minta asupan lagi. Sepertinya setelah di rumah berat badanku meningkat tajam.
Bayangkan saja, biasanya di kos kita harus masak atau beli dulu. Nah sekarang baru bangun aja udah disajenin makanan.
"Maaa..," nada suaraku melemah di akhir begitu melihat Mama menampilkan ekspresi serius, ah tidak, ini bahkan sangat amat serius. Mama bicara sangat serius dengan bang Ivan. Sedang ekspresi bang Ivan seperti orang ketakukan. Sesekali Ia menghindari tatapan Mama. Apa bang Ivan membuat Mama marah?.
"Eh dek!," Mama menghentikan tatapan introgasinya pada bang Ivan. Sungguh suasana menjadi sangat canggung saat ini. Aku yakin ekspresiku seperti seorang siswa yang ketahuan menyontek.
"Kenapa?,"
"Ga papa Ma. Nanti aja deh..," jujur saja aku merasa tidak enak mengganggu obrolan Mama dengan bang Ivan. Mama mengerti, Ia memberi isyarat agar aku sedikit menjauh dari mereka. Sepertinya pembicaraan panjang akan terjadi. Dan apa hanya aku sendiri yang tidak tahu soal itu?.
-
"Bang.. Tadi ngomongin apa sama Mama?," tanyaku sebelum Mama dan Papa ikut berkumpul dengan kami. Tadi Mama menginstruksikan agar kami berkumpul di ruang tengah.
Bang Ivan tidak menjawab. Ia malah asyik dengan kartun Spongebob yang sedari tadi tayang. Sungguh, apa spongebob tidak lelah?. Apa dia tidak ada niatan mengganti nama menjadi spongecepak atau spongesegipanjang. Biar ada perubahan gitu, gak bob terus.
Kalo mau hujat, hujat aja. Aku retjeh kok humornya.
"Baang! Lo gak ngehamilin anak orang kan?,"
"Ye kurang ajar ya lo!," dia menjawab cepat. Setidaknya hanya itu yang menjadi hipotesa terbaik. Bagaimana tidak, obrolan Mama dan Bang Ivan tadi sangat serius. Tidak menutup kemungkinan bahwa Bang Ivan mengakui kesalahan telah menodai anak orang kan?.
"Lah terus kenapa?," desakku cepat.
Bang Ivan menghembuskan napasnya perlahan. Baru saja hendak menjawab, Papa malah sudah mengambil suara meminta perhatian. Bahkan suasana yang tadinya cukup ramah entah kenapa kini menjadi tegang. Apa ini akan menjadi persidangan keluarga atas kasus bang Ivan yang menodai anak orang?.
KAMU SEDANG MEMBACA
DNA
ChickLit"Lo yakin bisa setia sama gue?" "Lo ngga yakin sama gue?," "Kunci hubungan sukses itu bukan ketemu, jalan, atau main setiap hari. Tapi komunikasi dan kepercayaan" "Jangan khawatir, Tak satu pun dari ini adalah sebuah kebetulan. Kita sangat berbeda...