14

1.4K 133 44
                                    

Pagi ini tepat setelah Mama dan Papa pergi Radit sudah datang lagi.  Ia menepati janjinya kemarin. Bahkan sekarang kami sudah di mobil hendak menuju tempat yang cukup pantas untuk menyenangkan hati Glen. 

"Kemana ya Dit?," tanyaku. Sepertinya dia juga tidak memiliki pilihan. Ah kami terjebak dalam kebingungan. 

"Kenapa ga itu alien aja si yang nyari tempat!," omelku. Radit sepertinya membiarkanku mengeluarkan emosi.

"Lagian ngapain juga si ngajakin main.  Gue jamin nanti dia minta bayarin!," aku lagi-lagi mengeluarkan emosi.

"Lo bisa diem atau mau gue cium?," tanyanya mematikan. 

Tiba-tiba bayangan kejadian kemarin sore masuk ke dalam otakku.  Kejadian yang sempat membuat kami salah tingkah masing-masing. 

"Diancem gitu baru diem!.  Ya udah si gapapa. Dia kan temen lo juga," sinisnya. Getaran ponsel menginterupsi percakapan kami. Bukan ponselku, tapi ponsel Radit.

"Angkatin dong. Di loudspeaker aja.," pintanya. Aku langsung mengusap layar agar panggilan segera terhubung.

"Halo Diit..," suara wanita dari sana. Radit menilik sejenak layar ponsel. Ada tulisan Tante Dewi disana.

"Gimana Tante?,"

"Kamu sibuk ngga? Tante mau minta tolong nih..,"

Radit menatapku, meminta pendapat sepertinya. Aku mengangguk. Tidak masalah bukan membantu keluarga.

"Tolong apa Tante?,"

"Hari ini Tante ada rapat mendadak. Orang rumah lagi pada gak ada semua. Kalo tante titip Zahra bisa ngga?"

Setelahnya ada suara anak kecil yang meminta untuk bersuara pada kami.

"Kak Radiiit.. Nana kangen. Ayo kita main sama Kak Valen juga!" girangnya. Lagi, Radit meminta jawaban padaku.

"Sampe jam berapa Tante rapatnya?," Radit seperti mengulur waktu agar mendapat keputusan.

"Mungkin setelah makan siang..,"

"Ya udah Tante gak papa. Valen juga kangen sama Nana..," ucapku akhirnya. Radit terlalu lama menjawab. Aku tahu bagaimana gentingnya suasana yang dirasa Tante Dewi.

"Wah ada Valen juga.. Nana pasti seneng banget. Ya udah abis ini Nana langsung Tante anter ke rumah Radit ya..," ucapnya lagi. Setelahnya sambungan terputus. Kini Radit menatapku, sepertinya meminta penjelasan yang akan kuberikan.

"Ya udah gapapa. Gue juga kangen sama Nana..," ucapku.

Radit masih tampak berpikir.

"Ada apa?," tanyaku lalu menggenggam tanganya yang ada di atas pedal gigi mobil

"Masalahnya rumah kosong Val. Siapa yang mau bantu ngurus Nana? Terus janji sama Glen gimana?"

"Nanti kita yang ngurus Nana. Dia kan juga udah gede, gak ribet-ribet amat lah. Kalo soal Glen, biar dia ke rumah lo aja,"

-
Baru saja aku hendak mengikuti langkah Radit sebuah suara memanggilku keras.

"Kak Valeeeeeeeeeen!!!!! Nana kangen!." suara itu semakin mendekat. Nana berlari ke arahku dan Radit. Jelas saja aku menyambutnya segera untuk masuk dalam pelukanku. Ah, aku juga rindu dia.

"Hello little girl. Long time no see. Do you miss me?,"

"I miss you so much..,"

"Sama Kak Radit kangen ga?," tanyaku. Nana sedikit melirik ke arah Radit.

DNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang