"Gue tau lo gak bakal pernah biarin air mata gue jatuh gitu aja"
-Jingga Qiandra
---------------
"Morning, Ma, Pa" sahut gue yang turun dari tangga dan mencium pipi mama.
"Morning sayang. Sarapan dulu, mama buatin roti yah?" tanya mama.
"Gausah Ma. Aku langsung aja, udah telat. Hari pertama masa telat, bye" setelah menyelami Mama dan Papa gue langsung lari keluar dari gerbang rumah dan menyetop angkot merah menuju sekolah. Hari itu sopir gue lagi libur jadi gak bisa berangkat pake mobil sendiri.
Yap! Hari ini adalah hari pertama gue masuk sekolah lagi setelah libur yang benar-benar panjang usai ujian semester beberapa minggu lalu.
Gue adalah Jingga Qiandra. Seorang siswi yang sekarang menginjak bangku di kelas XII yang biasa banget tanpa sedikitpun yang menarik dari gue. Tapi gue punya mata cokelat indah yang setidaknya mampu menutupi penampilan lain dari gue.
Rasanya rada canggung ketika kaki gue udah melangkah masuk ke gerbang sekolah. Mungkin karena udah lama banget gak ke sekolah jadinya gini.
"Qiaa!!..." seseorang tiba-tiba merangkul bahu gue dan berteriak kencang.
Gue praktis menoleh dan mendapati Metta menyengir mandang gue lekat. Oh dear, ini anak satu kenapa tiba-tiba nyengir liatin gue?
"L-lo ngapain, ha? Gak sakit kan?" tanya gue.
"Yaelah lo, orang kangen juga. Emang lo gak kangen ama sahabat lo satu-satunya ini? Kita udah lama banget gak ketemu Qia. Iih kamu jahat deh" kata Metta dengan tangannya yang mukul lengan gue lemas.
"Ampun dah, gak gitu juga kali kangennya. Udah ah, ekspresi lo serem tau." kata gue lalu berjalan mendahului Metta yang masih memandang gue.
"Qia, tungguin dong. Lo jalan apa maratonan sih." Metta berlari kecil menghampiri gue yang udah nyampe di lapangan. Yaelah, lebay banget lo Met.
Gue memandang sekeliling lapangan dan juga taman-taman sekitaran kelas. Kok muka mereka pada asing ya?
Gue gak salah sekolah kok, batin gue.
"Met," panggil gue ke Metta yang sekarang diam karena sedang menggenggam ponsel.
"Hmm."
"Ini kenapa muka anak-anak jadi pada baru semua?" tanya gue sambil sesekali menoleh ke arah Metta.
"Pada abis oplas massal. Makanya jadi baru semua." jawab Metta yang sepertinya asal ceplos.
"Ck, gue serius" kata gue.
"Lagian lo juga, kita kan baru aja ujian penaikan kelas, pastinya diliburan itu ada jadwal penerimaan siswa baru. Jadi orang jangan oon banget dong. Lo sekolah udah berapa lama sih?" jelas Metta.
"Santai aja neng, cuma nanya juga, itu oonnya juga gak perlu ngikut. Eh kita baru ketemu loh, kok udah pada debat gini. Cabut yuk, gue laper." gue langsung narik tangan Metta menuju kelas.
Di kelas anak-anak lain udah pada ribut. Gue udah gak ngerti gimana caranya buat nenangin mereka semua yang ributnya minta ampun, kebiasaan yang gak pernah berubah. Akhirnya gue lebih memilih duduk dengan tenang sambil masang earphone ke telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
Teen FictionBaca aja dulu, makin jauh chapter makin kebawa perasaan. ?❣ 13+ ° . . "Mau senyebelin apapun lo ke gue, gue tau setidaknya lo gak bakal pernah biarin ada yang buat air mata gue jatuh gitu aja" -Jingga Follow akun aku ya! Follback kok.