Chapter 13

1K 42 4
                                    

Ada yang nge-fans sama Dary?😊
Itu di mulmed foto Dary yah.
Jangan lupa vote dan koment yah. Luv.

------------

Qia's POV

Gue beranjak dari tidur dan bersiap ke sekolah.

"Morning Ma, Pa." sahut gue ketika udah ada di meja makan. Di sana udah duduk Kak Amar yang asyik ngunyah roti bakarnya.

Hari ini gue gak telat bangun jadi bisa sarapan roti bakar dulu sebelum ke sekolah. Huh, baru kali ini bisa sarapan sekeluarga utuh. Biasa kalau bukan gue yang gak ada, paling Kak Amar. Atau gak Papa yang keluar kota. Mama yang selalu berusaha buat kita ngumpul kayak gini, walaupun kadang gue gak bisa bangun pagi kayak sekarang. Mama the best deh.

"Sarapan yah Qia." kata Mama sambil mengoles Nutella ke roti bakar.

"Iya Ma. Minta susunya dong Kak" pinta gue ke Kak Amar karena gelas susu ada di sana semua. Kak Amar ngambil satu buat gue.

"Tumben bisa sarapan di rumah. Kesambet apa lo bisa bangun cepet?" ujar Kak Amar setelah minum.

Gue mendengus kesal, "Ah elah lo. Ini juga bagus kali, lo bukannya dukung malah ngomel." tutur gue. Kak Amar terkekeh diikuti dengan tatapan tajam Mama.

"Gimana Kak? Sukses deketin ceweknya? Lo kasih dia bunga gak?" tanya gue tiba-tiba lalu mengunyah roti gue. Kak Amar yang tadinya asyik makan tiba-tiba tersedak dan menatap gue tajam. Gue mengerutkan alis bingung.

"Apa?" tanya gue bingung.

"Amar, kamu udah punya pacar?" sahut Papa tiba-tiba. Eh upss..

"Eng-gak Pa. Qia tuh suka ceplas-ceplos sembarangan." katanya gugup kemudian mengalihkan tatapannya lagi ke gue. Gue cuma terkekeh gak tega.

"Gapapa. Coba ajak ke sini, kita kan juga pengen tau." sahut Mama sambil menuang susu ke dalam gelas.

Gue dan Kak Amar saling bertatapan.

"Eh iya deh Ma. Nanti kalo ada waktu Amar ajak ke sini." jawabnya gugup. Kan ngaku juga.

"Lo sendiri? Pilih mana antara dua cowok itu?" tanya Kak Amar ke gue yang tersentak hebat. Kok gue kena juga?

"Apaan sih lo. Mereka cuma temen. Lo aja yang nanggepinnya berlebihan." jawab gue ketus sambil menatapnya tajam.

"Ternyata anak Mama udah pada besar semua ya." kata Mama. "Gapapalah, yang penting jangan berlebihan dan jangan lupa sama keluarga." jelas Mama bijak kemudian mengelus kepala gue. Eh? Gue kesedak lagi.

Di tengah-tengah percakapan panas itu, tiba-tiba hp gue berdering karena ada yang nelpon. Gue merogoh saku dan menerima telpon dari.. Dary.

"Halo? Kenapa Dar?" sahut gue langsung.

"Gue di depan rumah lo. Cepet keluar, nanti telat ke sekolah." katanya dengan nada buru-buru.

Untuk kesekian kalinya gue kesedak lagi karena kaget. Dary ngapain pagi-pagi gini di depan rumah gue ya?

"Gue masih makan Dar. Lo masuk aja dulu. Gue di meja makan lagi ngumpul. Lo gak kangen sama Mama gue?" kata gue kemudian menatap Mama yang udah natap gue duluan, mungkin denger nama dia disebut.

"Iya deh. Gue masuk ya." katanya kemudian mematikan sambungan telpon.

"Siapa Qia? Kok nyebut nama Mama segala?" tanya Mama ketika gue kembali menaruh hp di dalam saku.

"Dary Ma. Mama ingat kan? Anaknya Tante Gea yang dulu selalu main ke sini." jelas gue kemudian menggigit roti gue kembali.

"Oh ya? Dia udah pulang dari luar negri? Kok Gea gak pernah telpon Mama sih?" ujar Mama.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang