Terungkap (1) Ternyata..

1.5K 45 2
                                    

Oke guys, selama episode (Terungkap) ini, POV nya dari Author semua yaa. 😋

Enjoyyy❣

-------------

Seattle, Washington, US. 3.30 PM

"APA?? DIJODOHIN?"

Aaric meneriakkan satu kalimat itu dihadapan mamanya karena terlalu kaget. Ia baru saja mendapat berita mendadak dan tidak mengenakkan hati itu.

Dijodohin? Sepertinya mamanya tau kalau dia baru saja ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis yang sering ditemuinya ditaman kota. Alias, tidak laku disini.

"Kok mama mudah banget mutusin kayak gitu, gak bisa gitu dong, Ma. Aku juga kan punya hidup sendiri," ujar Aaric frustasi. Ia mengusap wajahnya dengan kekuatan lebih dari yang seharusnya.

Mama Flora berjalan mendekat, "mama gak mau terima alasan apapun dari kamu." Sepertinya Mamanya itu tetap kekeuh ingin menjodohkan Aaric dengan seseorang yang ia sendiri tak tahu siapa.

"Kok mama malah yang ngatur-ngatur aku sih. Pokoknya aku gak mau dijodoh-jodohin kayak gitu!" Aaric masih terus mencari jalan keluar agar ia tidak jadi dijodohkan oleh mamanya. "Jaman sekarang udah canggih Ma, sekarang juga aku bisa nyari pacar sendiri di sosial media, mudah banget."

"Tapi buktinya sekarang kamu gak punya pacar kan?" Satu kalimat itu sontak membuat dada Aaric terasa sesak. Kenapa kata-kata mamanya sangat menusuk?

"Pokoknya Aaric gak setuju, seenaknya aja mama ngatur-ngatur aku."

"Ohh.. jadi sekarang kamu udah gak mau diatur sama mama?" Mamanya sedikit berdeham kemudian melanjutkan, "kalau gitu sekarang juga kamu bisa jadi gelandangan diluar sana, makan sisa-sisa yang ada ditempat sampah."

Mulut Aaric sontak membulat sempurna mendengar perkataan mamanya itu. Mana mungkin dia bisa hidup begitu, makan sisa makanan ditempat sampah? Yang benar saja.

Tapi kalau dipikir-pikir mana mungkin mamanya membiarkan anak tertampannya itu hidup menderita seperti itu.

"Oke! Mulai sekarang aku bakal keluar dari rumah ini." Aaric berdiri dari tempat duduknya dan berjalan pelan menuju pintu.

Mama Flora sedikit tersentak melihat tanggapan dari Aaric, ia cepat-cepat berpikir keras untuk menghentikan aksi nekad sang anak. Aha! Dia tau harus apa.

Beliau nampak diam saja diatas sofa sambil terus memainkan ponselnya membuka beberapa aplikasi sosial media kesukaannya tanpa mempedulikan Aaric yang sudah hampir sampai dipintu.

Dia tau anak sulungnya itu tidak akan berani melakukan hal senekat itu, dia tau betul Aaric adalah anak yang bisa dibilang lumayan manja untuk urusan fasilitas. Uang jajan dikurangi saja pasti bakal merengek dan melakukan apapun agar ia mendapatkan kembali uang jajannya. Dan tentu saja Aaric tidak akan berani meninggalkan rumah dengan ancaman mamanya itu, mungkin saja ini hanya taktik Aaric untuk membatalkan permintaan mamanya.

Sementara itu, Aaric mulai resah karena tidak ada tanggapan apapun dari mamanya. Ia benar-benar sudah hampir sampai dipintu, tangannya memanjang ingin meraih gagang pintu yang lumayan besar di sana.

Pintu utama rumahnya sudah terbuka sedikit, membuat Mama Flora deg-degan sendiri namun tetap berusaha menjalankan aktingnya berpura-pura tidak peduli.

Keadaan pintu belum benar-benar terbuka lebar, namun Aaric cepat-cepat membalikkan badannya. Ia benar-benar frustasi karena tidak ada tanggapan sama sekali dari Mama Flora dengan sikapnya itu, seolah malah dengan senang hati membiarkan anaknya terlantar. Tapi mana mungkin Aaric membiarkan dirinya menjadi gelandangan.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang