9. Tercyduk Camer

6.8K 218 1
                                    

"Nanti jangan sekarang" gue menatap dia dengan tatapan kebingungan dengan kata – kata yang barusan dia lontarkan, foto tersebut oleh rasyid langsung di balikkan hadapannya, agar gue ngga bisa melihat ada apa difoto tersebut, gue ngga mau terlalu kepo akhirnya gue mengangguk dan duduk diruang tamu.

Laptop dia simpen dimeja, sehingga mau tidak mau gue duduk bersebelahan dengan dia, saat dia menyalakan laptop gambar yang terlihat hana ketika bayi gue langsung gemes sendiri "Ini hana usia berapa a? lucu banget sumpah" ujar gue sambil tangan berusaha kaya mencubit tapi kan ngga mungkin orang foto ini ada dilayar bukan dunia nyata

"Usia 2tahun kalau ngga salah" ujar dia, gue mengangguk, sekarang posisinya rasyid setengah menunduk dan gue tegap biasa karena gue pendek, rasyid melirik kearah gue, dan menatap gue dengan serius, gue yang melihat itu jadi salting gimana gitu, gue langsung melihat kearah lain, dia mengutak ngatik laptopnya mecari dokumen yang isinya data tentang undangan kita "Kamu bawa flashdisk?" ujar dia tapi wajahnya tetep kedepan laptop, gue melihat kearah dia "Bawa a" sambil mengambil barang kecil itu ditas gue

Dia mengadahkan tangan kanannya, tapi tetap fokus kearah laptop, gue menyimpan flashdisk ditangan dia, dia menyimpan data di flashdiks gue, setelah itu menyimpan di meja dekat dengan arah gue, gue melihat kearah dia "Udah a?" dia hanya mengangguk, gue kembali memasukkan flashdisk, ketika gue udah menyimpan barang itu ditas gue, gue berbalik ternyata dia lagi natap gue, gue kaget hanya beberapa detik, gue berusaha untuk setenang mungkin

"Kenapa a?" ujar gue karena dari tadi dia manatap gue serius mulu. Sebelumnnya ngga pernah gue diliatin seserius itu hanya saat lamaran aja deng dua kali sama ini.

Dia mendekatkan wajahnya, otomatis gue mundur, dia mentap gue dengan kedua matanya sangat intens dan intim, seolah – olah dunia milik berdua, gue juga jadi melihat dia kita saling bertatapan lewat mata, dan mata gue ngga bisa berpaling, ralat sulit untuk berpaling, dia menyetuh pipi kanan gue, gue kaget dengan sikap dia yang mendadak seperti itu. Dia mengelus pipi gue sangat pelan.

Deg

Deg

"Assalamu'alaikum Ras, Astagfirulohhhhhhh" ucap ibu aisyah, gue dan rasyid langsung menjauh "Bapa, jauhin hana" ucap ibu, ibu melihat kearah gue dan rasyid dengan tatapan yang mengerikan mungkin "Waalaikum salam, ibu udah jemput hana?" ucap rasyid sambil menyalami ibu, gue pun ikut menyalami ibu aisyah, bu aisyah duduk di depan gue dan rasyid, gue langsung nunduk, seolah – olah gue udah ngelakuin hal tercela, pedahal kan kena juga belum eh.

"Kalian ngapain seperti itu? Kayanya ibu harus kasih tau mamah kamu alin, biar pernikahan kalian dipercepat" ucap bu aisyah, gue makin nunduk, ngga sanggup liatnya dari suaranya aja gue udah takut.

"Aa sama alin ngga ngapa-ngapain bu, tadi alin kesini minta data buat surat undangan, terus yang tadi ibu liat. Aa cuman mau nolongin alin yang kelilipan" ucap rasyid, gue langsung melihat kearah rasyid, kapan ya gue kelilipan perasaan gue ngga kelilipan tadi, wah si rasyid berani ngibul depan gue .

"Ibu tidak percaya, aa tau kan hukumnya berduaan dengan yang bukan muhrim nya seperti apa?" ucap ibu, gue makin nunduk ini mah kalau udah bahas agama "Iyaa aa tau bu, tapi data undangan memang mendesak bu harus hari ini, kalau ibu ngga percaya sama aa. Tanya aja alin" ucap rasyid

"Apa benar itu alin?" ucap ibu, gue melihat kearah ibu dengan takut "Iya bu, tadi mas nya nyuruh hari ini data nya dikasihin" ucap gue dan gue langsung menunduk kembali.

"Tapi keputusan ibu untuk dimajuin pernikahan itu tidak berubah, ibu takut kalau semakin lama, kalian semakin berani ngapa – ngapain" ucap ibu, setelah itu ibu keluar untuk mengambil hana, gue langsung menghela napas dan menyender dikursi sambil memejamkan mata

AlinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang