Setelah perdebatan kami, akhirnya kami melakukan check pra nikah dirumah sakit. Sekarang kami sedang menunggu antrian, tidak ada obrolan, kami berada disatu tempat tapi dimensi yang berbeda.
"Bu alinka dan Pa Rasyid" ucap suster, gue dan rasyid masuk bersama keruangan tersebut,
Setelah beberapa menit kami melalukan check, gue dan rasyid sekarang menunggu hasilnya, dan dokter mega masuk keruangan dan duduk dihadapan kami.
"Gimana hasilnya mega?" Ucap rasyid, dokter mega melihat kertas tersebut dengan serius, gue pegangan tangan gue sendiri, sambil melihat kearah dokter mega dengan harap – harap cemas, dokter mega melihat kearah kita dan tersenyum "Hasilnya bagus ko, walaupun alinka ada miom tapi ini tidak menjadi penghambat untuk kesuburan alinka, malah saya membaca dari hasil ini alinka sangat subur"
Rasyid pegang pergelangan tangan gue, dan gue melihat kearah dia "Jadi kalian berdua sangat subur, hasilnya bagus, mungkin ada yang masih bingung?" ucap dokter mega sambil tersenyum, gue bisa merasakan genggaman rasyid semakin erat,
"Sebenarnya, saya kesini dengan alinka, karena dia minder meg, dia bilang bahwa dia tidak bisa memberikan keturunan" ucap rasyid, dokter mega melihat kearah gue dan tersenyum, alah mak gue malu.
"Alinka, kamu hanya terlalu parno kalau abg bilang, dibawa santai saja, saya mengerti pemikiran kamu, banyak pansien saya yang seperti kamu, tapi miom yang kamu derita sekarang belum terlalu besar, masih sebesar biji semangka, jadi jangan terlalu khawatir, semakin kamu cepat hamil, miom itu semakin terhambat jadi tidak akan berkembang" gue hanya bisa mengangguk, bingung mau ngomong gimana, udah di skakmat juga sama si rasyid.
"Ada yang masih diragukan alinka?" ucap dokter mega, gue hanya menggeleng
"Terimakasih ya mega" ujar rasyid sambil berdiri dan bersalaman dengan dokter mega, dokter mega mengangguk sambil tersenyum, gue juga menyalami dokter mega dan pamit untuk keluar dari ruangan. Setelah keluar dari ruangan rasyid berjalan beriringan dengan gue
"Saya kan udah bilang, kalau sakit kamu bakalan sembuh, buktinya kamu subur kan" ucap rasyid, dan gue hanya mengangguk karena malas untuk berdebat dengan rasyid
"Mau makan?" ucap rasyid, gue menggeleng dan betapa perut gue ngga bisa diajak kompromi, setelah gue menggelengkan kepala, perut gue malah bunyi, gue melihat kearah rasyid dengan malu, dia seperti menahan tawa.
"Kayanya kamu butuh makan, kita cari makan" ucap rasyid, dan berjalan mendahului gue, gue langsung mukul – mukul perut "Lo perut, gue malu tau ah lu mah ngga bisa diajak kompromi banget"
"Alinka ayoo, perut kamu nanti bunyi lagi"
SIALAN!
Setelah insiden yang memalukan itu, gue dan rasyid sekarang berada di salah satu tempat makan terdekat disekitar rumah sakit.
"A rasyid, serius ini pesen makannya banyak banget" ucap gue, rasyid melihat kearah gue sambil mengangguk "Saya takut perut kamu bunyi lagi" ucap rasyid, gue langsung melotot kearah dia tapi orang yang gue pelototi dengan entengnya malah membalas dengan senyuman.
"A rasyid, ini ngga ada sendok gitu?" ucap gue, rasyid hanya menaikkan alis nya sebelah "Alin ngga biasa makan pake tangan, sayang ini cat kuku nya" ucap gue, gue mendengar helaan napas dari rasyid.
Rasyid langsung memanggil waiters yang ada ditempat makan ini, lalu dia meminta untuk mengambilkan sendok dan garpu, setelah waiters itu memberikan sendok dan garpu, dia langsung memberikannya ke gue, "Makasih aa" ucap gue sambil tersenyum, dia hanya mengangguk.
*****
Gue dan rasyid berjalan menuju tempat istirahat papah, rasyid mengikuti gue dari arah belakang, dan setelah sampai ditempat istirahat nya papah, kita berdua membacakan doa untuk papah, tampa terasa 3tahun udah papah ninggalin gue
KAMU SEDANG MEMBACA
Alinka
RomanceCover by : @noviaaanggraeni #2 in Women (28052018) Tidak pernah terpikir oleh Alinka sebelumnya bahwa dia harus terjebak dengan pria pilihan ibu nya, yang sudah punya anak, Kaku, dingin, berbanding terbalik dengan Alinka.. . . . "Sampe kapanpun aku...