41. Come Back

3K 123 8
                                    

Hallo semuanya, semoga masih tetap menunggu dan tidak pernah cape menunggu hehe, terimakasih banyak.. alasanku untuk tetap menulis adalah kalian semua para pembaca setia..

Dan untuk kalian dimanapun kalian berada, tetap stay home yaa, semoga semuanya selalu dilindungi oleh allah dimanapun kalian berada, dan dijauhkan dari virus berbahaya ini..



Selamat Membaca semuanya, semoga suka, dan kangen kalian terobati...


Setelah kontraksi dini yang gue alamin, rasyid jadi lebih posesif sama gue, bahkan gue boleh turun dari kasur hanya untuk ke air saja, selebihnya gue ga boleh turun dari kasur, yaa gue bahagia suami gue begitu perhatian sama gue dan calon anak kami, tapi lama – lama gue juga bosen.

"Ayah" panggil gue dan orang yang gue panggil hanya menjawab tampa melihat kearah gue

"jawabannya tetap sama bunda, bunda harus istirahat total sampe waktu lahiran" ucap rasyid,

Gue menghela napas kasar, dan menatap kejendala "Dokter mega ngebolehin aku untuk turun dari kasur, dan beraktivitas seperti biasa, selagi ga buat beraktivitas yang berat dan angkat yang berat aku tuh ga kenapa – kenapa, aku bosen"

"Bun, sekali aja nurut sama ayah, ayah tuh takut kalian kenapa – kenapa, please nurut bun, biar ayah tenang juga, saat ayah kerja.." ucap rasyid sambil menghampiri gue, dan gue diam tampa berniat untuk menjawab pertanyaan dia,

Dia menghela napas pelan, tapi masih bisa gue denger, lalu dia mencium kening gue lama, dan cium perut gue lama, dan mengusap rambut gue "Ayah kerja dulu yaa" ucap rasyid dan gue hanya mengangguk sebagai jawaban..

Gue mendengar suara orang yang masuk kekamar, dan gue membuka mata perlahan, dan melihat pintu terbuka, dan disana hana sedang menatap gue dengan tatapan khawatir, gue membenarkan posisi menjadi menyender

"ko disana? Sini masuk ka" ucap gue, hana masuk perlahan, dan naik keatas kasur dan menatap gue dengan tatapan masih khawatir

"Kenapa sayang?"

"Bunda, cepet sembuh" ucap hana dengan pelan, gue mengusap rambutnya dengan lembut dan mengagguk

"Bunda itu udah sembuh loh, ayah aja yang lebay, ngelarang bunda bantu kaka pake baju, ngelarang bunda masak sarapan buat kaka" ucap gue sambil pura – pura marah, hana tertawa kecil

"Kaka mau ga? Bantuin bunda? Supaya bunda gadiem terus dikasur, pegel bunda diem terus dikasur" ucap gue

"Apa bunda?" ucap hana

"BIlang ke ayah, bunda cape dikasur terus, bunda pingin bantuin kaka, gitu yaa, nanti kalau ayah udah pulang" ucap gue, dan hana pun mengangguk sambil tertawa

"okee terimakasih anak bunda yang cantik" ucap gue

"sayang banget bunda" ucap hana

Dan kitapun berpelukan, dan berakhir hana dan gue tidur siang untuk meneruskan istirahat gue, dan gue terbangun ketika ada suara pintu kamar terbuka menandakan seseorang masuk dan ya siapa lagi kalau bukan suami gue

"Loh tumben udah pulang yah?" tanya gue sambil membenarkan posisi tidur, rasyid langsung berjalan cepat dan membantu gue untuk menyender gue tersenyum dan berucap terimakasih

"Ayah, jawab dulu" ucap gue

"Ayah tuh ga tenang bun, ga konsen jadinya, mending kerja dirumah aja" ucap rasyid, gue menghela napas karena itu, rasyid selalu begitu

"Aku kan udah bilang, aku ga kenapa – kenapa, aku udah bisa buat jalan sendiri ke kamar mandi, jangan khawatir"

"Kamu selalu gitu, kamu tuh harus inget sekarang bukan nyawa kamu aja yang dibawa, tapi ada bayi kecil yang ada diperut kamu" ucap rasyid, lalu dia berjalan ke kamar mandi

Akhir – akhir ini pertengkaran gue dan rasyid selalu topic yang sama, yaitu kebebasan gue untuk bisa apa – apa sendiri, dan walaupun gue udah tau hasil jawabannya seperti apa, tapi gue tetep ingin selalu meminta ijin untuk apa – apa sendiri seperti sebelum terjadi kontraksi dini...

Gue langsung merasakan ada yang bergerang disamping gue, ddan anak sulung gue bangun

"Bobo lagi kaka, maaf ya tidur nya jadi ke ganggu" ucap gue, hana pun mengangguk dan memeluk perut gue, bahkan gue sendiri lupa kalau disini masih ada hana

Hana langsung terbuka kembali matanya, dan gue manatap dia dengan heran

"kenapa ka? mau bunda elus ?" ucap gue

"Bukan bunda, itu perut bunda ada yang gerak, kaka takut" ucap hana dengan ekpresi yang takut

Gue pun tertawa mendengarnya..

"Bunda kenapa ketawa? Kaka serius"

"Ga kenapa ka, itu namanya tendangan bayi, adik mau main sama kaka kayanya" ucap gue sambil mengelus perut gue yang sudah besar ini

"Bunda sakit ga? Adik tidur lagi yaa" ucap hana sambil mengelus perut gue dan gue langsung mengangguk "Kata adik, iyaa kaka, adik mau tidur lagi" ucap gue sambil tersenyum hana pun tersenyum lalu tidak lama kemudian dia tertidur lelap

Di malam hari, gue dan rasyid bersama hana melakukan makan malam bersama, diruang makan tercipta suasana yang hening hanya suara garpu dan sendok saja yang terdengar, lalu gue tidak menyerah untuk melakukan hal yang dari kemarin kemarin gue ingin lakukan

Setelah beres makan, gue langsung mengambil piring hana, dan piring gue sendiri, lalu gue berjalan menuju dapur dan ingin mencuci piring

"Mau ngapain?" tanya rasyid

Gue melirik kearah rasyid, lalu melanjutkan kembali cuci piring tampa menjawab pertanyaan dari rasyid, dan setelah itu dia mengambil piring yang sudah kena sabun dan dibersihkan oleh rasyid

"Yaudah, kamu yang nyuci, aku yang bersihin" ucap rasyid, gue ga menjawab ucapannya tapi tentu saja hati gue gembira karena udah diijinkan untuk melakukan hal yang gue ingin kerjakan.

Ketika malam harinya gue merasakan seperti dulu saat kontraksi dini, tapi gue mencoba untuk tidak terlalu merasakannya karena takut mengkhawatirkan suami, karena dia udah tidur disammping gue dengan keadaan yang udah pules banget

Gue mencoba untuk mengatur napas, dan gue melihat jam diding sudah masuk mau menuju subuh jam 2.30 pagi, gue mencoba untuk meraih kalender dan menghitung sudah masuk berapa minggu, dan kalau emang ini kontraksi beneran berarti perhitungan dokter mega maju 1minggu dari perkiraannya...

AlinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang