"Habisin Hana makannya" ucap Rasyid dengan lembut, lalu hana melirik sekilas kearah rasyid dan dia menggeleng pelan sambil wajah yang ditekuk, gue yang menatap Hana tidak biasanya seperti ini langsung menyadari ada yang tidak beres dari anak ini
"Kenapa sayang?" ucap gue sambil mengelus rambut hana dengan pelan, lalu hana mendongak melihat kearah gue sambil mata yang berkaca – kaca, "Bundaa" ucapnya dengan suara serak siap untuk menangis
"Kenapa hem?" ucap gue sambil sesekali menatap Rasyid, dan dia pun sama menatap hana dengan tatapan bingung "Ayah, hana pingin ikut" ucapnya dengan menatap rasyid dengan tatapan memohon, kedua alis rasyid saling bertautan tanda dia bingung "Ikut ayah kerja? Jangan, Hana harus sekolah" ucapnya tegas tetapi masih menatap hana lembut
Hana langsung turun dari kursi sedikit meloncat lalu berjalan mendekati ayah nya, dan menggenggam tangan ayahnya "Hana mau ayah anterin hana sekolah" ucap Hana dengan murung, lalu gue dan rasyid saling bertatapan
Gue memundurkan kursi dan berjalan kearah hana "Yaa boleh, tadi ayah bilang ke bunda, mau anterin Nana" ucap gue sambil mengelus rambutnya, dan dibalas oleh rasyid dengan tatapan menuntut "Ayah, mau anterin hana kan?" ucap gue balik menuntut
"Iya, tapi nanti pulangnya sama bunda aja ya" ucap rasyid dengan lembut, dan hana mengangguk dengan semangat dan menatap rasyid dengan penuh berbinar, rasyid sedikit membungkuk dan menggedong hana dan mendudukkan hana kembali dikursi "Sekarang, Hana makan lagi" ucap rasyid
Setelah kami makan bersama, hana bersiap menuju garasi bersama mbo surti, sedangkan gue mengganti pakaian dikamar dan rasyid menyusul "Lin"
"Ya?" ucap gue sambil membalikkan badan dan mengambil slingbag gue, dan menatap kearah rasyid "Nanti pulangnya kamu gimana sama hana?" ucapnya dengan luwes, gue yang mendengar itu langsung tersenyum kearah dia sambil berjalan kearahnya dan membenarkan dasi yang dia pakai
"Bisa telefon pa joko, kalau ga bisa juga kan sekarang ada ojek online" ucap gue sambil mata tetap fokus pada dasi yang rasyid pakai
"Jangan pake ojek online! Nanti saat hana pulang sekolah, aku suruh supir kantor jemput kalian" dan gue hanya mengangguk dan rasyid kecup kening gue "Sudah selesai a"
"Tolong ambilkan tas kerja aku lin, aku tunggu dibawah"
"Iyaa sayang" ucap gue sambil mengambil tas yang ada didalam kamar dan berjalan menuju keluar kamar, dan ketika gue ada dilantai bawah, ternyata hana sudah lebih dulu berangkat ke garasi bersama rasyid
"Mbo, alin anterin hana sekolah dulu" gue
"Iyaa hati – hati neng" ucap mbo yang diam didekat mobil
Gue berjalan menuju mobil dan setelah memasangkan sabuk rasyid menatap gue sekilas lalu "Sudah siap?" tanya dia dan gue mengangguk sebagai jawaban
Ternyata jalan menuju sekolaah hana sedikit terlambat karena jalanan yang begitu macet, beberapa kali rasyid tertangkap basah sedang menatap gue, dan ketika gue tatap kembali dia mengalihkan pandangan dan gue tau ada yang mau dia omonging
"Kenapa yah?" tanya gue sambil menggenggam tangan kiri dia yang sedang pegang over gigi
"Lin"
"Iya kenapa?"
"Aa mau jujur" ucapnya pelan, gue yang mendengar itu hanya bisa mematung beberapa menit dan mencoba untuk rileks, karena ketika dia berbicara seperti itu pasti bawaan hati gue langsung negative
"Tentang?"
"Ya, tentang kenapa aa harus ke Palembang" ucapnya, gue melirik kebelakang, dimana hana duduk disana dan dia sedang asyik dengan mainannya, setidaknya gue ga bisa bentak atau ucap kasar didepan hana, gue harus bisa pertimbangan ketika menjawab penuturan rasyid
KAMU SEDANG MEMBACA
Alinka
RomanceCover by : @noviaaanggraeni #2 in Women (28052018) Tidak pernah terpikir oleh Alinka sebelumnya bahwa dia harus terjebak dengan pria pilihan ibu nya, yang sudah punya anak, Kaku, dingin, berbanding terbalik dengan Alinka.. . . . "Sampe kapanpun aku...