23. Holiday (Part 2)

4.5K 187 9
                                    



Gue mengejapkan mata beberapa kali, ketika melihat kearah samping rasyid sudah tidak ada disamping gue, melihat sekitar pun ngga ada, gue mengingat sisa semalam membuat pipi ini terasa panas, gue menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran mesum ini.

"Kamu baru bangun?" ucap seseorang, gue langsung melirik kearah orang tersebut dan mengangguk sebagai jawaban, lalu gue melihat kearah dia dari atas sampai bawah dia nampak berkeringat "Habis dari mana a?"

"Habis nge gym. Tadi mau bangunin kamu, kasian masih cape kayanya" jawab rasyid, gue langsung menyibakan selimut dan berjalan menuju koper mengambil baju dan beberapa pakaian atau hal yang diperlukan saat mandi "Kamu belum makan?"

"Belum a, orang aku baru bangun"

"Aku pesen room service aja ya gimana?"

"Boleh deh a, sekarang kita kemana? Besok malem udah pulang ya?" ucap gue dengan raut wajah penuh kesedihan, dia berjalan mendekat lalu mengelus rambut gue dengan pelan "Iyaa, maaf ya. Karena habis dari sini aku langsung terbang ke bali" gue langsung melihat kearah dia dengan tatapan bingung

"Ngapain ke bali?"

"Liat perusahaan, aku harus liat sendiri. Ada sedikit masalah di cabang bali"

"Kenapa ngga asisten kamu aja?"

"Sayang, tanggung jawab semuanya itu aku, aku bukan tidak percaya karyawan, tapi ingin melihat langsung apa salahnya?" ucap dia, gue langsung melotot kearah dia, apa gue salah denger? Gue langsung tersenyum semanis mungkin, lalu melingkarkan tangan gue ditangan dia sambil menyender di bahu dia "Ucapin lagi dong a" ucap gue manja

"Ucap apa?"

"Itu tadi ngomong apa?" ucap gue sambil melihat ke arah dia dengan menaik turunkan alis, dia mengerutkan dahi "Kamu ngga jelas. Aku ke kamar mandi dulu, gerah habis gym"

Dia berjalan menuju kamar mandi, gue menghentak – hentakkan kaki sambil wajah yang cemberut "Selalu begitu, ga pernah ngaku" ucap gue sedikit berbisik

"Aku dengar alin" gue langsung melipatkan bibir semakin kedalam, dan menunduk salah ngomong kayanya gue.

                                                             ****

Gue sedang menggenggam tangan pria yang kini gue cintai

Apa gue bilang cintai? Apa bener gue udah mencintai suami gue? Apa itu hanya perasaan sesaat? Ah lagian kenapa gue pusing – pusing memikirkan ini toh sampai saat ini gue belum pernah mendengar perasaan cinta yang dilontarkan oleh suami gue sendiri, sakit untuk mengingat itu.

Kami berjalan – jalan menyelusuri pantai lalu gue memandang pantai tampa sadar gue tersenyum menatap laut lepas, seperti penat yang dikepala gue juga lepas begitu saja

"Alin" ucap rasyid, gue langsung melirik kearah dia dan tampa aba – aba dia memfoto gue, gue merebut handphone nya dan mencari foto barusan, gue sambil cemberut menatap dia "A, kalau mau foto itu bilang dulu napa. Biar aku senyum semanis mungkin. Kalau ini mah kaya jutek tauu"

"Jangan dihapus ya, kamu cantik" gue mengedipkan mata beberapa kali, ini tidak salahkan? Dia baru saja memuji gue, tak dipungkiri pipi gue terasa panas dan gue yakin sekarang pipi sudah merah merona, dia tersenyum melihat pipi gue merona

"Tambah cantik, dengan merona begitu" ucap dia dengan lembut, gue langsung mengalihkan pandangan dan memberikan handphone dia tampa menatap wajahnya, gue mendengar dia terkekeh

AlinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang