36. Perpisahan Dengan Ayah

2.8K 114 3
                                    

Prov Alinka

Apa yang akan kalian lakukan, ketika tau suami akan melakukan hal yang nekad demi diri kalian sendiri? Pasti perasaannya campur aduk, apalagi rela berpisah dengan kita demi kita bahagia, ingin memaki pasti! Ingin marah, Pasti! Tapi yang mayoritas diderita oleh gue adalah sedih, pake banget, sampe gue mikir emang ga ada jalan lain selain harus LDR yaa emang cuman 2minggu bukan 2tahun tapi emosi seorang ibu hamil itu beda dengan wanita yang sedang tidak hamil.

Setelah pulang dari rumah bapak, gue maupun rasyid ga banyak bicara, yang bicara selama perjalanan cuman radio doang, kita saling diam mungkin saling memikirkan kedepannya harus seperti apa, dengan sikap bapak yang dingin sama rasyid, makin diri gue merasa sedih, dan secara tidak langsung bapak kaya yang nyalahin gue, yaa mungkin rasyid merasakan hal itu mudah – mudahan sih, karena gue ga mungkin cerita itu ke rasyid, apa yang gue rasain yang ada gue makin membebani pikiran rasyid.

"Lin" sapa rasyid, dan gue melirik ke arah rasyid dengan tatapan bertanya

"Gini lin, aa serahin semuanya sama kamu, selama aa ga ada mau tinggal dirumah ibu, atau mamah, itu terserah alin, yang penting alin jangan sendirian dirumah, kalau alin dirumah mamah atau ibu, aa jadi tenang ninggalin alin nya" ucap rasyid, gue langsung melotot kearah rasyid dan memukul pelan tangannya

"Apasih a? kenapa bilang gitu? Seolah – olah mau ninggalin alin? Alin pingin dirumah kita aja" ucap gue sebisa mungkin gue tahan untuk tidak menangis saat ini juga, rasyid tersenyum tipis lalu mengelus rambut gue

"Aa lebih setuju kamu di mamah"


"dirumah aja" ucap gue dengan nada tidak terbantahkan. Dan gue mendengar rasyid menghela napas


"Jaga rumah, jangan keluyuran, hana jangan lupa dijemput atau minta anter ke pa joko, jangan pernah sendirian dirumah, kalau takut dirumah, ajak siapa teman kamu, asal bukan laki – laki"

"Azka boleh?" tanya gue dengan nada jail, dan rasyid hanya melotot kearah gue, yang artinya bahwa termasuk azka pun gaboleh kerumah gue

"Yang, kalau udah nyampe korea, kabarin alin yaa, jangan lupa" ucap gue dengan membantu rasyid membereskan baju nya yang ada di koper, dan rasyid tersenyum sambil mengelus rambut gue

Rasyid langsung memeluk gue, dan dagu nya dia simpan diatas kepala gue sambil mengelus punggung gue, yang asalnya gue tahan untuk tidak menangis, akhirnya pertahanan gue runtuh, gue memeluk rasyid lebih erat agar dia gatau gue nangis

"Jaga diri ya sayang selagi aku ga ada, jangan bandel, ayah sayang kalian" ucap rasyid dengan nada lembut, rasyid menguraikan pelukan kami, tapi gue enggan melepaskan pelukan ini, dan rasyid menghapus air mata gue dan mencium dahi gue lama...

Ketika kita keluar kamar, hana ada dipelukan bi ijah, ketika melihat ayah dan bunda nya turun dari kamar, hana langsung turun dari pelukan bi ijah, dan berlari menuju rasyid dan memeluk leher rasyid, ketika rasyid menekukan lututnya, sehingga hana dan rasyid sejajar

"Ayahhhhh" ucap hana dengan nada merengek

Rasyid memeluk badan hana, dan mengelus punggungnya, percis seperti yang tadi dia lakuin ke gue, "Kaka, ga boleh nakal selama ayah ga ada, gaboleh minta gendong bunda, kalau bunda belum jemput tungguin, jangan pernah ikut orang lain, anak ayah harus rajin makan, harus baik, gaboleh rewel, ya nak?"

Hana cuman mengangguk dengan semua pertanyaan dari rasyid, dan rasyid menggendong hana dan berjalan menuju keluar rumah, dan gue mengikuti mereka dari belakang, dan semua koper dimasukan ke dalam mobil oleh pa joko, selagi itu, rasyid mempersilahkan gue untuk masuk mobil lebih dulu dan disusul oleh rasyid yang masih menggendong hana

Ketika diperjalanan, hansa beberapa kali telefon rasyid, dan rasyid acuhkan

"A, jangan gitu, coba angkat, siapa tau ibu sama hansa mau anter aa ke bandara" ucap gue

Dan rasyid menurut dengan ucapan gue, akhirnya dia menerima telefon dari hansa, dan benar saja dugaan gue, bahwa hansa dan ibu ingin bertemu dengan rasyid sebelum rasyid ke korea,

Sesampainya di bandara, gue memakai kacamata hitam bertujuan bahwa nanti setelah suami gue berangkat, ga akan ada yang tau bahwa mata gue sembab

Dan ketika turun, ada ibu dan hansa sungguh pemandangan yang ganjil karena ga ada sosok bapak yang menemani mereka, dan hal itu juga yang disadari oleh rasyid, kami menghampiri mereka dan ketika rasyid salam kepada ibu

"Maaf a, bapak ga bisa anter kamu, bapak sedang ada rapat penting" ucap ibu

"Gak apa, aa memang udah ga penting buat bapak" ucap rasyid dengan dingin, dan raut wajah ibu langsung berbeda, langsung menunjukan raut wajah yang sebenarnya, dan ga ada topeng lagi disana, ya gue pun kalau ada diposisi ibu pasti bingung, sulit memilih antara suami atau anak.

Dan ketika hansa berpelukan dengan rasyid sambil menangis, rasyid cuman bilang "Nitip teh alin ya"

"Aa jaga diri disana yaa, hansa pasti selalu jagain hana sama teteh, hansa dirumah aa kok, boleh ya teh?" ucap hansa, dan gue mengangguk dengan semangat "Iyaa dong, teteh seneng jadi ada temen"

Hansa tersenyum ke gue, dan mencoba untuk menggendong hana yang ada dipangkuan rasyid

"kaka, ayo ke mamah, besok ayah udah pulang lagi ko" ucap hansa, dan disana hana semakin menjadi jadi tangisnya dan itu membuat gue ga kuat untuk melihat perpisahan ayah dan anak

"Gamauuuu, hana mau sama ayah ajaa" ucap hana dengan nada serak karena menangis

"Sayang ayah, besok ayah pulang lagi ko, ini cuman kerja aja seperti biasa" ucap rasyid

Gue melihat kearah ibu yang sudah menangis enggan melihat mata gue, dan hansa dengan tegar terus mencoba untuk membujuk hana untuk lepas dari pelukan ayah nya.

"Gamauuu, ayah bohong!" ucap hana

"Engga, ayah ga bohong, ayah besok pulang ka" lalu rasyid melihat jam yang menempel pada lengannya dan memberikan hana kepada hansa secara paksa "Titip Hana" ucap rasyid ke hansa dengan cepat

Lalu rasyid memeluk gue, dan dia mencium jidad gue dengan lama, dan itulah disaat gue ga bisa nahan tangis gue "Maaf bunda, doain ayah supaya ayah selamat sampai tujuan yaa, sebentar lagi pesawatnya berangkat, hati hati dirumah sayang" ucap rasyid

Dan gue hanya bisa mengangguk tampa bisa menjawab rasyid, dan rasyid terus menerus jalan, tidak menghiraukan seruan hana yang terus memanggil ayahnya dengan suara yang amat menyakitkan, dan gue hanya bisa mengelus rambut hana

"Sudah sayang, ayah cuman sebentar" ucap gue sambil terus menatap punggung suami gue dan berharap suami gue bakalan berbalik badan dan tersenyum untuk terakhir kalinya sebelum kita LDR dan ternyata tidak...

.

.

.

Mohon maaf, kalau kalian nunggu lama banget, semoga ini bisa menghibur kalian yaa, karena sekarang yang fokus usaha online shop jadi sedikit susah meluangkan waktunya, hehe 

semoga bisa mengerti, oh iyaa kalau mau liat online shop aku bisa follow instagram nya di rirachijab.. 

.

untuk kalian yang kangen aku:)))) boleh baca cerita aku kedua dong yang judulnya you and me. terimakasih semuanyaaaa.

AlinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang