19. Masih waras

71.8K 6.3K 274
                                    

May mendongak saat mendengar suara langkah kaki seseorang dan ternyata mereka adalah trio brengsek.

Tampan deh, karena mereka berbaik hati menjenguknya.

"Masih waras?" tanya Dave.

"Untungnya masih." balas May.

"sayang sekali."

Untuk yang satu ini May tetap mencapnya brengsek. Kurang ajar lagi.

May melirik ke arah Nathan sinis "Astaga mulut itu minta di cabein yah."

"Apa yang kau katakan?" Nathan menatapnya tajam.

May tersenyum polos "Aku mengatakan kau tampan."

Nathan mendengus, dengan tatapan seperti itu mana mungkin artinya bagus "Tidak mungkin."

"Sudah-sudah. Ini ku bawakan Makanan, karena sepertinya kami tidak akan bisa ke sini nanti malam." ucap Skandar

May menatap nampan yang di bawa Skandar lalu tersenyum simpul "Terima kasih."

Nathan melirik tahanan di samping kanan may "Masih hidup juga dia, padahal waktu itu aku menyiksanya selama 5 jam."

Dave mengangguk "Iya, kau bahkan sudah memotong lidah dan alat kelaminnya tapi dia masih bertahan yah? Kuat juga." dia menggeleng heran.

Ditendang saja rasanya sudah luar biasa, apalagi dipotong.

"Baru 2 hari, mungkin besok dia sudah mati." ucap Skandar

Yang di bicarakan menatap mereka tajam kemudian berteriak, mengatakan sesuatu tapi tak dapat mereka mengerti karena lidah lelaki itu sudah tidak ada.

Nathan meletakkan jari terlunjuknya dibibir "Orang yang sudah tidak punya lidah lebih baik diam." dia kemudian tertawa saat melihat laki-laki itu memberikannya tatapan membunuh.

May menatap Skandar, berbisik "Temanmu yang satu itu memang gila yah?" Skandar mengangguk mengiyakan "Efek dia terlalu sering membunuh di tambah melajang terlalu lama."

"Aku mendengarnya."

Keduanya sontak diam.

"Lebih baik kita segera pergi dari sini, sebelum Raja Leonard curiga." saran Dave

Nathan dan Skandar mengangguk.

"Bertahanlah ok?" ucap Skansar menyemangati may yang hanya dibalas anggukan dan senyum tipis.

"Sendiri lagi..." May menghela nafas lelah.

***

"Kalian dari mana?"

Sontak ketiganya menoleh saat mendengar suara Stevan.

"Dari menjenguk Pasa-" Stevan mendelik ke arah Skandar membuat lelaki itu menggaruk tengkuknya "Menjenguk May."

Nathan dan Dave menatap curiga mereka berdua.

"Anda sendiri kenapa tidak menjenguknya?"

"Untuk apa aku menjenguknya?" Stevan menatap Skandar dengan alisnya sebelah yang naik.

"Eh anda benar-benar tega. Saya saja yang laki-laki mendengarnya sedih, apalagi perempuan." Skandar mengelus dadanya, drama sekali.

"Anda marah saat saya di taman bersama dia, tapi kenapa Anda malah dengan tega tidak menjenguknya?"

Nathan dan Dave mengerutkan kening bingung yang dibicarakan siapa.

"Tutup mulutmu itu, sebelum aku cincang!"

My QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang