20. Ketahuan

70.3K 6.3K 167
                                    


"Raja Leonard yang terhormat, lebih baik kita keluar." Stevan masih berusaha membujuk Leonard.

Leonars menatap Stevan tajam "Kau sadar tidak, kelakuanmu ini malah membuatku makin curiga."

Stevan memasang ekspresi datar berusaha terlihat tenang.

"Kau menyembunyikan sesuatu yah?"

Stevan menggeleng "Tidak. Untuk apa aku menyembunyikan sesuatu?"

"Tentu saja agar ayah tidak tahu. Kau ini pernah belajar tidak sih?" cibir Leonard.

Stevan menghela nafas "Aku hanya tidak mau ayah lama-lama di sini."

"Kenapa memangnya?"

"Di sini kotor, busuk. Ayah pasti tidak suka." ucapnya santai.

Leonard tertawa "Sejak kapan kau peduli begini?"

"Sejak aku sadar ayah semakin tua. Aduh!" Stevan mendelik ke arah Leonard yang memukul kepalanya.

"Kau juga semakin dewasa semakin kurang ajar!" Leonard merangkul Stevan "Ayah tidak akan keluar. Ayo temani ayah berkeliling sekaligus mencari bau yang mirip dengan baumu." Leonard tersenyum miring.

Stevan melirik Leonard kesal. Kenapa ayahnya ini menyebalkan sekali? Kalau ayahnya menemukan May, bisa gawat dia.

Stevan menatap sekeliling. Ia tiba-tiba merasa menyesal. Kenapa dia dengan tega meninggalkan May di sini, hanya demi harga dirinya? Harusnya dia tidak perlu mengurung May kan? Ibunya sendiri bahkan sudah melupakan ucapannya sendiri. Tapi... bagaimana dengan Daniel? Bagaimana kalau si brengsek itu memberitahu ibunya?

"Hei Stev."

Stevan berkedip menatap Leonard "Ada apa?"

"Kenapa kau melamun?"

"Memangnya salah kalau melamun?"

"Salah kalau kau bersama ayah." Leonard mengeratkan rangkulannya membuat Stevan meringis.

"Kau harus dengarkan apa yang ayah katakan, tidak boleh melamun. Lagipula apa yang kau pikirkan? Kerajaan kita? Tidak perlu terlalu memikirkannya." ujar Leonard.

Stevan memutar bola matanya "aku tidak memikirkan kerajaan."

Leonard mengernyit "Lalu apa? Apa lagi yang kau pikirkan selain itu? Tidak mungkin tentang mate kan? Kau kan tidak punya mate." Raja Vampir itu tertawa terbahak-bahak.

Sungguh ayah yang baik. Bukannya menyemangati, dia malah Menertawakan putranya yang tidak kunjung mendapat mate.

Untung dia ayahku. Stevan menatap Leonard sinis.

"Terserah ayah saja." ucapnya dingin

"Nah ini, sikapmu yang seperti ini akan membuat perempuan tidak tahan denganmu- ah baunya semakin dekat Stev. Ayo!"

Stevan hanya diam saat ayahnya menyeretnya.

May bahkan belum 24 jam di sini. Jika ayahnya masih di sini,  Stevan yakin semuanya akan terbongkar.

"Kenapa ayah harus berjalan dengan santai jika ayah bisa melesat ke arah baunya?"

Leonars tertawa "Supaya semakin menegangkan saja Stev. Tidak seru kalau langsung melesat ke sana."

Stevan memutar bola matanya.

Leonard dan pikiran anehnya.

"Sebenarnya yang memasukkan dia ke tempat ini siapa? Kau atau Nathan?" tanya Leonard

"Siapa yang ayah maksud?" tanya Stevan tidak mengerti.

"Dia, seseorang yang mempunyai bau sepertimu. Kenapa dia bisa punya bau sepertimu?"

My QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang