"El mama mau nanya" ucap bu Vera.
"Nanya aja ma" jawab Bindy.
"El. Itu temen kamu mau ngapain disini?" Tanya bu Vera.
"El ada tugas main gitar. Dia bisa main itu, makanya El mau diajarin sama dia" jelas Bindy.
Bu Vera ngangguk-ngangguk dengan mimik muka yang sulit diartikan Bindy.
'si El gak bisa apa pilih temen yang gak kumuh kayak gitu' batin pedas bu Vera.
Bu Vera kemudian tersenyum manis. "Oh gitu yaudah"
"Iya ma. El mau bikin minuman dulu ma. Byee" pamit Bindy.
"Hemm ya"
'biarin lah dia masuk kerumah ini, walaupun sebenernya aku gak suka banget sama dia, keliatan dari penampilannya gak seperti orang kaya, gapapa lah ini cuma sementara, aku harus selalu bersikap baik untuk beberapa hari kedepan' batin bu Vera lagi dan kemudian menuju keruang keluarga untuk menonton televisi.
~~~~
Bindy kembali dari dapur dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat dua gelas berisi es teh manis dan satu botol penuh air dingin.
Bindy membuka ruang musik. Dia menaruh nampan tersebut diatas meja. Dia memperhatikan Rabin yang sedang menghadap jendela.
"Lo lagi ngapain?" Tanya Bindy.
Tidak ada respon dari lawan bicaranya. Membuat Bindy gemes sendiri. Bindy menepuk pundak Rabin dengan kedua tangannya.
"Wei! Gue nanya juga!"
Rabin tersadar. "Hah? Apaan? Lo nanya apaan tadi?"
"Lo lagi ngapain" Bindy mengulang perkataannya.
"Gatau gue juga" jawab Rabin dengan tatapan yang berubah sendu.
"Yailah. Lo ada masalah? Cerita aja sama gue. Kali aja gue bisa bantu"
Rabin menggeleng.
"Cepet ih" paksa Bindy dan membawa Rabin duduk di karpet biru berukuran lebar biar si Rabin nyaman buat cerita.
Rabin membuang napas lelah. Rabin mulai bercerita.
"Gue kadang mikir. Bokap gue kerja mati-matian buat hidupin keluarga gue. Nyekolahin gue. Sedangkan gue yang disekolahin malah gini. Gak pernah merhatiin pelajaran yang guru ajar, gue selalu main-main kalo disekolah, gak pernah serius. Sebenernya gue pengen sukses kayak orang-orang. Gue pengen hidup kaya, seperti lo ini. Tapi gimana? Gue juga selalu males buat belajar.
Gue ngerasa jadi cowok bego banget, gak bisa apa-apa, gak tau apa-apa. Sedangkan lo? Udah kaya, tapi lo tetep rajin belajar, tetep merhatiin guru ngomong, dan lo pinter, bahkan sekalipun lo bego, lo gak akan miskin. Lah gue? Gue bener-bener gk tau diri, gue gak guna, gue... gue..." Rabin seketika berhenti bercerita. Air mukanya sudah berubah. Dia menundukkan kepala. Berusaha keras agar tidak menangis didepan Bindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabindy
Teen FictionRank #5 harta Rank #110 kocak "Tangis mu adalah sumber luka. Sedangkan tawamu yang sekarang adalah sumber kebahagiaan. Teruslah tertawa, agar aku bahagia." - Rabin Satya Cendana - *** Sebelumnya maaf, ini masih kerangka cerita. Blm jadi cerita utuh...