Atas seizinNya, pak Fatah di kasih kesehatan lagi. Sudah pulih. Walau tak total. Setidaknya keadaan pak Fatah sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
Pak Fatah cuma melakukan rawat jalan. Buat mengecek keadaannya setiap satu minggu sekali. Pemeriksaan terakhir, katanya pak Fatah sudah 90 persen sembuh. Jadwal kontrol tersisa tiga minggu lagi. Guna benar-benar memastikan kalau pak Fatah sembuh secara total.
Rabin tersenyum ledek menatap pak Fatah yang sedang mengetik sesuatu di laptop nya. Beliau sedang mengerjakan tugas kantor nya.
Pak Fatah yang sadar akan tatapan anaknya itu langsung menoleh dengan kerutan alis yang kebingungan.
"Kenapa senyam-senyum gitu?"
Rabin cengengesan. "Gak papa. Lagi pengen"
Pak Fatah tertawa ringan. "Haha. Ada aja kelakuan mu" pak Fatah melanjutkan mengetik di laptop.
"Yah..."
"Hmmm" balas pak Fatah.
"Yah..."
"Hmmm apa?"
"Nengok dong"
Pak Fatah nengok.
Rabin malah nyengir.
"Itu kamu nyengir mulu. Kamu mau ayah pakein behel?"
Rabin kaget. "Hah? Kok behel?"
"Abisnya kamu nyengir mulu. Ayah bingung mau kamu tuh apa? Yaa siapa tau kamu lagi kode pingin di pasangin behel gigi" pak Fatah mengangkat kedua pundaknya.
"Enggak lah yah"
"Yaa trus apa dong?"
Rabin menggeleng. "Enggak mau apa-apa. Cuma mau gangguin ayah"
Pak Fatah mengusap wajah Rabin. "Huhh. Dasar kelakuan"
"Minum dulu yah" mak Sinta menaruh satu cangkir teh hangat di atas meja.
Rabin menatap gelas itu dengan pandangan pingin. "Cuma bikin satu doang mak?"
Mak Sinta mengangguk. "Iya. Kenapa emangnya?"
"Kirain bikin dua. Rabin kan juga mau"
"Kalau mau. Kamu tinggal bikin sendiri sana di dapur"
"Males mak jauh" keluh Rabin.
"Jauh mata mu soek. Itu dapur ada di depan mata kok"
"Mata Rabin gak soek mak" elak Rabin.
"Trus apa?"
"Mata Rabin tuh mata yang bisa melihat masa depan"
"Sok tau kamu"
Tiba-tiba Robin keluar dari kamar dengan tatanan rambut yang berantakan. Muka yang terlihat masih khas orang baru bangun tidur.
"Lo cakep juga Rob" puji Rabin.
"Kek anak punk rock and roll" lanjutnya.
Robin cuma tersenyum. Dia langsung nyelonong ke dapur.
Rabin yang melihat itu langsung menyusul.
Di saat matanya melihat Robin mencuci beras, membuat Rabin penasaran.
"Lo ngapain gituin beras?" Tanya Rabin.
Robin menatap Rabin polos. "Gak ngapa-ngapain"
"Lo mau tau gak?" Tanya Rabin.
"Enggak"
"Serius"
"Apa?"
"Tanaman cabe gue udah numbuh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabindy
Fiksi RemajaRank #5 harta Rank #110 kocak "Tangis mu adalah sumber luka. Sedangkan tawamu yang sekarang adalah sumber kebahagiaan. Teruslah tertawa, agar aku bahagia." - Rabin Satya Cendana - *** Sebelumnya maaf, ini masih kerangka cerita. Blm jadi cerita utuh...