Rabin berjalan ke lapangan futsal. Karna ada latihan hari ini. Sekarang sudah pulang sekolah. Untungnya si Rabin bawa baju olah raga, coba kalo nggak? Secara dia kan yang jadi kapten futsal SMA Nusa Abadi sekarang.
Semua anggota futsal sudah berkumpul di lapangan. Pelatih sedang mengabsen annggotanya. Yang disebut namanya harus mengangkat tangan dan menyahut.
"Dan yang terakhir Rabin" ucap pak pelatih. Rabin mengangkat tangan dan menyahut.
"Oh jadi kamu yang bakal gantiin Dirga?" Tanya pak pelatih.
"Iya pak saya"
"Oh oke baik lah. Coba kamu sini"
Rabin bangkit berdiri dan langsung kedepan.
"Coba tunjukkan skil bermain kamu"
Rabin mengangguk. Dan dia langsung menerima bola yang dilempar oleh salah satu anggota futsal.
Rabin pun mulai memainkan bola itu. Semua menatap Rabin tak kedip, takjub dengan kemampuan bermain bola Rabin. Tak disangka, tak diduga, tak terpikirkan, ternyata Rabin jago banget mainin bola. Dia menunjukkan berbagai gaya memainkan bola.
Pak pelatih bertepuk tangan. Dan Rabin kembali duduk.
"Kita akan ada pertandingan antar sekolah, acara itu akan diadakan setelah uts ganjil. Jadi, berlatih lah kalian, agar bisa mengalahkan musuh, dan memenangkan pertandingan itu"
Semua mengangguk. Kecuali satu diantara semuanya. Yang sedang menatap Rabin tak suka.
Dia adalah Ken. Anak kelas sebelas yang mengharapkan menjadi kapten futsal sejak dulu. Karna dulu dia tidak akan jadi kapten futsal karna kapten futsalnya itu jago banget, gak tertandingi. Jadi Ken bersabar, dan tetap mengikuti ekskul bola, walaupun cuma jadi pemain handal, bukan kaptennya.
Eh tiba-tiba si Rabin dateng dan menjadi kapten futsal. Rumor yang tersebar di kalangan anak futsal katanya Rabin terpilih karena Dirga gak sengaja nabrak Rabin. Itu sepele banget. Ken jelas gak terima. Sudah satu tahun sejak awal dia menjadi anak futsal SMA Nusa Abadi tidak terpilih, sedangkan Rabin yang hanya karna kejadian itu langsung terpilih. Jadi gak adil pikir Ken.
Ken langsung berdiri, meminta izin ketoilet, yang sebenarnya dia langsung pulang ke rumah karna malas melihat muka Rabin. Dengan meninggalkan tasnya.
~~~~
Arleta mencubit pinggang Yosen sembari tertawa-tawa.
Tunggu dulu, Yosen?
Iya. Tadi sehabis Sean memberikan rencana buat nyingkirin orang yang bernama Rabin. Dia langsung mengajak Arleta pulang, katanya dia gak mau kalo Arleta kecapean. Arleta harus tidur siang, karna kan nanti malem seperti biasa ke bar lagi. Walaupun sering ke bar, Sean selalu menjaga kesehatan Arleta, dengan menyuruh Arleta tidur yang cukup.
Tapi, setelah Sean mengantar Arleta ke apartemennya, tidak lama kemudian Arleta balik lagi ke bar itu dengan menggunakan taksi. Dia ingin berduaan dengan pacarnya, Yosen, seharian ini.
"Aduuh duh sakit gila" Yosen mengusap pinggangnya yang abis dicubit Arleta.
"Biarin aja. Abisan lo ngeselin banget. Gimana kalo Sean tau tentang hubungan kita? Ah bisa kacau semua"
"Hmm. Tapi kan gue cuma mesenin minuman kesukaan lo"
"Ih lo gak ngerti banget sih"
"Iya-iya. Andaikan Sean nanya kenapa gue langsung pesenin lo wine, yaa gue tinggal jawab, karna kebanyakan cewek sukanya itu. Semua mudah gue lakuin"
Arleta menyubit pinggang Yosen buat yang kedua kalinya. "Tuh kan ih. Lo tuh ngeselin banget"
"Walaupun ngeselin lo tetep sayang kan sama gue" Yosen tertawa pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabindy
Teen FictionRank #5 harta Rank #110 kocak "Tangis mu adalah sumber luka. Sedangkan tawamu yang sekarang adalah sumber kebahagiaan. Teruslah tertawa, agar aku bahagia." - Rabin Satya Cendana - *** Sebelumnya maaf, ini masih kerangka cerita. Blm jadi cerita utuh...