Part 26

8 2 0
                                    

Sudah seminggu ini pak Fatah di pindahkan ke kamar rawat inap untuk masa pemulihan. Jam dinding menunjukkan pukul lima sore. Kebetulan sekarang adalah waktu untuk berjenguk yang pas. Sebab waktu jenguk sore itu di berikan dari mulai jam lima hingga jam tujuh menjelang isya.

Rabin membuka pintu kamar itu untuk membiarkan Bindy, Kezia, dan Ferdi masuk. Mereka emang rutin menjenguk ayahnya Rabin dan Robin.

"Assalamualaikum" seru mereka bertiga berbarengan. Setelah di jawab salamnya oleh Robin, pak Fatah dan mak Sinta. Mereka bertiga segera menyalimi tangan orang tua Rabin.

"Mak ini buah buat ayah dari kita semua, semoga lekas sembuh" ucap Kezia seraya menyerahkan berbagai buah ke mak Sinta.

Orang yang menerima buah tersebut tersenyum. "Makasih yaa"

Mak Sinta pun melanjutkan menyuapi bubur ke pak Fatah hingga akhirnya bubur tersebut sudah selesai di habiskan.

"Rab sekarang lo bisa hidup aman, karna orang yang udah buat lo dalam posisi gak aman sudah di amankan" ucap Bindy yang sulit di cerna kata-katanya oleh semua orang.

Rabin tersenyum simpul. "Iya. Alhamdulillah. Tanpa bantuan lo gue gak bakal bisa menjebloskan mereka ke penjara"

"Semua emang udah jalannya. Allah mengirim gue buat bantu lo" ucap Bindy.

Semua yang melihat percakapan dua orang itu bingung. Apa sih yang di bicarakan? Siapa sih orang yang di maksud?

Pak Fatah meminum air melalui sedotan. Setelah selesai dia pun melontarkan pertanyaan.

"Apa maksudnya?" Itulah yang di tanyakan pak Fatah.

Rabin mendekat ke pak Fatah. Bersiap buat memberi tahu apa maksudnya.

"Jadi yang menyebabkan ayah seperti ini bukan faktor murni kecelakaan. Tapi ada kesengajaan di dalamnya" jelas Rabin yang di perhatikan semuanya dengan saksama.

Rabin menatap tembok dengan tatapan kosong.

"Ada tiga orang yang merencanakan untuk membunuh Rabin karna alasan yang berbeda dan intinya mereka gak suka Rabin"

Rabin kembali menatap pak Fatah.

"Saat hari H nya mereka bersiap bunuh Rabin dengan mau menabrak Rabin, tapi takdir berkata lain. Ayah dateng buat nyelamatin Rabin dari maut. Ayah mendorong Rabin agar Rabin pindah posisi. Dan ayah yang menggantikan posisi Rabin sebelumnya. Saat detik itu juga, motor itu langsung nabrak ayah karna gak ada waktu sedikit aja buat memutar stang" tak terasa matanya mengeluarkan bulir air mata. Yang langsung dia lap dengan tangannya.

Pak Fatah mengerti. "Emang apa alasannya? Kok mereka tega? Segala pingin bunuh Rabin?"

"Dengan alasan yang berbeda tapi satu yang sama. Yaitu mereka benci Rabin"

"Terus siapa yang menjebloskan mereka ke penjara?" Tanya pak Fatah.

"Rabin" akunya.

"Kenapa? Kenapa Rabin menjebloskan mereka ke penjara?"

"Karna Rabin gak terima, ngeliat ayah terbaring lemah di sini, sedangkan mereka enak di rumah santai-santai. Gak adil bagi Rabin" ucapnya dengan kemarahan yang sudah membara mengingat tiga orang itu.

"Sampai kapan mereka mendekam di penjara?"

"Yaa sesuai dengan hukum. Antara hukuman seumur hidup atau hukuman mati"

"Terus Rabin lega dengan melihat mereka di penjara?"

"Iya lah ayah Rabin lega. Karna gak ada lagi pengacau"

RabindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang