Act 12

197 8 0
                                    

   ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ °     

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ °     

Rintik-rintik air membasahi kaca jendela, tubuhnya berbalut sweater cashmere yang tidak cukup menghangatan meski sudah tebal. Sore hujan, dingin dan.. harus dia akui, saat ini Claudia merindukan Bara.

Claudia mengingat kehangatan tubuh Bara yang mendekapnya kuat. Tidak ada yang sahangat, sekuat dan senyaman Bara. Padahal hanya kurang dari 24 jam setelah berpisah dan Claudia sudah sangat merintih kesakitan karena kangen.

Dia tidak tau besok jam berapa dan tempatnya dimana, mungkin dia harus menanyakan pada Bara. Dia sudah tidak tahan ingin memiliki sedikit interaksi dengan lelaki itu.

Claudia mengeluarkan ponselnya, meski agak ragu mengetik dia tetap melanjutkan menekan tombol kirim.

Claudia: Bara besok jam berapa? Tempat latihan kamu dimana?

Seperti ketika duduk di sekolah menengah dulu rasanya, menanti cowok yang dia sukai untuk membalas. Terasa begitu lama, jantungnya sudah menggebu, padahal sesungguhnya baru dua menit.

Bara: Jam 8 ya? Di Tirtayasa, Kebayoran Baru.

Bara: Jangan lupa sarapan dulu, tidur yang cukup biar besok nggak kecapean.

Bibir Claudia mengembang melukis senyum memandangi layar ponselnya. Apapun yang dikirimi Bara membuatnya bahagia.

Claudia: Okay, see you tomorrow Bara.

Bara: Can't wait to see you, Claudie.

Claudia kembali menatap hujan di mukanya, lalu melihat awan mendung diatasnya.

Seperti awan mendung yang berkoar, menunjukan kekuasaannya pada bumi. Jika mereka awan mendung menyelimuti Bumi, seluruh jiwa akan merasakan rasa dingin dan keteduhan. Hujan akan berlomba-lomba turun dari perintah awan mendung.

Langit yang berawan sungguh sejuk, seperti seorang perempuan.

Seperti kekuatan panas sang surya, terkadang meski limpahan sinar matahari begitu indah dan menghangatkan, namun suasana berawan yang sejuk justru malah bisa menghangatkan hati.

Tapi Claudia suka kehangatan.

Begitukah tuhan menciptakannya, Claudie, Cloudy, berawan, yang seperti langit mendung. Selalu kedinginan. Bara diciptakan untuk Claudie, begitu pula sebaliknya.

**

Bara tidak sabar bertemu Claudia esok hari, tulangnya sudah habis digigiti rindu. Apalagi sengaja Bara menanti Claudia menanyakannya duluan, supaya Bara tau bahwa perasaan Claudia sama dengannya.

Ternyata Claudia juga rindu padanya.

Memikirkan perempuan itu mengingatkannya ada kejadian kemarin hari. Kejadian itu tidak menempatkan Claudia bersamanya, namun dia dan Dira memang membicarakan Claudia.

Yours TrulyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang