° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ °
Delapan bulan kemudian.
From: Siola Production
To: Claudia Majid
Subject: Movie Premiere Invitation
Mail:
Dear Miss Claudia,
Kami mengundang anda untuk menghadiri premiere film 'Burn House' pada waktu dan tempat sebagai berikut.
- Waktu: Sabtu, 13 Oktober 2018, pukul 19:00.
- Tempat: Epicentrum Walk XXI, Jl. H.R. Rasuna Said, Karet Kuningan, Jakarta.
Mohon membalas email ini untuk konfirmasi kehadiran.
Claudia membaca email undangan itu untuk yang keseratus kali. Dia sudah paham instruksinya, namun masih tidak tau apakah dia akan datang atau tidak. Sejujurnya dia sama sekali tidak mau datang, tapi..
Sekarang dia sudah tiba di Soekarno Hatta, menunggu kedua orang tuanya untuk menjemput. Tidak banyak barang bawaan yang dia bawa, hanya satu koper kecil yang isinya sebagian besar makeup. Selebihnya masih banyak baju di rumah orang tuanya.
"Claudia!" Mama melihat Claudia dari jauh, dia dan papa berjalan lalu memberinya pelukan hangat. "How's LA?" Tanya mama lagi.
"LA great, as always."
"Ayo sayang," papa membantu membawakan koper dan mereka berjalan ke mobil.
Kali ini dia datang untuk merayakan acara papanya, ulang tahun firma hukum ayahnya dan setelah Hasyim Majid mendapatkan penghargaan bergengsi se-Asia. Tentu saja putri tercinta harus pulang, sama seperti Calista dan Calvin, kedua kakaknya.
Lalu undangan premier itu, dia ingin menolaknya tapi sialnya Claudia sedang ada di Jakarta. Lalu ada Cory, dia adalah anak dari teman dekat papa, dia pasti datang ke acara Papa pada Sabtu siang. Seseorang seperti Cory mulutnya pasti tidak akan bisa diam. Jika dia tidak datang, Cory akan berkoar, menceritakan gosip tentang Claudia.
Gabriel: Udah sampe Jakarta? Miss you already.
Claudia membuka pesan masuk dari kekasihnya, lalu segera membalasnya.
Claudia: Me too. Can't wait to be in your arms again.
Claudia memasukan ponselnya, masih berfikir ke seribu kali lagi apakah dia akan datang ke premiere film itu dan bertemu dengannya lagi.
**
Memasang senyum permanen, Claudia menjabat satu tangan ke tangan lain, mencium pipi kanan dan kiri kerabat keluarganya. Dia sudah lelah berdiri diatas hak sepuluh senti sambil menebar senyum padahal masih jetlag setelah dua puluh jam lebih penerbangan. Dia berusaha melepaskan diri dari acara membosankan ini sebisa mungkin, tidak ingin beramah tamah dengan orang asing yang tidak dia kenal. Sudah cukup di LA dia melakukannya setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours Truly
Romance"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada" - Sa...