Act 13

223 9 0
                                    

  ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ °    "Ya?" Seorang perempuan berusia empat puluhan yang mengenakan mukena bordir membukakan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ °
"Ya?" Seorang perempuan berusia empat puluhan yang mengenakan mukena bordir membukakan pintu. Pemandangan ini membuat Claudia garuk-garuk kepala dan membaca ulang alamat yang diberikan Bara padanya.

Benar kok ini alamatnya. Tapi kok..

"Ini.. gym?" Claudia kebingungan, "Atau.." Claudia membiarkan kalimatnya menggantung karena tidak tau ini tempat apa. Tempat ini terlihat seperti rumah.

"Kamu Claudia?" Tanya perempuan yang tahu namanya kini. Claudia tidak pernah mendaftar apapun di tempat kebugaran seingatnya, atau memang benar ini alamatnya dan Bara sudah memberitahu. Claudia mengangguk kecil, "Iya.."

Perempuan itu membuka pintu lebih lebar, lalu mengeluarkan tangannya dari mukena untuk menyalami Claudia yang kebingungan. "Saya Ranti, mamanya Bara."

JENG JENG JENG JENG

Mengapa ada mamanya Bara? Di rumah.. Jadi rumah besar ini bukanlah studio latihan bela diri namun memang rumah Bara?

Banyak pertanyaan dan ketakutan yang menumpuk jadi kusut di otak Claudia memikirkan semua ini. Awalnya Claudia ragu membalas tangan mamanya Bara yang terulur, kemusian dia beranikan diri juga untuk menyambut tangan Ranti. "Claudia," ucapnya pelan sambil mendekatkan wajah untuk mencium pipi perempuan itu. Ini refleks, karena dulu di Amerika selalu melakukannya.

Ranti tersenyum melihat Claudia, selama beberapa saat Claudia kikuk dibuatnya. Hingga akhirnya mama Bara menyuruhnya masuk dan sang ibu berteriak, "Bara, Claudia udah dateng."

Yang dipanggil dan ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Bara berlari yang sepertinya dari arah dapur, karena dia sedang memagang susu kotak satu liter. Dan tanpa pakaian. Hanya celana training saja. "Hey Claudie," Bara menarik Claudia dan mencium keningnya.

Wajah Claudia merah padam dibuatnya. Apa lelaki ini tidak sadar bahwa ibunya ada di depan mereka dan Bara sedang telanjang dada!

"Gimana liburannya kemarin? Udah cukup istiahatnya? Tadi udah makan kan?" Bara mengusap-ngusap rambut Claudia sambil meminum susu kotak satu liter. Claudia hanya mengangguk-ngangguk dia tidak bisa berfikir saat ini. "Aku siap-siap dulu ya, sorry tadi abis lari keliling komplek. Tunggu bentar ya?"

Tanpa mereka sadari ibu Bara masih mengamati mereka. Ketika Bara naik ke atas menuju kamarnya, sang ibu yang masih berbalut mukena bicara mengaggetkan, "Claudia mau minum apa?" Claudia langsung menengok ke arah Ranti. "Nggak usah tante, Claudia bawa minum."

Baru menyadari bahwa masih ada ibu Bara yang sedari tadi menyaksikan adegan barusan, Claudia menjadi panik seketika. Berani-beraninya Bara langsung mengenalkannya dengan orang tua meskipun baru saja dekat! Claudia kan jadi bingung harus mencari topik obrolan dengan calon ibu mertua.

"Claudia mau latihan boxing ya sama Bara?" Tanya nyonya Ranti lagi penasaran dengan calon yang dibawa anaknya. "Iya," jawab Claudia singkat.

"Tante kok pake mukena sih, kan masih jam delapan?" Claudia sedari tadi bingung, karena setahunya subuh sudah lewat dan Zuhur masih lama. "Solat sunnah dhuha, sayang. Tadi abis solat belum dilepas lagi."

Yours TrulyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang