° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ ° ▪ ☆ ▪ °
"Hey, we match!" Suara besar Cory menggelegar di ruangan ketika melihat Claudia menuruni tangga. Dia mengenakan gaun putih berbahan sutera. Gaunnya panjang dengan spaghetti strap, dada yang terekspos dan sobekan rok hingga ke pangkal paha.
Sementara Cory sama-sama mengenakan kaus putih yang dibalut setelan jas dan celana biru tua. Kemudian ia bersiul, menatapi Claudia dari atas sampai bawah yang dibalut gaun seksi itu. "Try to impressed someone, Claudia?"
"Enggak! Ayo ah Cory!" Claudia mengelak.
Cory pun sadar bahwa mungkin ucapan Claudia separuh benar. Walau pakaian yang digunakan Claudia sangat menggoda iman, akan tetapi ciri khas makeup rupawan Claudia tidak ditunjukan.
Claudia sudah mempersiapkan gaun suteranya sejak beberapa bulan lalu, ketika dia iseng berbelanja di LA. Sebenarnya dia agak ragu untuk mengenakan, jikalau Cory tidak mengajaknya mungkin Claudia tidak akan pernah mengenakan gaun itu.
Lalu soal makeupnya, Claudia sengaja tidak berdandan cantik. Bara suka ketika dia tampil cantik, Claudia tidak ingin mempersulit Bara. Ya, itu juga kalau Bara masih ada rasa, sepertinya tidak sama sekali.
Kamu terlihat cantik, seseorang pasti akan sangat merindukanmu malam ini. Cory ingin mengatakan seperti itu, namun urung.
"Let's go, my date!" Cory menarik tangan Claudia, menyuruhnya berjalan cepat ke mobil.
"Cory aku pakai heels, jangan cepat-cepat!" Claudia perlu mengikuti ritme langkah Cory yang tergesa-gesa sebelum akhirnya berhasil masuk ke mobil.
Mobil melaju memutar lagu rap kesukaan Cory sepanjang perjalanan yang macet, sementara Claudia diam saja menikmati macet. LA terkenal dengan kemacetannya, namun Jakarta tetap tiada bandingannya.
Hingga akhirnya tibalah Mercedes Cory di parkiran Epicentrum Walk. Disana Claudia mulai menggigiti bibirnya.
Mesin mobil sudah sudah mati, Claudia masih setia menunduk tidak mau digubris.
"Hey, Claudia?" Cory menyadari tekanan batin perempuan disambingnya, dia menggeser tubuh mungil Claudia. Badan Cory tinggi dan kuat seperti Bara, seperti layaknya pemeran dalam film aksi. Tangan Cory memegangi pundaknya, menyapu rambut Claudia yang berjatuhan di wajah perempuan yang sedang berduka.
Kini wajah Claudia terpaksa diarahkan pada Cory, dagu Claudia sudah dipegangi dan dia malu karena matanya sudah berkaca-kaca. "Claudia, nggak papa kok. Nggak ada yang perlu di khawatirin, dia nggak akan marah sama kamu lagi. Aku ada disamping kamu. Kalau Bara macem-macem aku tonjok dia nanti, oke?"
Air mata tidak jadi keluar karena mati-matian dia tahan, dia berbisik. "Kenapa aku harus ikut, Cory?"
Ya, mengapa jika Claudia tidak mau, Cory?
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours Truly
Romance"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada" - Sa...