Sungguh kesialan yang nyata bagi seorang Kanaya Putri jika ia bertemu kembali dengan seseorang yang selalu berhasil membuat tensi darahnya melonjak. Siapa lagi kalau bukan Alkana Mahendra.
Pria yang memplokamirkan dirinya sebagai satu-satunya pria yang berhak menyentuh dan mendekati Kanaya itu kini tengah menatapnya dengan seringaian jahil yang terlihat sangat cocok dengan wajah mesumnya.
Sejak tadi, pria dengan postur tubuh tegap itu selalu menampilkan senyumannya. Senyum yang sangat menyebalkan dimata Kanaya.
Terlebih saat mata tajam cowok itu berusaha menggodanya dengan berkedip-kedip, Persis seperti banci di perapatan Ancol.
"Hih" Kanaya bergidik, terlalu dekat dengan Alkana membuatnya merasa ngeri sendiri.
Alkana masih diposisinya memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh calon gadisnya. Alkana sudah pernah bilang bukan, bahwa ia memiliki sebuah misi. Ia akan memperjuangkan gadis itu sekuat tenaga? Dan kini, Alkana sedang menjalankan misinya itu.
Alkana bangkit saat ia melihat Kanaya hendak pergi menjauhinya. Baru selangkah Kanaya menjauh Alkana tiba-tiba saja mencekal tangannya, dengan reflek Kanaya langsung menepisnya dan menghadiahi Alkana pelototan gratis.
"Apaan sih lo?" Kanaya berdesis tidak suka.
Alkana nyengir lantas menjawab "Pegang dikit elah galak amat sih mbak, dikira gue anjing apa yak? Gak najis kok ini"
"Lebih dari anjing"
"Hah?" Alkana membeo. Apa tadi dia bilang, lebih dari anjing? Maksudnya apa tu? Alkana lebih najis dari anjing begitu?
"Wah nyolot nih" Alkana menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku. Kemudian menautkan jari-jari tangannya.
Tak lupa, cowok yang ketololannya sudah mendekati kronis itu juga menggerak-gerakkan lehernya. Persis seperti orang yang ingin berkelahi.
Perlahan dia membuka sedikit kaki kanannya kedepan kemudian meloncat-loncat kecil. Biar apa begitu? Biar Kanaya takut terus mengalah padanya? Huh jangan harap!
Kanaya memutar bola matanya malas. "Gapen banget" tukas Kanaya tajam, kemudian pergi meninggalkan Alkana yang masih meloncat-loncat tidak jelas.
"Heh tunggu!" Lagi, Alkana mencekalnya dan Kanaya menepisnya. Selalu seperti itu.
"Apa lagi sih?"
Alkana tidak menjawab namun tangannya bergerak kebelakang seperti sedang mengambil sesuatu di kantung celana.
Lama alkana berusaha tapi tak kunjung mendapatkan hal yang ia cari. Hal itu tentu saja tidak luput dari pandangan Kanaya yang masih berada didepannya.
"Ngapain sih lo?" Tanya Kanaya tak sabaran.
Alkana mendesah sambil kembali berusaha merogoh kantongnya lebih dalam. "sabar elah"
"Akhirnyaa" Ucap Alkana lega. Ekspresi mukanya benar-benar menjijikkan. Sama seperti saat ia lega berhasil buang hajat yang sudah berhari-hari tidak keluar.
Tau kan gimana leganya?
Kanaya mengernyit kemudian bertanya "Ngambil apa sih, lo?"
"Penasaran kan lo?" Alkana cengar-cengir lagi. Kanaya jadi berfikir. Jangan-jangan alkana ini pasien RSJ yang lagi kabur. Haduh gimana dong.
Belum sempat ia tersenyum lantaran pemikiran konyolnya, alkana kembali berulah. Kali ini dengan tangan yang menoel-noel bahu Kanaya "penasaran kan lo? Penasaran kan" tanyanya setengah mendesak
Hal itu tentu saja membuat kanaya risih "Dih, apan sih lo, gak jelas!"
Kanaya mengelak namun jauh dilubuk hatinya yang paling dalam dia memang penasaran, tapi hanya sedikit kok. Ingat, hanya sedikit!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKANA [On Going]
Teen FictionAlkana batu. Kanaya juga batu. Mereka dua manusia batu yang sama-sama gak mau ngalah. Tapi pernah denger bahwa cinta mengalahkan segalanya? Ya seperti itulah mereka. Alkana jatuh cinta sama Kanaya dan berkali-kali mengalah sama cewek bar-bar itu...