19. Sembilan belas

166 17 7
                                    

Sepertinya Kanaya memang tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Buktinya sejak dua hari yang lalu Kanaya benar-benar mogok bicara dengan Alkana. Dan itu benar-benar membuat Alkana tersiksa.

"Kay ayolah masa gitu aja lo marah sih sama gue? Niat gue kan baik Kay mau sedekah sama fans-fans gue yang udah rela teriak-teriak demi support gue"

"Ssshh" Kanaya mendesis jengkel saat tiba-tiba saja Alkana meletakkan tangannya di bahu Kanaya. Ia segera menghempas tangan laki-laki itu dan berujar dengan tidak santai.

"Lepasin tangan kotor lo itu dari bahu gue sekarang!"

Mendengar itu Alkana buru-buru memeriksa tangannya "Tangan gue bersih kok Kay, tuh liat" ujar laki-laki itu lantas memperlihatkan tangannya kepada Kanaya.

Kanaya tidak menanggapi. Ia justru dengan sengaja menyumpal telinganya dengan headset sembari mendumel tidak jelas "Nyenyenyenye dasar kardus!"

Alkana menghela napasnya kasar melihat itu.

"Nyesel gue buka baju kemarin kalau tau akhirnya begini"

***

"Ikan hiu makan rambutan i love you cecan" Pantun yang seirama antara baris lampiran dengan isi itu pastilah Reza yang menyerukan.

Sebab diantara mereka berlima hanya Rezalah satu-satunya orang yang masih waras dalam berpantun.

Sementara Alkana, Dero, dan Rizki mereka hanya pandai sebagai supporter peyorak kata "cakep" saja tanpa bisa membuatnya sendiri.

Sedangkan Fadil? Lelaki pendiam dengan mulut pedas itu bukannya tidak bisa tapi lebih tepatnya ia memang tidak mau.

Orang macam Fadil yang jaimnya selangit itu mana mau main pantun-pantunan?

Alkana jamin sampai hujan air berubah jadi hujan emas pun Fadil tidak akan pernah mau berbalas pantun. Tidak dengan mereka   apalagi perempuan.

"Kalau Fadil sampe berbalas pantun sama satu cewek aja gue bakal traktir kalian makan sepuasnya nanti malam. Di restoran Italia favorit kita"

Celetukkan tiba-tiba dari Alkana itupun tak pelaknya mendapatkan berbagai reaksi dari keempat temannya.

Ada yang memandangnya takjub karena berhasil menyuarakan keinginan terpendamnya yang belum sempat terucapkan.

Ada yang melirik Fadil iba namun sedetik kemudian ikut tertawa terbahak. Ada juga yang pura-pura tidak setuju namun pada akhirnya turut membantu mengolok juga.

Memang ya Dero, Rizki, Reza dan Alkana itu da real definisi temen bangsat!

"Gak guna banget hidup lo nyuruh-nyuruh orang ngelakuin hal gak berfaedah macam itu!"

Reza melotot, tidak terima bidang yang ia geluti selama dua tahun terakhir ini dibilang tidak berfaedah.

"Pantun itu sastra tau! Sembarangan bae lo ngomong pantun gak berguna!"

Alis Fadil terangkat satu, terlihat menyebalkan sekali seperti menantang.

"Lo gak percaya?" Reza makin kesal.

Fadil tidak menjawab, ia hanya menggedikkan bahunya saja pertanda tidak peduli atau lebih tepatnya ia memang tidak pernah peduli pada hal-hal seperti itu.

"Lo kok nyolot banget sih Dil. Punya masalah apa lo sama gue sampe senyebelin ini, hah? Ayolah kita kelapangan adu kejantanan!"

Dero melongo mendengar kalimat yang baru saja Reza ucapkan. "Adu kejan__tanan?"

ALKANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang