15. Lima Belas

111 36 2
                                    

Kabar damai antara Kanaya dan Alkana masih menjadi trending topik meski sudah seminggu berlalu.

Di kantin, di kelas, di lapangan, di toilet bahkan di belakang sekolah pun siswa perempuan akan tetap menggosipkan mereka.

Beberapa dari mereka mendukung hal tersebut. Hal ini karena terang saja mereka juga sebenarnya sudah cukup jengah melihat perdebatan diantara keduanya.

Tapi tak sedikit pula yang menyayangkan. Pasalnya jika Alkana dan Kanaya benar berdamai mereka akan kehilangan tontonan paling mengasyikkan sepanjang sejarah mereka bersekolah disini.

Lain dengan Alkana dan Kanaya yang justru tidak merasa terganggu sama sekali meski digosipkan dimana-mana. Dea justru mencak-mencak sendiri sejak kemarin, kesal karena sahabatnya dituduh macam-macam.

Katanya Kanaya suka Alkana lah, Kanaya memohon-mohon agar bisa berteman dengan Alkana lah. Bahkan ada yang bilang kalau Kanaya pakai dukun supaya bisa dekat dengan Alkana.

Cih! Teori dari mana itu? Yang ada si Alkana tuh yang pakai Semar mesem plus jaran goyang biar Kanaya bisa luluh.

"Kay abis ini tonton gue main basket di lapangan ya"

Kanaya menoleh lalu sedetik setelahnya gadis dengan rambut diikat kuda itupun mengangguk tanda setuju.

"Lo mau tanding sama kelas mana dah Al?" Tanya Kanaya penasaran.

Saat ini Alkana dan Kanaya sedang makan berdua di kantin sekolah. Mereka memilih makan bersama karena Alkana yang meminta dan Kanaya tidak enak jika menolak.

Ah lucu ya? Padahal rasanya baru kemarin ia dan Alkana masih musuhan sampai-sampai duduk berdekatan saja rasanya enggan. Tapi sekarang? Ia bahkan tak bisa menolak permintaan laki-laki itu.

"Sama kelas lo"

Uhuk

"Lo gak papa Kay? Kok jadi keselek gini sih?" tanya Alkana khawatir. Ia langsung mengambil gelas yang ada didepannya dan memberikannya pada Kanaya.

Setelah merasa baikan Kanaya menatap Alkana dengan sebal. Ia memukul lengan Alkana keras "Lo sih ngagetin gue!"

"Loh kok gue?"

"Ya abisnya jawaban lo bikin gue kaget!"

Kening Alkana mengerut mendengar itu "Lah kan tadi lo nanya ya gue jawab. Lagian bagian mana yang bisa bikin lo kaget? Padahal jawaban gue biasa aja tuh"

Kanaya tampak berfikir sejenak lalu kemudian menjawab dengan tergagap "Ee..eh bagian.. em itu bagian.."

"Bagian mana?"

Alkana yang melihat Kanaya diam pun lantas memajukan tubuhnya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Kanaya membuat gadis itu mundur secara otomatis.

"L..lo mau ngapain?" Panik Kanaya saat kedua tangan Alkana sudah berada di bahunya.

Alkana tidak menjawab, ia justru semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Kanaya hingga kening mereka nyaris bertemu.

Kanaya sampai menahan napasnya saat hembusan napas Alkana terasa menerpa wajahnya.

"Alkana please" rengek Kanaya seraya  mendorong bahu Alkana pelan, meminta laki-laki itu untuk menjauh darinya.

Bukan Kanaya tidak suka berdekatan dengan Alkana. Tapi ia rasa ini tidak akan berakhir baik untuk kesehatan jantungnya yang akhir-akhir ini mengalami masalah.

Pasalnya jantung Kanaya mudah sekali berdetak kencang saat berdekatan dengan Alkana. Dan hal itu tentu saja membuat Kanaya khawatir.

Ia berfikir mungkin lebih baik ia memeriksakannya ke dokter spesialis jantung suatu saat nanti.

ALKANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang