14. Empat Belas

112 35 0
                                    

Saat ini Dea dan Kanaya tengah berada diruang keluarga rumah Kanaya. Kebetulan Mama dan Papa Kanaya sedang berada diluar kota dan adik Kanaya sepertinya masih tidur.

Jadi tidak akan ada yang keberatan jika Dea mengomel panjang lebar nantinya. Kecuali seseorang yang sekarang sedang duduk di sofa sebrang dan menatap malas kearah Dea.  

"Ngapain sih De melototi gue mulu"

Dea mendengus, ia mengalihkan tatapannya dari yang sebelumnya menatap lurus mata Kanaya menjadi menatap televisi di sampingnya.

"Jadi ada yang mau lo jelasin sebelumnya?" Ucap Dea membuka suara.

"Jelasin apa?" Tanya Kanaya sok polos.

Sumpah demi apapun Dea benci jawaban seperti itu. Sudah tau dari tadi Dea ingin Kanaya menjelaskan perihal dirinya dengan Alkana dan sekarang masih bertanya jelasin apa?

Huh ternyata sekarang otak Kanaya jauh lebih tidak berfungsi dibandingkan dirinya. Dasar otak udang!

Bangkit dari duduknya Dea lantas  menggeram, gregetan dengan jawaban yang Kanaya lontarkan "Antara lo sama Alka ada hubungan apa?" Terang Dea tanpa basa-basi lagi.

Ya, Dea meman terkenal sebagai orang yang tidak pernah suka berbasa-basi terhadap apapun dan diapapun dan Kanaya menyesali hal itu disaat seperti ini.

"Gue sama dia gak ada apa-apa De" benar kan? Antara dirinya dengan Alkana memang tidak terjadi apa-apa.

Tidak sekarang, tidak tahu kalau nanti atau bulan depan?

"Terus tadi?"

"Dia cuma ngasih gue oleh-oleh, nih" Dea mengangkat paperbag yang sejak tadi ia genggam.

"DAN LO TERIMA?" Teriak Dea menggelegar.

Kanaya mengangguk sebagai jawaban dan hal itu sukses membuat nata Dea membola secara sempurna, nyaris menggelinding.

Kaget, syok, terkejut.

Itu adalah serentetan kata yang sangat mewakili perasaan Dea saat ini. Bagaimana bisa Kanaya yang super super benci dan menghindari Alkana justru mau menerima buah tangan dari laki-laki itu?

Lebay memang tapi itulah Dea. Gadis heboh yang sangat anti dengan makhluk bernama Alkana.

Astaga apa yang sudah Dea lewatkan beberapa hari ini?

"LO SAMA ALKANA TEMENAN?" Masih dengan keterkejutannya Dea bertanya dengan sewot.

Mata Kanaya melotot tajam "GUE GAK BILANG GUE TEMENAN SAMA DIA YA DE!" sungutnya tak terima.

Lagian apa salahnya sih menerima pemberian orang lain? Toh Alkana juga tidak mungkin meracuninya kan?

"Itu tadi lo terima paperbag dari dia"

"Lah emang gak boleh?"

"Biasanya lo gak pernah mau Nerima barang dari dia kan? Jangankan paperbag, permen aja lo gak mau terima dulu"

"Gue cuma mau mencoba berdamai aja sama dia De"

"WHAT!!"

Dan lagi terjadi teriakkan kencang Dea terdengar kembali~ (Bacanya jangan sambil nyanyi ya guys wkwk)

"Apa sih teriak-teriak mulu dari tadi" Kanaya mengusap telinganya yang memerah akibat teriakkan Dea.

"Ya lagian lo aneh banget tiba-tiba mau berdamai sama si Alka. Terus tadi gue liat itu bocah pegang-pegang pipi lo mana lo nya diem aja lagi"

"Yaelah Lo salah paham!"

"Salah paham apaan orang jelas-jelas gue liat pake mata kepala gue sendiri kok. Lo malah mesem-mesem gak jelas tadi!"

ALKANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang