6. Bagian Enam

163 61 6
                                    

Setelah hari minggunya kacau akibat ulah Alkana yang tiba-tiba datang ke rumahnya, Kanaya jadi uring-uringan sendiri.

Ia merasa waktu tidurnya terbuang sia-sia, dan ia tak akan pernah suka hal itu.

Meski enggan, Kanaya tetap melangkahkan kakinya dengan malas. Berjalan terseok-seok dengan matanya yang nyaris tertutup sempurna.

Kanaya memegang kuat-kuat tralis pintu kelasnya saat tubuhnya limbung kebelakang. Beruntung karena ada yang segera menangkapnya.

"E..eeit" Alkana memekik tertahan melihat Kanaya limbung. Ya iyalah tertahan, kalau enggak ntar Alkana dikira banci kaleng lagi teriak-teriak.

Meski lemas Kanaya tetap bisa menangkap radar bahaya yang bersumber dari tubuh Alkana. Dengan segera ia menjauhkan tangan Alkana dari tubuhnya.

"Lepasin" ucapnya lemah.

Ah, dia benar-benar benci hari ini. Bagaimana bisa dia bertemu Alkana dalam keadaan setengah tidur seperti ini. Bisa-bisa Alkana mengejeknya habis-habisan nanti.

"Lo kenapa dah Kay?" Tanya Alkana. Ia memperhatikan Kanaya dengan seksama.

Rambut berantakan, kantung mata hitam legam, muka kucel, baju lusuh kaya gak ganti seharian, terus pergi kesekolah? Kanaya sehat?

"Agrrh apaan sih!" Kanaya menggeram saat tiba-tiba tangan Alkana berada di dahinya.

"Suhunya beda" gumam Alkana pelan, Kanaya yang masih bisa mendengarnyapun mengernyit.

"Beda gimana?" Tanya Kanaya.

"Beda sama pantat gue. Katanya kalau sakit suhu tubuh seseorang bakal sama kaya suhu pantat temennya yang sehat. Tapi pas tadi gue coba cek suhu badan lo sama pantat gue beda jauh. Dahi lo dingin, sedangkan pantat gue panas banget"

Teori dari mana?

Kanaya menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa miris dengan makhluk dihadapannya ini. "Alkana makin hari makin berkurang kapasitas otaknya"

"Kay?"

"Hm?" Kanaya berdehem. Ia benar-benar tidak memiliki cukup tenaga sekarang. Bahkan hanya untuk sekedar menoleh dan bertanya "ada apa?" Kepada Alkana.

"Gue baru inget sesuatu" Kanaya menoleh cepat "apa?" Tanyanya penasaran.

"Gue barusan eeq nya mencret makanya pantat gue panas banget"

Astagfirullah!

Kanaya bingung, kenapa orang spesies Alkana ini bisa terlahir di dunia tanpa otak?

Apa waktu Tuhan membagikan otak mereka absen, dengan alasan ketiduran?

Atau mereka telat datang, makanya tidak diberi jatah? Atau malah mereka nyolong jambu dulu saat pembagian otak makanya gak kebagian?

Yah entahlah, yang jelas Kanaya hanya bisa berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa. Semoga orang-orang sejenis Alkana ini segera punah.

Aminin dong netizen! :'

"Ya udah terserah lo deh, yang penting sekarang gue mau ke kelas dulu"

Males meladeni Alkana yang sudah pasti tidak akan ada ujungnya. Kanayapun memasuki kelas.

Disana ia disambut heboh dengan teriakan Dea yang sangat menganggu gendang telinganya.

Eh tunggu dulu, kenapa pagi-pagi Dea sudah ada dikelasnya? Bukannya sebentar lagi bel masuk?

"KANAYAAAA!" teriak Dea menggelegar. Hampir setara dengan sepuluh speaker meunasah.

Btw, kalian tau gak meunasah? Itu loh sejenis masjid tapi ukurannya lebih kecil. Biasanya sih kita lebih kenal dengan istilah mushola.

ALKANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang