12. Dua Belas

103 43 5
                                    

"Kay sini dong Kay duduknya masa sama calon imam jauh-jauh gitu" Kanaya memutar bola matanya malas mendengar ocehan Alkana yang unfaedah itu.

Saat ini ia sedang berada di kantin untuk makan siomay favoritnya dan sialnya ia justru mendapat tempat duduk persis disebelah Alkana dan geng somplaknya.

"Iya dong bu bos duduk sini dampingi pak bos kita" ujar Reza, salah satu anak buah Alkana.

"Iya sini dong Kay" Dero menyahut, ikut-ikutan ingin menghasut Kanaya.

"Kay Kay pale lo! Panggilan kesayangan gue itu" sungut Alkana tidak terima.

"Yaelah bos timbang sekali doang" sahut Dero.

"Tau tuh bos si Dero emang kadang suka gak ada akhlak. Main panggil Kay Kay aja padahal itu kan panggilan kesayangan lo" kompor Rizki. Ia memang selalu suka keributan apalagi jika itu terjadi diantara para sahabatnya.

Duh suka sekaliii.

Dero mendengus kesal "Lo gak usah bacot bisa gak Ki kompor mulu perasaan kesel gue dengernya" sungutnya kesal.

Namun bukannya berhenti Rizki malah menjadi-jadi "Tuh tuh bos liat deh masa itu babu berani nyuruh-nyuruh gue padahal bos gue kan cuma lo Al jadi yang berhak nyuruh gue ya cuma lo"

Alkana yang memang bego dan mau-mau saja di kadalin langsung menggebrak meja. Ia menatap Dero dengan garang "Lo kok berani-beraninya nyuruh-nyuruh babu gue sih Der!" Sungutnya.

"Mau kudeta itu bos, pengen lengserin lo jadi ketua Kana" ucap Rizki makin ngelunjak.

Kana adalah nama geng Alkana, geng yang paling ditakuti sekaligus dibenci oleh geng-geng lainnya. Kepiawaian mereka dalam berkelahi dan mengatur siasat saat bertempur membuat mereka disegani oleh banyak orang.

Hanya saja namanya memang tergolong 'enggak banget' didengar. Tidak mencerminkan geng yang berbahaya sama sekali.

Justru terkadang beberapa musuh yang baru mendengar nama itu tertawa terbahak-bahak. Mereka berfikir itu adalah nama geng sekumpulan anak perempuan yang doyan belanja atau semacamnya.

Tapi ketika mereka sudah berhadapan langsung dengan Kana maka mereka tidak akan lagi berani berkata demikian. Jangankan bicara yang tidak-tidak menyebut namanya saja enggan.

Karena bagi mereka Kana adalah kesialan. Juga orang-orang didalamnya termasuk Alkana, Reza, Dero, Rizki dan Fadil.

Ngomong-ngomong soal Fadil, laki-laki pendiam itu hanya diam saja saat lagi-lagi keributan terjadi di depannya. Toh itu sudah sering terjadi jadi ia tidak heran sama sekali.

"Bocah lo semua" ucap Fadil datar membuat Alkana menoleh.

"Kok lo berani banget sama gue?" Dengusnya kesal.

"Emang lo siapa?" Tanya Fadil lebih kurang ajar dari Dero dan Rizki.

Tapi bukannya marah Alkana justru tertawa. Ia menepuk bahu Fadil beberapa kali "Gue bercanda elah serius amat hidup lo!"

"Sama"

Kening Alkana mengerut mendengar jawaban Fadil barusan "Sama, maksudnya?"

"Gue juga bercanda"

Alkana melongo, bercanda macam apa itu? "Kalau bercanda itu lo harus ketawa setelahnya Fadil. Kalau muka lo lempeng kaya gitu orang bukannya ketawa sama candaan lo malah takut"

Fadil bergedik, tidak peduli dengan nasihat Alkana. Ia justru mengambil alih minuman ditangan Alkana yang baru laki-laki itu minum sedikit dan menyerahkannya kepada Kanaya.

ALKANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang