11. Sebelas

99 46 4
                                    

Pagi tadi saat Kanaya baru saja terbangun dari tidur lelapnya ia langsung berlarian kearah kamar mandi. Tanpa membawa handuk tentu saja.

Mandi seadanya yang penting sudah kena air dan gosok gigi. Lalu menggunakan baju juga asal-asalan. Roknya yang kedodoran bahkan tidak ia beri ikat pinggang. Biar saja, biar melorot ditengah jalan.

Setelah beres dengan urusan baju dan tetek bengeknya ia langsung menyambar tas hitam yang ia sampirkan di kursi. Lalu langsung berlari kembali menuju tangga.

Tiba diujung tangga ia dapat melihat mamanya yang sudah berkacak pinggang dibawah sana. "Eh mama" ucapnya cengar-cengir.

Ia melambaikan tangan berniat menyapa tapi bukannya mendapatkan lambaian serupa Kanaya justru di lempar spatula oleh Laura. Jahat memang!

"TURUN KAMU!" Teriak Laura menggelegar.

"Siap laksanakan ma"

"ASTAGFIRULLAH HAL ADZIM NAYA TURUN LEWAT TANGGA BUKAN LEWAT PEGANGAN TANGGA!"

Kanaya menutup kuping sembari menikmati tubuhnya yang sudah merosot melewati beberapa anak tangga.

"Lebih cepet ma" ucapnya setelah tiba di lantai dasar, tempat mamanya berada.

Lalu tanpa mau repot-repot menanggapi sang mama yang masih asyik mengomel. Kanaya langsung saja berlalu ke arah meja makan.

Ia menatap roti dan selai stroberi secara bergantian. 'Kalau harus ambil roti terus olesin selainya dulu pasti lama banget' pikirnya.

Terpaksa Kanaya mencomot roti yang sudah diolesi selai milik adiknya yang nganggur di piring.

Alhasil tindakannya itu membuat teriakan Kiara menggema di seluruh penjuru ruangan "KAK NAY BALIKIN ROTI GUE!!!"

Kanaya yang mendengar itu hanya terkikik. Seru sekali mengerjai adiknya pagi-pagi begini.

"Kanaya berangkat mah, pah assalamu'alaikum!"

Wijaya hendak membuka suara saat Kanaya sudah lebih dulu melenggang menuju pintu utama.

Ia sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan bar-bar putri sulungnya itu. Padahal ini masih jam enam pagi dan Kanaya sudah berlari kesetanan seperti itu. Ada apa dengan putrinya?

***

"Mang Oji tunggu mang! Naya mau naik" Kanaya berlari menyebrang jalan sembari berteriak mencoba untuk menyetop angkot milik mang Oji.

Mendengar itu bang Oji lantas mengerem angkotnya secara mendadak dan menyembulkan kepala melalui jendela "kenapa neng?"

"TUNGGUIN!"

"Oke" Mang Oji mengacungkan ibu jarinya.

"Berangkat sekarang kan mang?" Tanya Kanaya setelah ia berhasil menyebrang jalan dan masuk kedalam angkot milik mang Oji.

"Yah neng mana bisa, liat tuh baru ada dua orang penumpang. Nunggu penuh ya?"

Mata Kanaya membola seketika. Menunggu penumpang penuh, sampai kapan?

"Gak bisa sekarang aja mang?" Tanya Kanaya mencoba bernegosiasi.

Mang Oji nampak berfikir sejenak sebelum akhirnya memberi usul yang membuat Kanaya makin melotot "Bisa aja sih neng. Tapi neng Kanaya bayar 10x lipat ya biar mang Oji gak rugi?"

"Yah! Itu sih enak di mamang gak enak disaya!"

Mang Oji terkekeh "Makanya atuh neng sabarrr"

ALKANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang