16. Enam Belas

147 37 0
                                    

"Al ngaku dong! Lo sama Fatih udah kenal lama kan? Ya kan? Ya kan?"

Huft

Alkana menghela napasnya lelah, berulang kali ia meyakinkan pada Kanaya jika dia tidak mengenal sosok laki-laki bernama Fatih itu.

Tapi berkali-kali juga Kanaya tidak mempercayainya dan mengatakan jika Alkana sedang menyembunyikan sesuatu.

Memangnya ia dengan Fatih ada hubungan gelap sampai harus disembunyikan?

"Apa untungnya buat gue?" Alkana membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Kanaya. Matanya menyorot gadis itu dengan malas. 

"Hah untungnya?" Kanaya balik bertanya, bingung dengan kalimat yang Alkana lontarkan.

Sepertinya seseorang harus segera mengingatkan Alkana jika Kanaya termasuk dalam jajaran siswa paling bodoh di sekolahnya.

Tidak...tidak, gadis dengan wajah galak dan penampilan urakan itu bahkan meraih juara dua pararel dari bawah tahun lalu.

Jadi untuk memahami kalimat dari Alkana yang tidak to the point itu pasti sedikit sulit kan?

Mengulur kesabarannya, Alkana lantas menjelaskan "Maksud gue, apa untungnya gue nyembunyiin fakta kalau gue sama Fatih kenal lama?"

Kanaya diam sejenak kemudian menggaruk belakang kepalanya yang beruntungnya memang sedang gatal jadi Kanaya tidak sedang melakukan hal sia-sia sekarang.

"Ya..ya mana gue tau! Siapa tau kan lo sama Fatih ternyata dulunya sahabatan terus berantem gara-gara cewek akhirnya sekarang musuhan. Dan lo gak pengen semua orang tau hubungan lo sama Fatih"

Alkana mendengus, ia menjitak kepala Kanaya dengan keras "Novel banget otak lo!"

Awhss

Kanaya meringis memegangi kepalanya yang sakit akibat jitakan kurang ajar Alkana.

Memangnya hal seperti itu hanya ada di novel?

"Lo apa-apaan sih!" Sungutnya Kanaya menatap Alkana tajam.

Alkana tidak menjawab. Ia justru berlalu dari hadapan Alkana tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Alkana menghindar pasti ada apa-apanya deh. Oke fix kalau dia gak mau ngasih tau biar gue yang cari tau sendiri"


***

"Kay ayo pulang bareng gue" Alkana menarik tangan Kanaya kuat hingga gadis itu nyaris terjungkal.

"Bangsat!"

Kanaya mengumpat, ia tidak terima Alkana memperlakukannya seperti ini. Memangnya dia apa, karung beras? Sampai harus ditarik-tarik segala.

Mendengar gadisnya mengumpat Alkana spontan menghentikan langkahnya. Ia menatap Kanaya sekilas tapi kemudian kembali melanjutkan langkahnya tanpa menggubris Kanaya sedikitpun.

"Lo mau bawa gue kemana sih Njing?"

"Heh mulutnya!"

"Ya lagian lo-nya gue nanya gak dijawab"

"Ke rumah gue"

"Hah?" Kanaya membeo. Ia tidak pernah mengerti jalan pikiran Alkana.
Untuk apa Alkama membawanya kerumah laki-laki itu?

"Ngapain?"

"Udah ikut aja ntar juga lo tau"

Akhirnya mau tidak mau Kanaya pasrah. Ia memilih diam saja saat Alkana membawanya kedalam mobil laki-laki itu dan membawanya pergi.

ALKANA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang