P R O L O G U E

6K 352 20
                                    

(REVISI 250919)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(REVISI 250919)

Author's

"Berapa lama aku harus tinggal bersama mereka, Bu?" tanyaku sambil menarik koper besar yang cukup berat ini. Aku berjalan mengekor pada Ibuku yang terlihat sangat tergesa.

"Sampai Ibu sudah memiliki cukup uang untuk menyewakan flat untukmu, sayang ...." jawabnya. Dengan itu pun aku mendengus kesal.

"Kenapa tidak biarkan aku bekerja saja. Aku bisa membayar sewa flat dengan penghasilan yang aku punya nantinya. Bukankah akan lebih baik. Dari pada aku harus menumpang dan merepotkan teman Ibu."

"Ibu tidak ingin konsentrasimu untuk kuliah jadi terbagi, Bianca. Kau harus belajar dengan baik. Kau mendapatkan beasiswa S2 di Universitas ternama, dan Ibu ingin kau tidak menyia-nyiakannya."

"Tidak begitu maksudku, Bu. Aku hanya canggung jika harus tinggal bersama dengan orang asing." Jawabku dengan lemah. Aku memang tidak terbiasa untuk tinggal dengan orang baru. Berkenalan dengan orang baru saja aku akan mati karena malu.

"Astaga, Bianca. Mereka bukan orang asing. Kau sudah pernah bertemu dengan mereka." Dan aku lagi-lagi hanya bisa mengembuskan menghela nafasku pasrah. Aku memang tidak akan pernah bisa memenangkan argumen dengan Ibu.

Perkenalkan, namaku Bianca Annastasya Thompson.
Aku berumur 21 tahun dan aku baru saja pindah dari Scotlandia ke London, aku melakukan itu karena aku akan melanjutkan study S2 ku yang aku dapati melalui jalur beasiswa.

"Cepatlah, Bianca! Kenapa kau lambat sekali!"

"Sabarlah, Bu. Aku lelah."

***

Aku masih memandangi kota London dari mobil yang kutumpangi.
Mobil ini cukup mewah, kurasa kerabat Ibu ini berasal dari keluarga kaya raya dan juga terpandang. Sangat terlihat dari mobil yang aku tumpangi saat ini. Bermerk Audi, aku tak tahu tipe apa, tapi yang kutahu pasti, mobil ini sangat mahal.

Sangat berbeda denganku yang hidup didalam kesederhanaan. Aku memang terlahir dari keluarga yang sederhana, Ibu bekerja disebuah kedai roti miliknya yang Ayah-ku berikan dulu.

Sedangkan Ayah?
5 tahun yang lalu ia sudah kembali kepada Tuhan. Tinggalah aku dan Ibu yang hanya hidup berdua. Tapi aku sangat bangga dengan Ibu. Dia bisa menjadi sosok yang sangat kuat disaat hidup kami mencapai pada titik terendah.

Dan mimpiku, semoga kelak aku bisa kuat sepertinya.

Tak lama, mobil ini sudah memasuki rumah bernuansa klasik khas England, walaupun klasik, namun kemewahannya tetap terlihat. Halamannya dipenuhi dengan mobil mewah. Sentuhan terakhir berada pada bunga mawar merah uang menghiasi kebun, mengelilingi air mancur disana.

Oh Tuhan, kapan aku bisa memiliki rumah semewah ini? Batinku.

"Cepat turun, Bianca." Kata Ibu yang mana membuatku berhenti membayangkan betapa nyamannya rumah ini.

Aku mengekor dibelakang Ibu yang tengah berjalan kearah dimana pintu utama rumah ini berada.
Disana, terlihat wanita paruh baya, tidak, ia terlihat seperti seumur dengan Ibu.

Dia memiliki surai cokelat sepertiku. Ia tersenyum lebar sambil menampilkan gigi kelincinya. Ia cantik.

"Oh Diana. Long time no see ...." ucapnya sambil merangkul erat mom, dan aku hanya tersenyum dikala dia menatapku dan tersenyum sangat ramah.

"You must be Bianca, am i right?" tanyanya kepadaku dan Ibu, aku hanya menganggukkan kepalaku. Dan dia dengan cepat menarikku kedalam pelukannya.

"Ah, kau sudah dewasa Bianca. Kau tumbuh menjadi gadis cantik dan juga anggun. Kapan kira-kira aku terakhir kali bertemu dengannya, Diana?" tanyanya kepada Ibu-ku.

"Sepertinya ketika dia berumur 2 tahun, Anne. B, ini Anne Twist. Ia sahabatku."

"Hi, Bibi Anne." Sapaku dengan sangat sopan. Ia benar-benar terlihat seperti remaja. Bahkan tak ada kerutan pada wajahnya.

"Hai Bianca. Astaga, kau benar-benar cantik." Jawabnya sambil mengelus surai milikku.

Aku, Ibu dan Bibi Anne saat ini sedang bercengkrama bersama, mereka menceritakan kepadaku tentang bagaimana mereka bertemu dan akhirnya menjadi sahabat hingga saat ini.

"Ah ya, nanti kita akan makan malam bersama anakku. Bianca, apakah kau ingat dengan Gemma?" tanya Bibi Anne kepadaku. Aku berpikir sesaat. Gemma? Siapa itu.

Aku baru saja membuka mulutku untuk menjawab, namun mom Anne sudah memotongku terlebih dulu,

"Ah tentu saja kau tidak ingat. Saat itu kau masih berumur 2 tahun." Katanya dan aku hanya tersenyum lalu kembali melihat majalah yang aku sedari tadi aku pegang.

"Gemma sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu, Bianca."

"Aku juga penasaran dengan Gemma, Bu." Jawabku sambil tersenyum.

"Kau akan nyaman jika berbincang bersamanya. Ditambah lagi dia sangat merindukanmu, Bianca," kata Bibi Anne yang aku balas dengan anggukan antusias.

***

Aku baru saja selesai mandi. Dan sekarang, aku masih memandang kagum setiap sudut kamar yang aku tempati saat ini.
Kamar ini sangat nyaman. Bahkan aku beranibersumpah jika kamarku di Scotland tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kamar ini.

Bahkan kamar ini disertai Walk in closet didalamnya. Aku benar-benar tak tahu, berapa banyak uang yang dikeluarkan mom Anne hanya untuk membangun satu kamar ini.

Aku tersentak ketika suara ketukan pintu terdengar. Lamunanku hilang begitu saja.
Dengan cepat aku berlari untuk membuka pintu, takut itu adalah mom Anne.

Aku menatapnya yang tengah tersenyum lebar kepadaku. Ia menatapku top to toe, membuatku mengernyit heran.

"Astaga! Kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, Bianca!" pekiknya. Ia adalah gadis dengan perawakan yang sama seperti Bibi Anne. Apakah mungkin dia yang bernama Gemma?

Aku yang bingung pun hanya tersenyum dan bergumam kata Thank's kepadanya.

"Ah kau pasti bingung. Aku Gemma. Kau tidak akan ingat jika dulu aku sering membantu mom Dee menggantikan popok-mu." Katanya membuatku tersipu.

"Hai Gemma. Maaf jika aku tidak mengingatmu." Jawabku sambil terkekeh. Gemma memelukku lalu melepaskannya namun tangannya memegang kedua pundakku.

"Tak apa, Bianca. Saat itu kau masih berumur 2 atau 3 tahun, mungkin. Jadi wajar saja kalau kau tidak mengingatku. Aku senang akhirnya bisa kembali bertemu denganmu dan juga kau akan tinggal disini bersamaku dan Ibu. Semoga kau nyaman, dan anggap saja ini adalah rumahmu sendiri." Jawabnya.

" Jawabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TWO HEARTS IN ONE HOME | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang