Love Her? [22]

1.9K 176 48
                                    

Don't forget to press vote, thank you.

(REVISI 05072020)

Author's

Wanita itu masih teriak hebat didalam kamarnya, mengingat kejadian semalam dimana ia bertemu dengan Zayn sangat menyakitkan. Ia tahu, Zayn kecewa kepadanya, atau bahkan membencinya.

Harry yang berada satu atap dengannya dibuat frustasi karena wanita itu tak kunjung berhenti dari tangisnya. Bahkan Harry sampai rela tak bekerja hanya karena ingin membujuk wanita itu untuk berhenti mengeluarkan air matanya.

Tapi nyatanya, usahanya sia-sia.
Dan ia sadar, wanita itu sangat mencintai Zayn, lelaki yang juga sangat mencintai Bianca.

Ditempat lain, Zayn sedang membanting semua barang yang ia punya. Emosi, itu yang ia rasakan.
Perrie dan Niall menemaninya sedari semalam, tapi seolah Zayn tak menganggap kehadiran mereka.

Hatinya terlalu sakit, sakit saat melihat wanita yang sangat ia cintai.
Bukan karena wanita itu makan malam bersama Harry-lelaki yang sangat ia benci.
Tapi karena ia tak bisa, melihat manik biru Bianca yang memancarkan kesedihan disana.

"Aku terlalu mencintaimu, Bee." Lirihnya pelan sambil menggenggam pecahan kaca ditangannya. Ia tak sadar jika telapak tangannya sudah luka dan mengeluarkan darah disana, seolah rasa perihnya dikalahkan oleh sakit pada hatinya.

Ia kembali memutar semua kenangan bersama wanitanya.
Semua senyuman Bianca terlintas didalam ingatannya. Zayn bukan lelaki yang haus akan sex, walaupun terkadang ia tak bisa menahan gejolak ingin bercinta dengan Bianca.
Zayn selalu menjadi lelaki yang sopan, dan dia selalu menghargai Bianca jika wanita itu sedang tak bisa melayaninya. Karena Zayn tahu, memaksakan Bianca untuk bercinta dengannya bukanlah hal yang baik.

Berbeda dengan Harry, lelaki yang dipenuhi sifat dingin, seolah hatinya beku kepada wanita. Bukan berarti dia tak bisa merasakan cinta, hanya saja dia terlalu haus akan sex dan emosinya selalu mengontrol akan dirinya. Seolah lelaki itu dibuat dari api yang membara.

Bianca's

Aku masih terus menangis ketika mengingat pertemuanku dengan Zayn semalam.
Sungguh menyakitkan, aku berani bersumpah!

Aku sangat mencintainya, kebaikan akan dirinya mampu membuatku mengunci hatiku hanya untuknya. Bahkan Harry yang sedari semalam mencoba bersikap manis kepadaku tak sanggup membuka kunci pada hatiku.

Aku sudah terlalu membencinya.
Seandainya saja dari awal dia bisa bersikap baik kepadaku, mungkin aku bisa sedikit memberi celah untuknya.
Tapi untuk apa?
Aku bahkan berani bersumpah jika lelaki itu sudah terlalu sering mempermainkan perasaan wanita.

"Makanlah, Anna." Suara serak berasal dari belakangku, aku enggan melihatnya dan terus terpaku menatap halaman rumah Harry yang dipenuhi banyak bunga disana.

"Kumohon jangan seperti ini." Ucapnya dengan frustasi.

"Untuk apa, Harry?" Tanyaku kepadanya.

"Maksudmu?"

"Untuk apa kau bersikap manis kepadaku sekarang. Setelah kau sudah berhasil menghancurkan hidup dan kebahagiaanku. Aku memang submisif-mu, tapi bukan berarti aku tidak boleh menjalin hubungan dengan siapapun. Aku hanya ingin merasakan kebahagiaanku, seperti yang kau rasakan bersama Nathalie." Lirihku sambil terus menatap lurus bunga yang bermekaran disana.

"Aku menjalin hubungan dengan Nathalie bukan karena aku mencintainya." Ucapnya kepadaku, aku bisa merasakan pergerakan pelan pada ranjangku, menandakan Harry duduk disisi ranjang, hanya saja disisi yang berbeda.

"Lalu?"

"Aku menjadikannya kekasihku karena dia pernah hamil anakku, saat itu aku tak percaya dan pergi meninggalkannya begitu saja. Seminggu kemudian, Liam memberi kabar kepadaku kalau Nath sedang dalam masa kritis. Aku merasa bersalah kepadanya, karena sebelum aku pergi meninggalkannya, aku mengatakan kata-kata kasar kepadanya. Akhirnya aku memilih untuk mengalahkan ego-ku, aku menemuinya dan melihat dia dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Wajahnya pucat, ada selang yang menempel pada hidungnya. Dua hari kemudian dia sadar dari kritisnya, dan disitulah aku berjanji, aku akan terus bersamanya untuk membayar kesalahanku karena pada saat itu aku tahu, dia keguguran." Jawabnya dengan nada lirih disana. Hatiku seolah merasakan apa yang lelaki itu rasakan. Ternyata, dibalik sifat dinginnya, dia masih merasakan pedih dan sedih disana.

TWO HEARTS IN ONE HOME | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang