Zayn and Harry [16]

2.1K 169 54
                                    

Don't forget to press vote, thank you.

(REVISI 120620)

Bianca's

Aku dan Harry baru saja tiba kembali di London. Ya, aku meminta pulang ke London dengan alasan aku kembali merasakan tubuhku tak enak. Dan syukurlah Harry mengabulkannya. "Aku akan keluar untuk bertemu Louis dan Liam. Kau jangan kemana-mana." Ucap Harry ketika aku baru saja akan membuka pintu kamarku. Aku hanya mengangguk pelan dan berlalu meninggalkannya.

Aku sudah membuat keputusan untuk berhenti mencintai Harry. Berhenti jatuh hati pada pesonanya, berhenti menyukai setiap sentuhan yang ia berikan. Aku sadar siapa aku dimatanya.
Kami hanya partner sex, lebih tepatnya aku melakukan perjanjian itu dengan paksaan hanya karena aku tak mau Zayn mengetahui semua permasalahan ku dan Harry.

Aku sudah membuat janji kepada Zayn untuk bertemu, tapi tidak diluar, melainkan Zayn akan berkunjung kesini. Bell rumah ini berbunyi, membuatku tersenyum senang karena tahu yang datang adalah Zayn. Dengan cepat aku menuruni tangga dan membuka pintu rumah ini.

Aku terkejut saat melihat Zayn dengan balutan jas yang membuatnya sangat terlihat tampan.
Biar aku jelaskan sedikit,

Zayn sudah bekerja disalah satu perusahaan milik ayahnya, hanya saja dia ingin melanjutkan pendidikan S2 nya dan mengambil fakultas kedokteran. "Untukmu, sayang." Ucapnya sambil memberikan sebuket bunga kepadaku, membuat pipiku memanas dan bahagia dibuatnya.

Astaga.
Bagaimana bisa aku menghianati lelaki semanis Zayn.
Aku pikir keputusanku untuk berhenti mengagumi Harry adalah keputusan yang tepat.

"Terima kasih, Zayn." Jawabku sambil meraih buket bunga dari tangannya lalu mengecup pipinya.

"Masuklah." Ajakku dan dia merangkul pinggangku, mengecup singkat keningku sebelum akhirnya kami masuk kedalam rumah.

"Kau ingin teh?" Tanyaku dan ia mengangguk pelan sambil membuka jasnya. Aku meninggalkannya diruang televisi untuk membuatkan teh dengan campuran madu, karena itu adalah minuman favoritenya.

"Jesus!" Aku tersentak kaget ketika ada tangan yang melingkar sempurna dipinggangku. Tangan yang berbeda, tak ada tattoo jangkar.

"Aku merindukanmu, Bee." Bisiknya ditengkukku, membuatku merinding karena deru nafasnya mengenai kulitku.

"Aku juga merindukanmu." Jawabku sambil mengelus tangannya yang berada dipinggangku. Tak lama kemudian Zayn membalikkan tubuhku menjadi behadapan dengannya, mata hazelnya menatap biru lautku sangat dalam, membuatku menggigit bibir bawahku gugup.

"Jangan gigit bibirmu, aku bisa kehilangan kontrolku jika kau terus melakukannya." Ucapnya membuat desiran hatiku bergejolak.

"Bee." Panggilnya dengan nada peringatan karena aku masih saja terus menggigit bibir bawahku. Aku menatapnya sesaat, namun seperdetik kemudian dia melumat bibirku dengan kasar, seolah ada nafsu didalam sana.
Aku yang merasa ini adalah hal wajar pun membalas ciumannya tak kalah kasar. Oh, dia kekasihku, sudah sepatutnya ia berlaku seperti ini. Ia memiliki hak atas aku.

"Aku sudah mengatakan untuk tidak menggigit bibirmu." Gumamnya disela-sela ciuman kami, membuatku tersenyum kecil karena tahu dia tergoda karenaku. Dia kembali menciumku dengan ganas. Aku tersentak kaget saat Zayn dengan tiba-tiba menaikkan tubuhku keatas kitchen counter.

Tangannya yang sedari tadi hanya mengelus pinggangku sekarang dengan berani meraih payudaraku dari luar, membuatku mendesah kecil disana. Namun aku dibuat kecewa saat Zayn dengan sepihak menghentikan kegiatan kami, dia menyatukan keningnya dengan keningku. Nafasnya masih terengah sama sepertiku.

TWO HEARTS IN ONE HOME | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang