On The Road [25]

1.7K 154 18
                                    

Don't forget to press vote, thank you.

(REVISI 18072020)

Bianca's

"Aku tidak bisa menjemputmu, aku harus menemui Nathalie." Ucap Harry ketika kami sudah tiba dikampusku. Aku hanya meliriknya sekilas, sebelum akhirnya aku mengerdikkan bahuku, "Aku tidak perduli." Jawabku dingin sambil membuka pintu mobil Harry.

Namun belum sempat aku membuka pintu mobilnya, Harry sudah menahan tanganku lebih dulu, "Apa lagi." Tanyaku.

"Kau belum memaafkanku?" Tanyanya membuatku mengernyitkan dahiku. Sejak kapan dia perduli atau tidak dengan maafku?

"Apa maksudmu?" Kataku, dan dia pum berdecak kesal disana.

"Dari semalam kau sangat dingin kepadaku, Anna. Apa kau belum memaafkanku tentang kejadian diantara aku dan Emily."

"That was amazing, Harry!" Kataku, membuat Harry menatapku dengan tak mengerti.

"Apa maksudmu."

"Ini pertama kalinya kau menyebutkan nama orang dengan benar. Tak ada sedikitpun kesalahan pada huruf yang kau ucapkan. Luar biasa. Dan oh, aku tidak perduli tentang itu." Jawabku sambil melepaskan cengkraman tangannya pada pergelangan tanganku.

"Berhenti bersikap menyebalkan, Anna. Itu berarti nama Emily mudah untuk diucapkan." Elaknya. Dan aku terkekeh ringan,

"Ya. Karena kau tidak ingin salah mendesahkan namanya ketika sedang bercinta dengannya nanti. Am i right?"

"Fuck, Anna!" Pekiknya kesal sambil ia memukul setir mobilnya.

"Kenapa, 'huh?" Tanyaku meremehkan, bisa terlihat Harry disana sangat terganggu dengan sikapku. "Fine! Aku bisa menyebutkan nama orang dengan benar! Aku hanya sengaja menyebutkan nama mereka dengan salah selama ini." Jawabnya. Oh, jadi begitu.

"Well, siapa nama mantan kekasihku yang tampan dengan paras pakistan itu."

"Zen." Aku mengangguk pelan menanggapinya.

"Nama sahabatku yang kemarin datang bersama Emily."

"Luks." Jawabnya sambil menerawang langit-langit mobilnya.

"Okay." Ucapku sambil mendekat kearahnya.

"For your information, Harry. My ex name is Zayn, Z-A-Y-N, Zayn. And my bestfriend is Luke, L-U-K-E, Luke." Lanjutku berbisik ditelinganya. Aku dengan cepat membuka pintu mobil, meninggalkan Harry dengan wajah kesalnya dan segala umpatannya didalam mobil.

Aku mengikuti mata kuliah pertamaku dengan lancar, hanya ada beberapa kendala kecil tapi itu tidak masuk dalam hitungan kesulitanku.
Aku berjalan menuju cafetaria, mengambil tempat duduk disudut ruangan selalu menjadi tempat favoriteku.

"Hai Lebah." Aku mendongak, melihat Niall sedang tersenyum lebar kepadaku. "Niall! Duduklah." Ucapku kepadanya sambil menyuruhnya duduk disampingku.

"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya kepadaku. "Baik. Bagaimana kau dengan Ariana?" Aku bisa melihat Niall memberikan wajah malasnya kepadaku.

"Dia sudah mempunyai kekasih."

"Astaga, maafkan aku Niall. Aku tidak tahu." Jawabku sambil mengelus pundaknya pelan.

"Tak apa, Lebah. I'm fine because i have a thousand chips to makes my life more cheerful." Ucapnya sambil melebarkan kedua tangannya, membuatku tertawa terbahak karena tingkahnya.

"Niall. Apa kau melihat Zayn?" Tanyaku dengan ragu. Niall langsung menatapku dengan satu alis yang terangkat,

"Zayn? Ah, dia sudah pindah ke Bradford." Jawabnya, membuat aku menganga. Aku menempatkan wajahku diatas meja cafetaria, lemas, itu yang aku rasakan saat ini.

TWO HEARTS IN ONE HOME | Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang