Don't forget to press vote, thank you.
(REVISI 120620)
Harry's
"Kekasihmu kelelahan Tuan, tolong ingatkan dia agar lebih bisa mengatur semua jadwalnya." Ucap Dokter Flinch kepadaku. Aku menganggukkan kepalaku. Tunggu, kenapa aku harus mengangguk. Dia bukan kekasihku, Bianca bukan kekasihku.
"Ya baiklah Dok, aku akan menyampaikannya nanti. Terima kasih." Jawabku kepadanya yang kini sudah bersiap untuk pamit.
Aku kembali kedalam kamar Anna setelah selesai mengantarkan Dokter Flinch kepintu rumahku. Aku terbangun pada pukul 05.45 AM tadi, dan aku dikejutkan dengan suhu tubuh Anna yang sangat tinggi. Maka itu aku langsung saja memanggil Dokter Flinch dan untunglah dia bisa datang dipagi-pagi buta seperti ini.
Aku mengelus surai cokelat milik Anna, wajahnya yang pucat membuatku merasa bersalah karena sudah memaksanya melayaniku.
"Bahkan kau bukanlah kekasihku, tapi mengapa orang lain berkata begitu." Gumamku kecil sambil terus memerhatikan wajahnya.
"Nghh." Racaunya ketika aku menyentuh pipinya dan mengelusnya pelan, membuatku tersenyum kecil. Louis benar, dia memang wanita yang cantik. Dia juga sangat pintar, dia mempunyai daya tarik tersendiri dimata setiap pria.
Pantas saja Zin itu langsung memintanya untuk menjadi kekasihnya, sialan.Tunggu.
Apa itu berarti aku tertarik dengannya. Dengan wanita yang ada dihadapanku saat ini. Bianca Annastasya Thompson.Shit. No!
Aku hanya tertarik dengan tubuhnya, bukan dengan hatinya. Sialan."H-harry." Suara serak khas bangun tidur milik Anna membuyarkan lamunan dan senyumanku. Aku hanya menatapnya dengan satu alis yang terangkat, tak berniat menjawabnya.
"Ada apa, Harry." Tanyanya lagi kepadaku, "Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaanmu. Tadi aku sudah memanggil dokter, dan dia berkata kau kelelahan. Untuk sementara waktu, jangan bertemu dengan kekasihmu dulu."
"Tap-"
"-berapa kali lagi harus aku katakan kalau aku tidak menerima bantahan, Anna?" Tanyaku dan dia menghela nafasnya pasrah disana.
"Baiklah."
***
"Tapi aku tidak mau, Harry. Aku tidak lapar." Ia menolak ketika aku tengah memaksanya makan. Aku bahkan dengan bodohnya menyuapi wanita ini, "Ayolah, Anna. Sedikit saja agar kau bisa minum obat." Kataku. Aku melakukan ini karena tak ingin Mom membunuhku kalau ia tahu anak sahabatnya ini sakit.
"Aku sudah lebih baik, Harry. Kumohon." Jawabnya lagi. Oh, dia menyulut emosiku.
"Anna!" Bentakku. Ajaibnya, bukannya menurut, dia justru memalingkan wajahnya kearah jendela seolah jendela itu lebih menarik perhatiannya dibandingkan aku yang duduk disampingnya.
"Aku ingin makan pisang saja, Harry." Ucapnya pelan. Aku mengulum senyum, "Kau ingin pisang milikku." Tanyaku dan dengan cepat dia kembali menoleh kepadaku dan menggelengkan kepalanya, membuatku tertawa karena kepolosannya.
"Aku ingin pisang, ya pisang, Harry." Rengeknya lagi, membuatku gemas akan tingkahnya. "Aku tidak mempunyai persediaan pisang dilemari pendinginku. Makanlah bubur ini dulu, nanti akan kubelikan pisang untukmu."
"Tidak mau. Aku ingin sereal saja kalau begitu." Ucapnya lagi dengan wajah memohon disana.
Mengapa dia menggemaskan sekali?
Batinku bertanya.Eh, apa-apaan.
"Lalu siapa yang akan memakan bubur ini?" Tanyaku kepadanya, "Kau saja. Kau belum makan 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO HEARTS IN ONE HOME | Harry Styles
Fiksi PenggemarCOMPLETED ✔ (Sedang Dalam Tahap Revisi) He's a dominant, Will you stay? STORY WRITTEN BY : GRIZTAA IDEA BY : GRIZTAA COVER BY : @rainygraphic PUBLISH DATE : JULY 05, 2018