Reinha masih terduduk lemas kala mobil yang di tumpangi berhenti di perkarangan luas sebuah mansion sebelum sebuah tangan menarik nya keluar dari dalam mobil.
" Hyung sakit..." Pergelangan tangannya serasa perih karena seseorang menariknya dengan kuat.
" Eh Lin, Re udah pu~ " Pertanyaan Jaehwan tertahan kala dua manusia yang saling menarik kini berjalan masuk menaiki anak tangga menuju kamar Rein.
BBBBRRUUUGG!!!
Guanlin melempar tubuh sang adik masuk kekamar nya, membuat gadis yang kini sudah penuh dengan air mata tersungkur duduk di lantai dekat dengan kasurnya
" Sejak kapan? " Tanya Guanlin dengan tegas namun tak mendapat jawaban atas pertanyaan nya. "AKU TANYA SEJAK KAPAN REINHA!"
" Hiks..." Hanya suara tangisan Rein yang menjawab nya.
" Lin!!! Lo apaan sih! Kasian Rein." Tanya Daniel yang sengaja mengikuti Guanlin dan Rein sejak masuk ke mansion
" REINHA!!! Sejak kapan kau main piano itu? Sejak kapan KAMU BERNYANYI!!!" seolah tak menghiraukan Daniel ia terus memarahi Rein yang semakin tak kuasa menahan tangisnya
" Hyung, aku.. Aku ..." Belum sempat ia menjawab, Guanlin menarik Rein membuat anak itu mengikuti nya. Rein tau betul kemana Guanlin akan membawaya.
Loteng. Satu tempat yang slalu membuat Rein takut. Rein takut jika harus berada di ruangan gelap seorang diri. Namun sejak kecil ia sudah sering mendapatkan hukuman ini.
Dengan tas yang masih berada dipundaknya Rein masuk kedalam loteng.
" Hyung!!! Aku mohon jangan disini!" Rengek Rein ketika tubuhnya didorong paksa untuk masuk ke dalam loteng.
" Diam disana sampai kau paham dimana kesalahan mu!" Guanlin menutup dan mengunci pintu loteng itu.
" Hyung aku mohon apapun.. Tapi jangan disini hyung!
" Lin lo gila ya! Keluarin Rein! Dia takut gelap lin. Lin!!! Bego! Bangsat lo setann!!! " Dari luar Rein dapat mendengar ucapan Daniel yang seperti nya tak di hiraukan Guanlin. " Re... Rere kamu ga kenapa-kenapa kan? "
" Hyung.. Daniel hyung rere takut hyung. Tolong rere hyung." Daniel ingin sekali membantu Rein namun kunci loteng hanya ada satu di mansion ini dan kunci itu selalu di pegang Guanlin.
.....
.....Guanlin duduk di dalam kamar nya, menatap dirinya didepan cermin, ditatapnya seorang pria yang kacau.
Guanlin menyesal, ia sakit kala melihat Rein harus menangis, saat Rein harus memohon kepadanya.
" Lin! Lo ngurung Rein lagi? " Tanya Baejin yang masuk tanpa mengetuk pintu.
" Ketuk pintu dulu kek Hyung."
" Kenapa? Apa Rein buat salah fatal sampe lu kurung dia disana lagi? Li!~ " Ucap baejin terpotong " Dia main musik." Sambung Guanlin yang membuat baejin membulatkan kedua matanya. Ia ingin marah sama dengan Guanlin namun baik Guanlin ataupun Baejin mereka sama-sama tak mau mengingkari janjinya pada mendiang orang tua mereka.
" Kalau aja gue bisa bebas ngebiarin Rein lakuiin hobinya, gue bakal biarin hyung. Lo tau seberapa sayang gue sama Rein kan? Dia nangis, tapi gue jauh lebih nangis, dia sakit gue jauh lebih sakit hyung. " Ya Guanlin kini hanya bisa menangis, menumpahkan kesedihan dan kekesalannya pada pria yang berusia tak jauh didepannya.
" Gue tau lin ini menyiksa lo, lo harus bertahan kaya gini sampe 22 tahun usia lo. Tapi gimana lagi, Rein takut gelap lin. Sama kok gue juga mau marah sama Rein yang entah kenapa batu banget, tapi tolong kali ini lo ngalah dan bicara sama dia baik-baik. Lin gue tau lo sayang dia, lo sayang ade gue, lo ngerelain semuanya hanya karena wasiat konyol itu, jadi gue yakin lo juga bakal ngerti sama posisinya Rein yang ga tau apapun, posisi Rein yang bahkan harus hidup dengan kebohongan sejak dia kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY 11 BROTHER'S √COMPLETE√
FanfictionBae ReinHa, gadis 16 tahun yang punya 11 kakak laki-laki dengan segala sifat dan kelakuan yang ajaib dan super duper protekstif. kebayang gak repotnya ? apakah hidup Rein baik-baik saja?