21. PERGI

2.3K 143 18
                                    

Hari ini Rein pulang lebih awal, memainkan piano yang sudah beberapa hari di biarkan didalam rumah.

Jika biasanya Rein pulang akan disambut oleh Kue manis buatan Minhyun, Game PS baru dari Daniel, Jihoon yang membawakan tas beratnya ke kamar, Woojin yang membuatkannya susu coklat meski akhirnya tak Rein minum karena hambar, bunga cantik dari Sungwoon, Daehwi dan Jisung yang siap 24 jam mendengar nya bercerita tentang bagaimana menyebalkan nya Hyeongseob atau tentang para secret admirer nya, Guanlin yang selalu membawa kan nya hadiah-hadiah sepulang meeting, Jinyoung yang selalu menanyakan apa aku sudah makan? , seongwoo yang akan melakukan jokes bodoh agar dirinya tertawa atau Jaehwan yang mengikat rambut panjangnya asal membuat dirinya terlihat seperti orang gila di pinggir jalan.

Kini Rein merasa sepi saat membuka pintu rumahnya, sudah beberapa hari Rein pulang dengan keadaan rumah sepi, begitu pun saat pagi, sudah beberapa hari terakhir Rein sarapan hanya berdua dengan Jinyoung dan Minhyun, ke 9 kakaknya hanya lewat dan berkata

" Kami makan di luar.". " Aku ada meeting, aku sarapan di kantor.". "Aku diet." " Aku terlambat. Aku duluan ya!.". Itulah alasan yang membuatnya merasakan jarak itu, jarak antara dirinya dengan 11 kakaknya.

Rein duduk didepan piano putihnya, memainkan jari manisnya di atas tuts tuts putih dan hitam piano yang mewah itu.

Dimainkannya lagu yang pernah ia dengar dari salah satu album milik sang kakak. Beriringan dengan rintihan hujan yang entah sejak kapan turun seolah langit ikut merasakan rintihannya.

Hati Rein sakit, sungguh. Ia tak ingin seperti ini, ia rindu kehangatan yang selalu ia rasakan didalam Mansion megahnya. Namun lagi, keegoisan lah yang membuat dirinya bertahan pada situasi yang sungguh menyesakkan dada.

Air mata Rein mengalir, senyum ke 11 orang yang ia cintai berputar Seolah mengikuti melodi dentingan pianonya.

" Hyung...hiks...hiks.." Kini Rein menjatuhkan kepalanya pada tuts yang langsung berdenting keras, menyembunyikan tangisnya dalam derasnya rintihan hujan tanpa sadar seseorang berdiri dibelakang nya, menahan sakit yang juga ia rasakan, menahan amarah yang tak bisa ia luapkan, dan menahan rindu yang tak bisa ia sampaikan.
...
...

Guanlin pov

Guan baru saja pulang dari meeting yang melelahkan. Katakanlah ini adalah keberuntungan baginya karena bisa pulang lebih cepat dari biasanya.

Guanlin menghentikan langkahnya saat indra nya menangkap seorang gadis berseragam sekolah yang tak asing baginya duduk didepan piano putih, dentingan piano menabrak tepat kedua gendang telinganya.

" Re!" Guanlin mengeram, sungguh ia benci saat Rein lagi-lagi bermain musik. Namun niat meluapkan amarahnya terhenti saat dilihat nya Rein menangis, menjatuhkan kepalanya ke atas tuts yang sontak membuat tuts itu berbunyi nyaring tanpa nada menunjukkan suatu Kefrustasian seseorang.

" Hikss..hikss.. " Meski hujan diluar sana sangat lebat, petir dan kilat menyambar kencang, pendengaran Guanlin masih cukup baik untuk menangkap isakkan yang terdengar lirih dan tertahan. Sungguh hatinya sakit, ia tak pernah merasa sakit sedalam ini.

Guanlin ingin menghampiri Rein, mendekap Rein, menghapus air mata Rein, membuat Rein tersenyum. Namun semua itu hanya niat belaka, karena pada kenyataannya ia hanya dia terpaku ditempanya.
...
...

" Lin lo nga-" Ucapan Jinyoung terputus saat pandangan teralih mengikuti pandangan Guanlin. " Rein!!!"

" Hyung." Hangat. Itulah yang Rein rasakan saat dirinya berada dalam dekapan Jinyoung

MY 11 BROTHER'S √COMPLETE√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang