Tidur Rein terusik saat cahaya matahari yang mulai meninggi kini masuk kedalam kamar melalui celah gorden white pastel milik nya.
"Nnghh~ " Menggeliat dibalik selimut nya. Ah Rein ingat biasanya Jisung Hyung akan berteriak jika dirinya belum bangun. Tapi entah mengapa keadaan pagi ini cukup tenang.
....
...." Pagi Rein." Sapa Jinyoung bersama laptop dan tumpukan Print out skripsi gagalnya yang kini duduk dimeja makan.
Rein memutarkan matanya, menyidir setiap sudut dalam ruangan yang kini terasa sepi.
" Mereka ga ada Rein, semalam mereka pergi." Ucap Jinyoung menjawan semua pertanyaan yang sejak tadi mengitari kepalanya Rein. " Hyung cuma bisa buat sandwich, kamu makan ya."
" Hmm." Rein hanya diam, menyuap suapan kecil sandwich kedalam mulutnya dengan fikiran yang terus berputar.
" Nanti kamu berangkat bareng paman Haekyon ya, aku ga bisa anter karena harus kekampus. Aku berangkat dulu ya. "
Chu~ satu kecupan Jinyoung beri dipipi manis Rein yang masih saja diam. Rein tau bahwa jinyoung selalu tak punya waktu untuknya dan jujur Rein merasa kesepian sekarang.
"Non ayo, mobil sudah siap." Sapa Haekyon
" Paman. Kau punya kartu bus? Berikan padaku. "
" Kartu bus? Ada nona, tapi untuk apa?"
" Ayolah cepat berikan pada ku! "
" I-ini." Dengan gugup Haekyon memberi Rein Kartu bus miliknya. Padahal saldo kartu itu tinggal sedikit, dab haekyon harus pulang dadan pergi dari rumahnya ke rumah Rein dengan bis.
" Bagus. Aku pergi. Ingat! Jika hyung ku bertanya katakan saja kau yang mengantarku arra?"
" Nae Nona."
" Oke good. Bye!"
...
...Guanlin duduk di balkon apartement yang baru saja ia beli pagi ini, fikirannya penuh dengan hal yang sungguh membuatnya sulit, permasalah kantornya, permasalahan dengan Rein ditambah ayahnya yang selalu memaksannya menikah dan merencanakan segala kencan buta untuknya.
Memory-memory itu berputar, memory saat dirinya bersama wanna one, tersenyum bersama, tertawa bersama. Kenangan bersama Sehun dan Luhan pun berputar, saat dimana dirinya harus berjanji pada dua orang yang sudah menjadi orang tua ke dua baginya
🍃flashbackon🍃
" Gu-guaaannlinhh." Tubuh Sehun melemah, darah segar mengalir dari setiap inci tubuhnya.
" SajangNim.. Bertahanlah."
" To-tolonghh selamatkan putriku.uhuuukkk"
" Sajangnim aku mohon bertahanlah."
" Aku sudah tidak kuat guan, kau yang paling bisa ku andalkan, Uhuuk uuhhukk." Darah itu semakin banyak mengalir setiap kali sehun terbatuk. " Guan, ra-rahasiakanlah ini dari siapapun, sembunyikan Reinhha lindungi Jinyoung dan perusahaan kuhh."
" Tidak sajangnim aku mohon." Baju putih Guanlin kini berubah menjadi merah, darah segar orang yang paling ia sayang, orang yang menjadi ayah ke dua baginya, guru, sahabat, panutan itu kini tengah meregang nyawa di pangkuannya.
" Guan, ji-jika Rein sudah besar, ma-maukah kau menyanyangi nya, dan mencintainya? Maukah kau menjaga Jinyoung dan Rein? Tolong. Istriku sudah tak ada, tak ada yang bisa menjaga anak-anak ku. Aku mohon Guan."
" Berhenti bicara! Ambulance sedang diperjalanan."" Tidak. Aku tidak punya waktu lagi Guan aku mohon berjanjilah! Uuuhuuuk...uhhhuuukkk" Batuk sehun semakin parah, luka tusuk di perutnya dan beberapa luka di wajahnya pun semakin sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
MY 11 BROTHER'S √COMPLETE√
FanfictionBae ReinHa, gadis 16 tahun yang punya 11 kakak laki-laki dengan segala sifat dan kelakuan yang ajaib dan super duper protekstif. kebayang gak repotnya ? apakah hidup Rein baik-baik saja?