AKSAN

50 1 0
                                    

Setelah obrolan di tempat parkir kemarin, hubungan kami kembali seperti sedia kala. Lebih baik dari sebelumnya. Kami kembali tertawa seperti hari-hari sebelumnya, tapi tetap aku masih berusaha menerka. Menerka langit !!

"Assalamu'alaikum"

Segera aku berlari kearah suara tersebut, itu pasti Langit. Kenapa dia datang lebih pagi hari ini, aku membukakan pintu dan ternyata buka langit yang datang.

"Aksan ??? Eh Waalaikum salam", lelaki keturunan pakistan itu tersenyum manis. Masih senyum yang sama.

"Apa kabar kamu ?? kamu masih belum berubah ya, aku kangen kamu"

Oh my God, mimpi apa aku tadi malam ?? Aksan berada didepanku, rasanya seperti mimpi. Dan dia tetap tersenyum dengan senyum yang sama. Aku mempersilahkan dia duduk di teras rumah sederhanaku. Kami mengobrol banyak hal tentang semua hal yang terlewat selama satu tahun setelah dia pergi meninggalkan aku.

"San, berapa lama kamu di Indonesia ?"

"Kenapa rin ? baru juga aku datang, kenapa buru-buru tanya kapan aku pulang ?"

"Bukan itu maksudku, aku cuma kepo. Kalau kamu lama disini kan aku bisa minta kamu ajak jalan, Makan gratis, Nonton gratis, kalau bisa dibelanjain juga. Hehehehe"

"Harusnya tamu yang di service rin, kamu ini ya"

Kami pun tertawa bersamaan, sampai aku sendiri tidak menyadari ada lelaki yang tengah memperhatikan kami dari luar pagar. Sampai aku mendengar suara klakson motornya. Dan Ehhh wajahnya berubah, mendung. Aku berlari menuju kearahnya, kemudian membukakan pintu pagar rumahku.

"Maaf, gak kedengaran suara klaksonnya tadi. Ayo masuk dulu sebentar"

Lelaki ini tidak menjawab, ia hanya menurut memasukkan motornya kedalam rumahku. Kenapa aku jadi kikuk melihat Aksan dan Langit bertemu, mungkin aku sudah gila. Mereka bukan siapa-siapaku, yang satu hanya mantan kekasih dan yang satu lagi lelaki yang aku sukai saat ini. Toh juga aku tidak pernah tau perasaan langit kepadaku, dia juga tidak pernah bilang. Jadi kenapa aku harus kikuk dengan keadaan ini ?? Sudahlah, santai rindu. Santai......

Akhhhh..... Aku tidak bisa terlihat lebih santai, wajahku memerah. Okay ayo kita mulai rindu.

"Aksan, ini Langit. Dan Langit ini Aksan"

Cukup itu aja, sisanya biar kedua lelaki ini yang meneruskan pembicaraan. Aku ingin segera kabur dari tempat ini. Aksan menjulurkan tangannya untuk bersalaman, tapi Owh tidak. Langit tidak menggubrisnya. Dia hanya menatap dingin Aksan, dasar Langit bodoh. Kenapa harus bersikap seperti itu ? Membuat aku jadi kegeeran setengah mati plus terlihat bodoh didepan Aksan.

DIA LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang