CURHAT PEMBAWA PETAKA !

38 1 0
                                    

Line Mesagge

"San, menurut kamu apa hubungan antara lelaki dan perempuan hanya bisa murni sebatas persahabatan ?"

"Bisa dong rin, tapi kebanyakan yang gagal"

"Maksudnya gagal ?"

"Kebanyakan sih pasti salah satu dari keduanya ada yang jatuh cinta, kalau keduanya sama-sama cinta ya bagus. Tapi kalau cuma sepihak mah lebih banyak sakitnya"

"Iya sih"

"Kenapa ? Kamu jatuh cinta sama Langit ? Lelaki yang kemarin itu ?"

"Eh, sok tau kamu"

"Hahahah... kalau iya juga gak masalah kok, dan aku rasa lelaki itu juga jatuh cinta sama kamu"

Aku tersenyum seperti orang gila membaca pesan Aksan, ya walau kami sudah putus. Silaturahim kami masih terjalin baik.

"Apaan sih"

"Serius, besok pagi aku akan buktikan kalau tebakanku tidak akan meleset"

"Udah akh, aku mau sholat dulu. Good night San"

"Nite"

MAAF JIKA MALAM INI AKU PINJAM LAGI NAMAMU DALAM SHOLAT MALAMKU.

BERMIMPILAH SETINGGI LANGIT, JIKA ANDA JATUH, ANDA AKAN JATUH DI ANTARA BINTANG-BINTANG.. - IR. SOEKARNO

Aku terbangun dengan semangat yang baru, seperti telah mengalahkan lawan-lawanku. Dengan penuh semangat aku menuruni anak tangga menuju meja makan, seperti biasa ada kakak laki-laki ku yang usil.

"Senang amat ? Baru resmi jadian ya"

"Apaan sih, siapa yang jadian ?"

"Owh, berarti baru dapat ciuman dong ?"

Aku kemudian terbatuk, mengingat kemarin sore Langit memang mencium pundakku.

"Kagak, kamu ini apa-apaan sih kak, nyebelin amat !"

Aku membawa sarapanku menuju teras rumah, tidak akan kubiarkan kak Gilang melihat wajahku yang merona. Bisa-bisa aku jadi bahan ejekannya sepanjang pagi.

Pagi itu entah ada angin apa Aksan datang lagi, dia datang membawa seikat bunga mawar merah. Mungkin penyakit amnesianya kambuh lagi fikirku, dia lupa kalau kami sudah putus setahun yang lalu.

"Aksan, kenapa pagi-pagi datang ?"

"Salah ya ? aku cuma mau kasih kamu bunga ini"

"Apa ?"

Tidak lama setelahnya Langit sampai kerumahku, kenapa juga dia harus datang sepagi ini. Gak biasanya ! Dia menatap kami berdua dengan tatapan yang dingin, mati aku. Aku kehilangan selera makan pagi ini, padahal aku benar-benar lapar.

Mungkin pagi ini adalah pagi tersialku, Langit menghampiri kami kemudian mendorong tubuh Aksan agar menjauh dariku. Aksan kemudian malah tersenyum melihat perlakuan Langit kepadanya, dia kemudian berdiri. Aksan menarik tanganku, menarik aku agar lebih dekat dengannya. Tapi dengan cepat Langit menarik lagi tanganku yang satunya dengan kasar.

"Aw, sakit. Kamu apa-apaan sih ?" Aku menatap Langit yang memerah pagi ini.

"Diam dan ayo ikut aku"

"Hey Bro, Shes not ur Mine, Lepaskan dia, Rindu harus tetap disini bersamaku", pinta Aksan dengan nada menantang.

"Dalam Mimpimu", jawaban singkat yang benar-benar terdengar seperti vonis hakim kepada terdakwa.

DIA LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang