Last Story !

55 2 0
                                    

Kali ini aku tidak mampu menahan air mataku, akhirnya pertahananku kalah. Aku langsung berlari meninggalkan ruangan kelas yang masih riuh dengan tepukan tangan. Aku tidak perduli jika Langit melihatku, siapa yang perduli ?

Aku juga tidak menyadari entah sejak kapan Langit mengejarku, dia tepat berdiri dibelakangku. Dia melihatku menangis.

"Rindu, kenapa kamu menangis ?"

"Aku ? Kamu belum juga paham kenapa aku menangis ? Sejak kapan kamu mendaftarkan diri dipertukaran pelajar ? Tidak mungkin dosen tadi langsung memilih mahasiswa mana yang akan pergi tanpa pengajuan atau apa ? Kenapa kamu gak pernah bilang kalau kamu ikut ? Aku tau itu adalah mimpimu, bisa berkuliah di Luar negeri  tapi bisakah sedikit saja kamu memberitahuku ? Siapa aku buat kamu selama ini ? Apa aku sungguh gak punya arti apa-apa buat kamu ? Kamu jahat !"

Aku terus menangis sejadi-jadinya di depan Langit, aku juga tidak sadar apa yang sudah aku katakan, aku terus mengoceh tidak jelas sambil menangis. Langit tidak menjawab satupun pertanyaanku, dia hanya diam.

Dia dengan sigap tiba-tiba memelukku, dan aku tetap saja menangis, mungkin akan tetap menangis.

"Aku pergi 1 minggu lagi rin, kamu mau bantu aku nyiapin semua kebutuhanku ?"

Mendengar perkataan Langit aku semakin menangis, Oh Tuhan kenapa aku harus menangis seperti ini ? Dengan terisak aku berusaha tetap menjawab pertanyaan Langit.

"Iya, aku akan bantuin kamu"

1 Minggu kemudian

Bandara ini terasa mencekam pagi ini, aku melihat langit masih terlihat gelap. Terang saja, masih pukul 05.00 pagi. Aku sudah di bandara bersama Langit, setelah acara perpisahan di kampus kemarin kami langsung bergerak menuju Jakarta. Dan aku sebagai sahabatnya ikut mengantarnya ke Bandara, tepatnya hanya aku yang ikut.

"Rin, kamu tidak mengantuk ?"

"Enggak ngit, kamu tidur aja. Jam 09.00 masih lama. Nanti aku bangunin kamu jam 07.00 Pagi"

Mana bisa aku tidur dalam keadaan seperti ini, bahkan aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk memandang wajah Langit sepuas hatiku. Entah kapan aku bisa melihat wajah ini lagi.

"Rin, kamu mau nurutin apa yang aku bilang ?"

"Apaan sih, kamu kayak mau mati aja. Mau kasih aku wasiat ?"

"Aku serius"

"Okay, kamu mau aku ngelakuin apa ?"

"Kamu jangan pergi ke kampus naik bus lagi, kamu naik taksi aja. Lebih aman"

"Okay, terus"

"Jangan kebanyakan makan keripik, serius nanti kamu sariawan plus batuk kalau sukanya makan begituan terus"

"Huuuufffttt, Okay, Ada lagi ndoro"

Aku berusaha tidak menangis, padahal jauh didalam hatiku aku sangat ini menangis.

"Yang terakhir, yang paling penting, Jangan pernah MENUNGGUKU, jangan menangis ketika mengingatku, kamu harus temukan kebahagianmu rin, 3 Tahun bukan waktu yang sebentar, Hiduplah dengan baik"

Aku menangis saat itu, air mataku terjatuh, tapi aku berusaha untuk tetap tersenyum dalam tangisku.

"Iya Langit Ramadhan, I Will"

Langit memegang kepalaku, kemudian dia mencium keningku. Aku memeluk sahabat baikku itu, aku tidak perduli orang lain melihatku. Aku tidak perduli...



DIA LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang