7

30 2 0
                                    

Jave masuk ke Viccla Florist dengan wajah ceria. Mengingat kejadian saat makan malam kemarin membuat senyumnya kian melebar. Tidak ada hal spesial yang terjadi memang. Tapi mendapat tatapan dari Manty saja sudah cukup membuatnya merasa ada perkembangan yang baik.

Dia langsung menyapa semua orang yang ada di sana setelah membuka pintu. Walau tentu, yang disapanya pertama kali tetaplah Manty. Setelah mendapat balasan sapaan dari semua orang di sana, kecuali Manty, dia langsung menaruh sesuatu yang sejak tadi disembunyikannya di belakang dengan wajah ceria.

"Bunga matahari yang cantik untuk toko bunga yang istimewa," ujarnya dengan nada penuh semangat.

Manty yang sedang mengutak-atik beberapa tangkai bunga langsung menoleh dengan cepat. Matanya menatap tajam ke arah bunga matahari yang ditaruh Jave di atas meja tinggi. Louie yang sangat memahami Manty langsung menoleh. Benar firasatnya, kilatan emosi terlihat jelas di mata Manty. Dia tahu sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

"Hei, kenapa kau membawa bunga ini ke sini?" bisik Louie pada Jave yang masih menampilkan senyum ceria, seolah belum bisa membaca situasi sama sekali.

Belum sempat Jave menjawab, dia sudah melihat Manty berdiri di sampingnya dari ekor matanya. Manty masih menatap bunga itu dengan tajam. Warna kuning pada bunga itu, yang dulu sangat dipujanya memudar dan terus memudar hingga kini warna merah darah yang berkuasa sepenuhnya di sana.

Melihat bunga itu membuat Manty hilang akal. Ada sesuatu yang mendesak dengan amat keras di dalam dirinya. Menguasainya sepenuhnya hingga membuatnya mengambil bunga itu dari atas meja dengan kasar lalu melemparnya jauh ke sudut toko. Louie dan Jenn terkesiap. Sedangkan Jave hanya menatap Manty dengan bingung dan tidak percaya.

Dada Manty bergerak naik turun, menandakan adanya emosi yang tak terkendali. Rahangnya mengeras. Giginya menggerat dan tangannya mengepal erat, hingga kulitnya yang putih semakin memucat dengan cepat dan menyisakan sedikit warna merah di ujung jari sana. Ada kilatan mengerikan di matanya, yang membuat semua orang di ruangan itu menjadi tak berdaya.

Jave yakin, tidak lama lagi air mata pasti akan mengalir di wajah Manty. Tapi ternyata tebakannya meleset. Setelah keheningan yang panjang, air mata Manty tak kunjung mengalir. Bahkan mengintip di ujung matanya saja tidak. Benar-benar gadis yang tangguh, puji Jave dalam hatinya.

Entah apa yang membuat Manty jadi seperti itu. entah karena air matanya sudah habis untuk menangisi Kean waktu itu, atau karena dirinya terlalu emosi. Tapi biasanya, wanita akan mengeluarkan air mata bila emosinya sudah terlalu memuncak. Manty memang gadis yang berbeda. Setidaknya itu yang ada di pikiran Jave.

Louie memberi tanda pada Jenn untuk mengenyahkan bunga itu dari ruangan ini, atau setidaknya dari hadapan Manty. Sedangkan dirinya segera menarik Manty menjauh. Entah Manty akan berdiri di sana dan beradu tatap dengan Jave berapa lama kalau dia tidak melakukan inisiatif itu.

Akhirnya dengan sekuat tenaga, dia berhasil menggeret Manty ke tempat awalnya berada. Dia mendudukkan Manty dengan tenang di sana. Lalu menoleh ke arah Jave dan memberi isyarat agar lelaki itu pergi meninggalkan tempat ini sementara waktu. Jave berusaha membantah dengan raut wajahnya. Tapi setelah memberikan penekanan beberapa kali, akhirnya Louie berhasil membuat lelaki itu melangkah keluar dari toko bunga mereka.

Louie menghela napas sesaat. Entah kenapa suasana bisa jadi setegang tadi. Dia sama sekali tidak mengerti alasan Jave membawa bunga itu kemari, padahal Manty sudah pernah menunjukkan emosinya saat membicarakan bunga itu. Dia menoleh ke arah Manty dan mendapati sahabatnya itu masih memandang lurus ke depan. Tidak melakukan apa pun. Bahkan tidak memberikan perubahan ekspresi sedikit pun.

***

Beberapa saat sudah berlalu sejak Jave meninggalkan toko bunga itu. Suasana di sana kini kembali hening. Louie melihat Manty dan sepertinya sahabatnya itu sudah mulai tenang. Dari tadi Louie hanya berdiam diri. Bukan hanya Louie, lebih tepatnya semua orang di sana. Walau sebenarnya Louie ingin berbicara, tapi dia menahan diri sebisa mungkin. Dia takut kata-katanya justru akan membuat emosi Manty kembali tidak stabil.

"Sampai kapan kau mau terus menghindari bunga itu dan menjadi pengecut?" Suara Jenn terdengar begitu lantang saat dia mendekati Manty secara tiba-tiba.

Louie langsung menoleh dengan tajam. "Tutup mulut kotormu itu, Jenn! Aku sudah pernah memperingatkan untuk tidak menyebut Manty seperti itu!"

"Kau yang harus menutup mulutmu, Louie! Saat ini aku sedang berbicara dengan pengecut ini, bukan kau!" Jenn bersedekap sambil memberi tatapan menantang pada Manty.

Yang ditanya hanya menatap Jenn dengan wajah datar. Hal ini menjadi aneh ketika Manty tidak merasakan emosi apa pun. Entahlah. Dia tidak marah saat mendengar dirinya dicap pengecut oleh Jenn. Atau bahkan dia mengiyakan sebutan itu secara diam-diam. Dan sekarang ini dia tidak menemukan jawaban apa pun yang bisa digunakan untuk menanggapi Jenn. Dia sendiri bahkan menanyakan hal yang sama.

"Kau tahu kenapa aku menyebutmu pengecut? Karena tidak ada sebutan yang lebih pantas bagimu selain itu! Kau melimpahkan segala kesalahan atas kematian Kean pada bunga itu. Ah tunggu... bukan seperti itu. Kau memilih untuk tidak melihat bunga itu lagi agar rasa bersalah tidak terus menggerogotimu. Iya, kan? Kau benar-benar seorang pengecut!"

Louie menggeram. Kali ini dia tidak bisa lagi menahan emosinya. Jenn benar-benar gadis menyebalkan! Bahkan dia bicara sekasar itu saat Manty baru saja tenang. Louie sudah maju selangkah dan mengangkat tangannya tinggi, siap untuk mendaratkan tamparan keras di wajah Jenn yang menyebalkan. Tapi tangan Manty bergerak mencegatnya.

Louie segera menoleh ke arah Manty. Dari tatapannya, terlihat seribu pertanyaan yang tidak bisa dimengertinya. Manty tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Hanya menggeleng pelan. Tapi Louie yang emosinya sudah memuncak tidak bisa menahan diri lebih lama. Dia mengayunkan tangannya untuk melepaskan genggaman Manty. Tapi ternyata, tenaga yang dikeluarkan Manty sangat besar.

"Ah satu lagi..."

"Apa maksudmu dengan satu lagi, gadis kurang ajar?! Sudah cukup semua yang kau katakan! Dan lebih baik sekarang juga kau pergi dari sini! Kau dipecat!" Louie berteriak lantang memotong pembicaraan Jenn.

Jenn tertawa sinis. "Kau boleh saja memecatku. Tapi aku tetap akan mengucapkan hal ini. Kau tahu, Manty? Sikapmu yang jauh lebih pengecut adalah selalu bersikap dingin pada Jave karena dia mengingatkanmu pada Kean. Dan kau tidak mampu menghadapinya, bukan? Itu sama sekali tidak adil bagi Jave. Maka berhentilah, Manty!"

Manty tersentak mendengar ucapan Jenn. Semua kata-kata yang dilontarkan Jenn begitu menohok dadanya. Tangannya yang tadi menggenggam erat tangan Louie kini melemah dan jatuh perlahan. Benar, dia melimpahkan segala kesalahan pada bunga matahari. Benar, dia telah bersikap tidak adil karena tidak mampu menghadapi Jave. Dia benar-benar seorang pengecut.

"Iya benar, aku pengecut," ujar Manty lemah. Louie langsung memeluk Manty saat mendengar kata-kata itu. Mata Manty mengkilat karena lapisan bening yang sudah siap meluncur di wajahnya.

"Dengar, Manty. Aku mengatakan ini bukan untuk membuatmu semakin menyalahkan diri sendiri. Aku mengatakan ini supaya kau bisa berubah. Berhentilah menyiksa dirimu sendiri dengan terus mengingat masa lalu. Dan berhentilah bersikap tidak adil pada orang lain karena takut menghadapi kenyataan." Manty mendengarkan dengan saksama, dan dia bisa merasa setetes cairan hangat mulai meluncur di pipinya.

Detik kemudian Jenn kembali berkata, "Kau harus tahu kalau kau itu orang yang sangat berbakat. Kau pasti tidak tahu bahwa aku adalah junior yang selalu mengangumimu semasa kuliah. Dan karena dirimu, aku tertarik belajar tentang bunga. Aku benar-benar sangat menyayangkan perubahanmu yang jadi tak bersemangat seperti ini. Maka bangkitlah, Manty! Kembalilah pada dirimu yang menyebarkan inspirasi ke sekitarmu. Mungkin ini hal terakhir yang bisa kusampaikan padamu. Sampai jumpa."

Setelah selesai mengucapkan itu, Jenn berbalik dan berjalan ke arah pintu. Manty yang masih terkejut mendengar penuturan Jenn tadi hanya bisa bergeming. Sekian detik kata-kata Jenn baru bisa dicernanya dengan baik. Dan setelah menyadari sesuatu, dia segera berlari dan menahan Jenn tepat di depan pintu.

Manty langsung memajukan tubuhnya dan memeluk Jenn erat. "Terima kasih, Jenn," bisiknya pelan. Lalu dia melepas pelukannya dan memberi senyum tulus sambil berkata, "Jangan tinggalkan tempat ini. Kita bisa bekerja bersama mulai sekarang."

Dandetik kemudian dia bisa merasakan tubuhnya kembali berdekapan dengan tubuhJenn. Bahkan saat ini dia bisa merasakan senyum manis gadis pirang itu. Disudut lain, Louie memperhatikan mereka dan mengembangkan senyum serupa. Siapayang bisa menyangka kalau gadis yang selama ini dikira menyebalkan olehnyamalah berhasil membuat senyum tulus yang sudah jarang ditampilkan Manty kembalimuncul.

Shadow of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang