"Tempat ini sangat menyenangkan!"
Manty merentangkan tangannya lebar-lebar lalu menghirup dalam-dalam udara segar yang ada di sekitarnya. Setelah sekian detik, dia baru menyusul Jave dan mendudukkan diri di atas kursi panjang. Mereka kini duduk menghadap sebuah kolam yang ada di taman itu. Kolam itu terlihat sangat tenang, membuat Manty merasakan hal yang sama saat melihatnya.
"Sudah kubilang ini akan menyenangkan." Manty bisa menangkap nada bangga di suara Jave. Dan tidak salah, ekspresi yang sama diberikan saat Manty menoleh ke arahnya.
"Kali ini kau benar, May."
Jave kembali tersenyum bangga. Lalu mereka terdiam beberapa saat. Menikmati ketenangan sekitar yang menghanyutkan jiwa. "Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?" tanya Manty akhirnya.
"Aku sering ke sini. Ini tempat favoritku." Jave mengalihkan pandangan dan menatap Manty yang ada di sebelahnya. "Bukankah kau sudah lama di Pittsford? Dan kau tidak tahu tempat ini?"
Manty tertawa kecil. "Aku memang tidak banyak pergi-pergi saat di sini. Kalau daerah Jepang, aku tahu banyak. Aku besar di sana, jadi bukan masalah."
"Bagaimana rumahmu yang di sana?"
"Menyenangkan! Rumah kami memang sederhana, terbuat dari kayu. Tapi suasananya sangat tenang, juga nyaman. Di sekitar ada taman bunga. Rasanya seperti di surga, setiap membuka mata kau bisa menemukan bunga-bunga bermekaran dan menghirup aromanya."
Jave tersenyum singkat mendengar cerita Manty. "Sepertinya benar-benar nyaman. Lalu kenapa kau pindah ke sini? Sendirian?"
Manty terdiam sejenak. Wajahnya terlihat seperti sedang berpikir. "Karena... aku kuliah di sini."
"Kenapa tidak di sana?"
Manty melirik tajam. "Kenapa kau bertanya terus? Kau seperti pemerintah yang tidak suka menerima keberadaanku di negara ini."
Jave tergelak. "Bukan begitu. Aku hanya ingin tahu saja. Lagipula kau tidak sepenuhnya orang Jepang, kan? Jadi kau pun sebenarnya punya hak untuk tinggal di sini."
Manty melihat langit yang sudah mulai gelap lalu melirik jam tangannya. "Ah, sudah sore hampir malam."
"Dan aku lapar. Kita makan?" tawar Jave cepat.
Manty menggeleng sambil menggerakkan telunjuknya. "Sayang sekali, May. Aku harus segera pulang. Aku sudah berjanji untuk mendengar cerita Louie dan Steve. Sebenarnya aku sendiri tidak sabar untuk segera mendengar."
"Lalu sepedanya?"
"Aku akan ke rumahmu dulu, May."
***
"Kau yakin tidak mau kuantar, Clam?" tanya Jave saat mengantar Manty di depan pintu rumahnya.
Manty menggeleng lalu tersenyum singkat. "Tidak usah, May. Daerah ini aman dan aku sudah biasa berjalan sendiri. Baiklah, aku pulang dulu!"
Kaki Manty mulai dilangkahkan perlahan. Dia terlihat begitu menikmati setiap langkahnya. Walau dia sudah melewati rute beberapa kali dan tidak ada pemandangan yang begitu menarik, tapi tetap ada rasa menyenangkan saat ini. Mungkin ini efek dari suasana hatinya yang sedang baik setelah melihat pemandangan yang menenangkan di taman tadi.
Manty memalingkan wajahnya ke kanan kiri. Terdapat lampu jalan yang menerangi di atas sana, beberapa restoran yang dilewati, tapi keadaan jalan terasa sepi. Entah ke mana orang-orang yang berada di tempat ini. Tiba-tiba ketakutan menyelip di hati Manty. Keadaan sepi seperti ini membawanya kembali ke saat-saat Kean terbunuh. Manty segera menggeleng cepat.
"Oh Tuhan!" seru Manty di sela suara terkesiapnya. "Kau mengagetkanku, Steve!"
Napas Manty masih memburu saat ini. Peristiwa mengerikan itu baru melintas di otaknya dan membuatnya takut, lalu tiba-tiba dia menemukan Steve berdiri di hadapannya dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Harusnya dia sudah bisa tenang karena yang dilihatnya adalah Steve dan bukan orang asing yang jahat, tapi entah kenapa perasaan aneh tiba-tiba membungkus dirinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow of You
General Fiction"Tidak ada cara lain untuk membebaskan diri dari masa lalu selain menghadapinya." Akira Clamanty memutuskan hubungan dengan dunia luar selama dua tahun, semenjak tunangannya terbunuh di depan matanya. Dengan darah yang terus mengucur hingga kelamaan...