9

22 2 0
                                    

Manty berjalan perlahan memasuki Viccla Florist setelah turun dari mobil Jave. Mulutnya menganga lebar hingga matanya tertutup sepenuhnya dan pipinya pun tertarik ke atas. Rasa kantuknya belum benar-benar hilang sejak dirinya dan Jave ditemukan di tangga darurat oleh petugas keamanan kantor tadi pagi.

"Manty! Ke mana saja kau? Kenapa tidak pulang dan juga tidak memberi kabar tadi malam?" tanya Louie ketika Manty baru memasuki toko.

"Kau terdengar seperti ibu yang posesif, Louie," jawab Manty sambil berlalu. "Pagi, Jenn." Manty melemparkan senyum pada Jenn yang sedang merangkai bunga di meja ujung.

"Aku senang kau datang sekarang, Manty. Menurutmu, bagaimana aku harus merangkai ini?" tanya Jenn sambil mengangkai beberapa tangkai bunga.

Manty mendekati Jenn dan meraih beberapa batang bunga dari meja samping. "Kau butuh ini sebagai selingan bunga-bunga itu, Jenn. Ini akan membuat mereka terlihat harmonis dan tidak terlalu penuh."

"Brilian! Kau memang idolaku, Manty!" seru Jenn sambil mulai mempraktikkan saran Manty.

Manty tertawa kecil sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Lalu dia berbalik dan menemukan Louie yang sedang menatapnya dengan tajam sambil bersedekap. "Ke mana kau pergi tadi malam? Kau bersama Jave? Apa yang kalian lakukan?"

"Aku benar-benar tidak tahu sejak kapan kau jadi setua ini, Louie. Sekarang kau bahkan terdengar seperti nenek-nenek," jawab Manty sambil tersenyum meledek. "Nah, sekarang berikan aku kunci rumah. Aku harus mandi. Rasanya bau sekali."

"Tidak ada kunci rumah sebelum kau menjawab pertanyaanku, Manty!" ancam Louie sambil bercanda, tapi wajahnya dibuat seserius mungkin.

Manty mendesah lalu menjawab, "Kami terjebak di tangga darurat kantor semalam. Dan tidak ada yang bisa kami lakukan selain menginap di sana sampai ada petugas keamanan yang menemukan kami tadi pagi."

"Kalian terjebak di tangga darurat sepanjang malam?" Mata Louie berbinar-binar.

Manty mengambil koran yang tergeletak di atas meja dan mengetukkannya ke kepala Louie. "Hilangkan tatapan seperti itu, Louie Vicente! Dan bersihkan pikiranmu itu! Sekarang berikan kunci padaku."

Louie tertawa kecil karena omelan Manty. "Tetap saja ini hal yang..." Ucapannya terpotong karena Manty kembali memukul kepalanya.

Kini Manty yang menatapnya tajam sambil bersedekap. Louie mengangkat tangannya seperti penjahat yang menyerah saat ditangkap polisi. Masih sambil tersenyum meledek, dia meraih kunci dari tasnya dan menyodorkan itu pada Manty. Dengan cepat Manty meraih kunci itu dan berpura-pura terlihat kesal.

"Kau menginap bersama siapa Manty? Lelaki yang waktu itu?"

Sebuah suara menghentak Manty, juga Louie. Manty segera menoleh dan menemukan Steve sedang memandangnya dengan tatapan menyelidik. Entah kenapa Manty merasa sangat tidak nyaman dengan cara menatap Steve yang seperti itu. Akhirnya dia memaksakan seulas senyum yang terlihat begitu kaku.

"Bukan kesengajaan, Steve. Oh, aku harus pulang dulu. Kau bisa mengobrol dengan Louie," jawab Manty sambil berjalan cepat keluar dari toko.

Steve mengikuti Manty dengan pandangannya. Raut wajahnya jelas menunjukkan kemarahan. Juga terlihat jelas dari tangannya yang mengepal erat. Dia lebih dari berbahaya.

***

Manty baru membuka pintu kamarnya, dan aroma menenagkan langsung menyambut indera penciumannya. Manty bergerak masuk lebih dalam dan meletakkan tasnya di atas meja. Lalu tangannya bergerak melepaskan jaket yang menggelayut di tubuhnya. Sebuah senyum muncul ketika dia menyampirkan jaket itu di kursi. Jaket Jave yang dipakainya tadi malam hingga barusan, membawanya kembali pada kejadian tadi malam.

Shadow of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang